Kutatap pantulan wajahku dicermin, namun aku lebih tertarik melihat potret yang tersablon dikaosku. Kaos yang diberikan olehmu sebagai oleh-oleh perjalanan touringmu ke anyer dengan vespa tua bersama teman-temanmu dua tahun lalu.
Masih ku ingat dengan jelas percakapan jarak jauh via telpon yang kita lakukan kala itu, saat aku sedang kesal karena kau terlalu asik dengan perjalananmu hingga mengabaikanku berhari-hari, kau bilang kau membawakan hadiah untukku yang akan membuat kita begitu terlihat sebagai pasangan yang keren saat mengenakannya. Ahh.. aku jadi tak sabar menunggu kepulanganmu kala itu.
Apa ini??? Suasana hatiku yang bahagia seketika berubah menjadi kesal melihat apa yang kau bawakan untukku.
Sepasang baju untukku dan untukmu yang bagian depannya tersablon potret pria dengan kumis serta rambutnya yang gimbal panjang sedang tertawa lebar hingga giginya terlihat jelas.
Sosok yang kau kagumi namun tidak sama sekali kusukai "Bob Marley." Apa kau bercanda, tidak mungkin aku mengenakan kaos seperti itu, kau terlalu memaksakan apa saja tentang kesukaanmu.
Namun sore ini aku tertawa didepan cermin, aku merindukanmu setelah perpisahan kita jadi aku mengenakan kaos aneh ini.
Kembali ke waktu yang lalu, kala itu kita sedang duduk berdua dihalaman belakang rumahmu.
"Gue gak doyan reggae...🎶" terdengar kalimat itu dari musik kebanggaanmu yang sedang kita nikmati, meskipun aku tak begitu menikmatinya. Karena kalimat singkat itu waktu itu kita bertengkar kecil, aku yang tak mengerti sama sekali dengan selera musikmu merasa lucu saat mendengar lagu itu, aku yang tertawa mengejek karena dalam fikiranku terbersit mengapa ia menyanyikan lagu yang liriknya jelas mengatakan ketidaksukaannya kepada musik tersebut.
Saat itu kau merasa terhina karena sikapku hingga benar-benar menjadi marah, berhari-hari hingga berganti minggu kau mengabaikanku meskipun beribu penyesalan dan kata maaf telah banyak kuucapkan.
Karena pertengkaran itu begitu menyiksaku, aku melontarkan janji yang sama sekali tidakku kehendaki. Aku berjanji untuk lebih menghargai apa yang kau suka, sejak saat itu aku mulai berusaha masuk kedalam duniamu, mencoba suka dengan apa yang kau suka, mencoba terbiasa dengan segala hal tentang hobimu.
Hingga aku mulai menikmatinya, walaupun tidak begitu mengerti aku mulai tahu sedikit demi sedikit tentang kesukaanmu. Aku yang sesungguhnya pecinta musik pop melow kini pun jadi penikmat musik reggae karenamu. Beberapa tembang dari souljah dan musisi reggae lainnya yang tidak banyak kuketahui namanya sudah mulai dapat kulantunkan.
Aku pun tak pernah mempermasalahkan lagi asap rokok yang menganggu pernafasanku ketika kita sedang berbincang.
Andai saja kita masih bersama, aku akan membuatmu iri dengan pengalamanku sore tadi. Pasti akan kuceritakan dengan hebohnya dengan menunjukkan foto yang kupunya hingga membuatmu iri karena kesal.
Pengalaman tak berharga namun penuh arti, aku berjabat tangan dan berfoto dengan pria tinggi yang bertampang seram dengan bawaan yang santai juga bergaya reggae sekali karena rambut gimbal panjang yang menjadi ciri khasnya.
Pria yang tidak kuketahui namanya itu adalah gitaris dari band lokal "reggae mampus" yang tak sengaja kutemui sore tadi saat ia berkunjung ke kediaman milik bung yang menjadi tempat aku dan teman-teman sukmaku mencari pengalaman baru yang menyenangkan.
Ahhh.. hanya saja keinginan untuk membuatmu iri itu tak dapat kulakukan, aku rasa sudah tak ada kesempatan lagi. Aku ini siapa, hanya bagian dari masalalumu yang tak berarti. Aku bagaikan debu jalanan yang lenyap seketika saat hujan.
Aku hanya dapat menyimpan kisahku dalam tulisan yang mungkin tidak akan pernah kamu baca ini.
Aku pun tak ingin melukai perasaan seseorang dengan kembali nenyentuh masalalu kita. Akan ada orang yang tersakiti jika aku masih mengenangmu.
Hanya saja jika aku tak berkesempatan untuk melihat dan datang kembali pada masalalu itu biarkan aku mengabadikan sebagian dari kisahnya dengan variasi imajinasiku dalam bentuk tulisan seperti ini. Tulisan dari gadis belasan tahun yang kadang terjebak ditengah nostalgia tak berarti.
Masih ku ingat dengan jelas percakapan jarak jauh via telpon yang kita lakukan kala itu, saat aku sedang kesal karena kau terlalu asik dengan perjalananmu hingga mengabaikanku berhari-hari, kau bilang kau membawakan hadiah untukku yang akan membuat kita begitu terlihat sebagai pasangan yang keren saat mengenakannya. Ahh.. aku jadi tak sabar menunggu kepulanganmu kala itu.
Apa ini??? Suasana hatiku yang bahagia seketika berubah menjadi kesal melihat apa yang kau bawakan untukku.
Sepasang baju untukku dan untukmu yang bagian depannya tersablon potret pria dengan kumis serta rambutnya yang gimbal panjang sedang tertawa lebar hingga giginya terlihat jelas.
Sosok yang kau kagumi namun tidak sama sekali kusukai "Bob Marley." Apa kau bercanda, tidak mungkin aku mengenakan kaos seperti itu, kau terlalu memaksakan apa saja tentang kesukaanmu.
Namun sore ini aku tertawa didepan cermin, aku merindukanmu setelah perpisahan kita jadi aku mengenakan kaos aneh ini.
Kembali ke waktu yang lalu, kala itu kita sedang duduk berdua dihalaman belakang rumahmu.
"Gue gak doyan reggae...🎶" terdengar kalimat itu dari musik kebanggaanmu yang sedang kita nikmati, meskipun aku tak begitu menikmatinya. Karena kalimat singkat itu waktu itu kita bertengkar kecil, aku yang tak mengerti sama sekali dengan selera musikmu merasa lucu saat mendengar lagu itu, aku yang tertawa mengejek karena dalam fikiranku terbersit mengapa ia menyanyikan lagu yang liriknya jelas mengatakan ketidaksukaannya kepada musik tersebut.
Saat itu kau merasa terhina karena sikapku hingga benar-benar menjadi marah, berhari-hari hingga berganti minggu kau mengabaikanku meskipun beribu penyesalan dan kata maaf telah banyak kuucapkan.
Karena pertengkaran itu begitu menyiksaku, aku melontarkan janji yang sama sekali tidakku kehendaki. Aku berjanji untuk lebih menghargai apa yang kau suka, sejak saat itu aku mulai berusaha masuk kedalam duniamu, mencoba suka dengan apa yang kau suka, mencoba terbiasa dengan segala hal tentang hobimu.
Hingga aku mulai menikmatinya, walaupun tidak begitu mengerti aku mulai tahu sedikit demi sedikit tentang kesukaanmu. Aku yang sesungguhnya pecinta musik pop melow kini pun jadi penikmat musik reggae karenamu. Beberapa tembang dari souljah dan musisi reggae lainnya yang tidak banyak kuketahui namanya sudah mulai dapat kulantunkan.
Aku pun tak pernah mempermasalahkan lagi asap rokok yang menganggu pernafasanku ketika kita sedang berbincang.
Andai saja kita masih bersama, aku akan membuatmu iri dengan pengalamanku sore tadi. Pasti akan kuceritakan dengan hebohnya dengan menunjukkan foto yang kupunya hingga membuatmu iri karena kesal.
Pengalaman tak berharga namun penuh arti, aku berjabat tangan dan berfoto dengan pria tinggi yang bertampang seram dengan bawaan yang santai juga bergaya reggae sekali karena rambut gimbal panjang yang menjadi ciri khasnya.
Pria yang tidak kuketahui namanya itu adalah gitaris dari band lokal "reggae mampus" yang tak sengaja kutemui sore tadi saat ia berkunjung ke kediaman milik bung yang menjadi tempat aku dan teman-teman sukmaku mencari pengalaman baru yang menyenangkan.
Ahhh.. hanya saja keinginan untuk membuatmu iri itu tak dapat kulakukan, aku rasa sudah tak ada kesempatan lagi. Aku ini siapa, hanya bagian dari masalalumu yang tak berarti. Aku bagaikan debu jalanan yang lenyap seketika saat hujan.
Aku hanya dapat menyimpan kisahku dalam tulisan yang mungkin tidak akan pernah kamu baca ini.
Aku pun tak ingin melukai perasaan seseorang dengan kembali nenyentuh masalalu kita. Akan ada orang yang tersakiti jika aku masih mengenangmu.
Hanya saja jika aku tak berkesempatan untuk melihat dan datang kembali pada masalalu itu biarkan aku mengabadikan sebagian dari kisahnya dengan variasi imajinasiku dalam bentuk tulisan seperti ini. Tulisan dari gadis belasan tahun yang kadang terjebak ditengah nostalgia tak berarti.
Komentar
Posting Komentar