Langsung ke konten utama

maaf karena aku mencintaimu

Malam semakin gelap, hujan pun semakin deras, detik jam yang biasanya terdengar pun kini kalah dengan suara derasnya hujan. Aku tak tahu sekarang pukul berapa, namun sepertinya hampir tengah malam karena lampu-lampu di kota ku telah banyak yang padam.
Dikamar ku sambil memandangi layar ponsel dengan penuh harap aku menunggumu. Rasa kantuk yang kualami terkalahkan oleh rasa gelisahku.
Teringat kejadian siang tadi yang kita alami saat kita sedang menghabiskan waktu bersama, tiba-tiba ada seorang wanita cantik dengan setelan yang sangat modis terlihat seperti kebanyakan wanita yang kulihat di ftv. Dia menghampiri kita dengan ekspresi marah, ia berjalan dengan langkah cepat hingga rambutnya yang terurai panjang menjuntai kebelakang mengikuti angin.
Aku tahu siapa dia, dia kekasihmu. Aku terdiam membiarkan dia menampar pipiku hingga membuat wajahku berpaling kesamping karena tamparannya. Rasanya panas, terlebih lagi ia memakiku dengan hebatnya didepan banyak orang. Wanita jalang, murahan, tidak tahu diri, perebut kekasih orang. Aku masih tetap diam berdiri ditempatku tanpa ada satu pun gerakan yang kulakukan, segala yang ia katakan rasanya lebih nenyakitkan d bandingkan tamparan yang ia berikan. Dadaku terasa sesak, mataku terasa panas, hingga pipiku terasa basah. Aku pergi, aku berlari meningalkan wanita yang menamparku tadi dan dirimu.
Aku berharap seseorang mengejarku, membelaku, menarik tanganku, namun apa yang kau lakukan. Bahkan saat wanita itu menampar dan memaki ku kamu hanya diam tanpa sedikitpun tindakan untuk membelaku.
Aku tahu dimana posisiku, walaupun kau selalu mengatakan bahwa kau mencintaiku dari padanya tapi siapa aku, aku hanya simpananmu.
Aku wanita bodoh yang selalu menemanimu disaat kau diabaikan oleh kekasihmu, aku wanita yang memelukmu disaat kekasihmu sibuk.
Mengapa aku mencintaimu, mengapa segala hal bodoh itu kulakukan. Aku tau aku hanya sebuah persinggahan sementara bagimu dan kekasihmu itu adalah sebuah rumah dimana kau harus pulang.
Tapi mengapa kau membuatku nyaman dengan segala perhatianmu jika kau tak dapat menganggapku sebagai rumahmu.
Mengapa kau mengatakan kau lebih mencintaiku, mengapa disaat kau memelukku kau selalu melakukannya dengan erat, mengapa kau menciumku dengan begitu penuh kasih, kau pun selalu menjagaku dan tak pernah membiarkan satu pun pria lain untuk mendekatiku.
Sesungguhnya apa maksudmy, apa maumu melakukan segala hal itu.
Aku tahu aku tidak secantik kekasihmu tapi bukankah aku lebih membuatmu nyaman dari padanya. Aku pun lebih tulus mencintaimu.
Rasanya aku tak sanggup untuk memejamkan mata, sudah selarut ini kau masih belum menghubungiku. Apa yang terjadi, apa kau akan pergi dan memilih wanita itu. Setidaknya kau menghubungiku, tak dapatkah kau memberikan sedikit penjelasan kepadaku, atau katakan saja kau tidak sungguh-sungguh mencintaiku dan kau akan meninggalkanku.
Walaupun mungkin akan menyakitkan tapi kurasa  lebih baik dari pada kau pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.
Setidaknya aku harus meminta maaf, maaf kepada kekasihmu karena aju telah masuk kedalam cerita indah kalian sebagai tinta hitam dan maaf kepadamu karena aku hanya dapat menjadi kekasih gelapmu dan maaf karena aku mencintaimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...