Setelah berpisah denganku mengapa kau terlihat semakin kacau, mengapa kau kembali bersahabat dengan obat terlarang, minuman keras dan pergaulan yang hitam. Aku tahu mungkin segalanya sulit bagimu, aku tahu selain kau frustasi dengan perpisahan kita kau pun dipusingkan dengan masalah keluargamu.
Maaf kan aku telah membuatmu begini, maaf aku telah jadi salah satu penyebab kekacauanmu, terlebih lagi aafkan aku tak mendampingimu ditengah problema hidupmu.
Aku dengar ada sosok lain yang mengganggu keluargamu, memecah hubungan antara ibu dan ayahmu. Aku turut bersedih akan hal itu, karena hingga kini aku masih menganggap keluargamu adalah bagian keluargaku. Keluargamu yang penuh kehangatan, kebahagiaan yang selalu menerimaku berada ditengahnya. Aku pun terluka melihat ibu mu dilukai, terlebih lagi mengingat adikmu yang sudah kuanggap adikku sendiri itu masih belum cukup umur untuk menghadapi hal pahit seperti itu.
Kau tahu kondisi keluarga ku seperti apa bukan, aku tidak dapat membayangkan jika adikmu mengalami hal yang sama sepertiku disaat aku seusianya. Tak terbayangkan olehku jika tawanya yang renyah itu hilang seketika.
Kuatlah, jangan kalah oleh keadaan, dari tempatku berada tanpa kau ketahui aku selalu mendoakanmu. Tak banyak yang dapat kuberikan padamu disaat kita bukan siapa-siapa lagi, hanya sepanjat doa yang tulus untuk kebahagiaanmu yang dapat kuberikan.
Aku masih mengkhawatirkanmu lebih dari siapapun jika kau kembali melakukan hal-hal bodoh itu. Apa gunanya minuman keras dan obat itu, mereka hanya akan membuatmu semakin hancur, aku khawatir akan kesehatanmu, mungkin semua itu hanyalah pelampiasan bagimu. Tapi bukankah kau pernah berjanji padaku tidak akan mengenal obat terlarang dan minuman itu, mengapa kau mengingkarinya.
Aku tidak ingin suatu hal buruk terjadi padamu, aku masih peduli akan semua hal tentangmu, walau kita tidak berhubungan dan tidak ada ikatan apa-apa kamu masih selalu dalam pengawasanku.
Kamu tak dapat melihatku tapi aku dapat melihatmu. Kamu memang tak lagi disampingku tapi kamu selalu dihatiku.
Maaf kan aku telah membuatmu begini, maaf aku telah jadi salah satu penyebab kekacauanmu, terlebih lagi aafkan aku tak mendampingimu ditengah problema hidupmu.
Aku dengar ada sosok lain yang mengganggu keluargamu, memecah hubungan antara ibu dan ayahmu. Aku turut bersedih akan hal itu, karena hingga kini aku masih menganggap keluargamu adalah bagian keluargaku. Keluargamu yang penuh kehangatan, kebahagiaan yang selalu menerimaku berada ditengahnya. Aku pun terluka melihat ibu mu dilukai, terlebih lagi mengingat adikmu yang sudah kuanggap adikku sendiri itu masih belum cukup umur untuk menghadapi hal pahit seperti itu.
Kau tahu kondisi keluarga ku seperti apa bukan, aku tidak dapat membayangkan jika adikmu mengalami hal yang sama sepertiku disaat aku seusianya. Tak terbayangkan olehku jika tawanya yang renyah itu hilang seketika.
Kuatlah, jangan kalah oleh keadaan, dari tempatku berada tanpa kau ketahui aku selalu mendoakanmu. Tak banyak yang dapat kuberikan padamu disaat kita bukan siapa-siapa lagi, hanya sepanjat doa yang tulus untuk kebahagiaanmu yang dapat kuberikan.
Aku masih mengkhawatirkanmu lebih dari siapapun jika kau kembali melakukan hal-hal bodoh itu. Apa gunanya minuman keras dan obat itu, mereka hanya akan membuatmu semakin hancur, aku khawatir akan kesehatanmu, mungkin semua itu hanyalah pelampiasan bagimu. Tapi bukankah kau pernah berjanji padaku tidak akan mengenal obat terlarang dan minuman itu, mengapa kau mengingkarinya.
Aku tidak ingin suatu hal buruk terjadi padamu, aku masih peduli akan semua hal tentangmu, walau kita tidak berhubungan dan tidak ada ikatan apa-apa kamu masih selalu dalam pengawasanku.
Kamu tak dapat melihatku tapi aku dapat melihatmu. Kamu memang tak lagi disampingku tapi kamu selalu dihatiku.
Komentar
Posting Komentar