Kamu merasakan hal yang sama dengannya bukan, kalian sama-sama rindu, kalian berharap temu, kalian saling merasakan kekhawatiran, dari jauh kalian saling memikirkan. Namun kalian terlalu malu untuk mengakuinya, terlalu bodoh dengan rindu yang kalian pendam, terlalu mempertahankan egois yang sangat tinggi.
Kalian mengaku sudah nyaman dengan kehidupan kalian yang sekarang, namun aku tahu kalian sangat menderita oleh perasaan kalian.
Kamu yang diam tiap kali mengingat hal tentangnya, siang tadi aku melihatmu menangis, aku tahu kau sangat sedih ketika ada gadis kecil yang menyapamu dengan suara yang keras diiringi tawanya yang renyah dengan senyum polos yang dimilikinya.
Aku dapat melihat ada sesuatu dalam fikiranmu, beberapa kenangan yang bersangkutan dengan gadis itu. Aku lihat kau ada disuatu rumah dimana ada gadis itu dan keluarganya, kau melakukan berbagai hal bersama didalam rumah itu, memasak dan membuat kue bersama ibunya , bersenda gurau bersama anggota keluarganya yang lain.
Kau terlihat salah satu dari bagian keluarga itu walaupun kutahu tak ada sedikitpun aliran darah yang sama antara kau dan mereka.
Dejavu, segalanya seperti pernah terjadi pada diriku juga, sepertinya aku pun pernah merasakan hal-hal yang kulihat dalam fikiranmu itu, saat melihatmu menangis hatiku pun luluh terasa sesak dan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Makin lama makin tak beraturan, semakin menyakitkan seperti teriris pisau tajam pada dinding-dinding hatiku. Darahku seakan berhenti mengalir, nadiku bagaikan diikat oleh rantai. Nafasku mengambang, ragaku seakan berpisah dengan jiwanya, bayangan itu sangat indah namun juga menakutkan, aku tahu perasaanmu dan aku tahu apa sebab dari kau menangis.
Aku rasa aku lebih mengerti apa yang sedang terjadi dibandingkan dirimu, aku tahu kau merindukan masa-masa yang membuat mu menangis itu, aku tahu kau juga merindukannya, aku tahu kau ingin memeluknya dengan erat, bahkan saat mendengar namanya pun kutahu kau pun ikut terpanggil. Aku bukannya tahu segala hal tentangmu, namun aku dapat mengerti dirimu dan kusadari itu ketika aku berdiri tegak dan menatap kedepan, baru kusadari sejak tadi aku sedang bercermin dan baru kusadari ternyata yang kubicarakan sejak tadi adalah diriku sendiri.
Astaga ternyata aku sangat menyedihkan, apakah aku benar-benar terlihat seperti itu, lemah, bodoh, tak berdaya, penuh penyesalan, serta ketakutan.
Haruskah aku mengkhawatirkan apa yang terjadi kali ini, rasanya aku lebih suka untuk mengkhawatirkanmu, tak begitu menjijikkan menyebut diriku sebagai dirimu dibandingkan aku harus mengakui diriku sendiri saat terlihat seperti itu.
Kalian mengaku sudah nyaman dengan kehidupan kalian yang sekarang, namun aku tahu kalian sangat menderita oleh perasaan kalian.
Kamu yang diam tiap kali mengingat hal tentangnya, siang tadi aku melihatmu menangis, aku tahu kau sangat sedih ketika ada gadis kecil yang menyapamu dengan suara yang keras diiringi tawanya yang renyah dengan senyum polos yang dimilikinya.
Aku dapat melihat ada sesuatu dalam fikiranmu, beberapa kenangan yang bersangkutan dengan gadis itu. Aku lihat kau ada disuatu rumah dimana ada gadis itu dan keluarganya, kau melakukan berbagai hal bersama didalam rumah itu, memasak dan membuat kue bersama ibunya , bersenda gurau bersama anggota keluarganya yang lain.
Kau terlihat salah satu dari bagian keluarga itu walaupun kutahu tak ada sedikitpun aliran darah yang sama antara kau dan mereka.
Dejavu, segalanya seperti pernah terjadi pada diriku juga, sepertinya aku pun pernah merasakan hal-hal yang kulihat dalam fikiranmu itu, saat melihatmu menangis hatiku pun luluh terasa sesak dan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Makin lama makin tak beraturan, semakin menyakitkan seperti teriris pisau tajam pada dinding-dinding hatiku. Darahku seakan berhenti mengalir, nadiku bagaikan diikat oleh rantai. Nafasku mengambang, ragaku seakan berpisah dengan jiwanya, bayangan itu sangat indah namun juga menakutkan, aku tahu perasaanmu dan aku tahu apa sebab dari kau menangis.
Aku rasa aku lebih mengerti apa yang sedang terjadi dibandingkan dirimu, aku tahu kau merindukan masa-masa yang membuat mu menangis itu, aku tahu kau juga merindukannya, aku tahu kau ingin memeluknya dengan erat, bahkan saat mendengar namanya pun kutahu kau pun ikut terpanggil. Aku bukannya tahu segala hal tentangmu, namun aku dapat mengerti dirimu dan kusadari itu ketika aku berdiri tegak dan menatap kedepan, baru kusadari sejak tadi aku sedang bercermin dan baru kusadari ternyata yang kubicarakan sejak tadi adalah diriku sendiri.
Astaga ternyata aku sangat menyedihkan, apakah aku benar-benar terlihat seperti itu, lemah, bodoh, tak berdaya, penuh penyesalan, serta ketakutan.
Haruskah aku mengkhawatirkan apa yang terjadi kali ini, rasanya aku lebih suka untuk mengkhawatirkanmu, tak begitu menjijikkan menyebut diriku sebagai dirimu dibandingkan aku harus mengakui diriku sendiri saat terlihat seperti itu.
Komentar
Posting Komentar