Langsung ke konten utama

Tuan Egois



Heyy tuan egoisku..
Tuan egois aku ingin bercerita tapi bagaimana caraku mengatakan ini, aku merasa malu pada diriku sendiri, bahkan mengucapkan sepatah kata mengenai hal ini pun rasanya begitu sulit. Setelah kita berpisah aku bingung akan kepada siapa lagi menumpahkan segala keluh kesahku segala masalah hidup yang bagai duri itu. Selama ini aku hanya berani mengatakan segalanya kepadamu, setiap detailnya dapat dengan mudah ku keluh kesahkan padamu. Masalah dengan temaku, masalah dengan ayah dan ibuku, keluargaku, sekolahku, kesehatanku, keuanganku, masa depanku bahkan masalah keintimanku pun segalanya kukatakan padamu untuk menemukan segala solusinya. Kamu membantuku menghadapi segalanya, menemaniku melewati masa-masa tersulit dalam hidupku.
Tuan egois aku merindukanmu disaat hal sulit menerpa hidupku seperti ini, mungkin kau akan menganggapku wanita yang tidak tahu diri bagai sosok monster dalam kehidupanmu dengan taraf keegoisan yang tinggi, mungkin kau akan mencelaku dengan gelar wanita egois yang lebih egois dari pada dirimu karena aku hanya datang disaat seperti ini. Ah tapi terserahlah tuan egois kau akan menilaiku apa, aku tidak menemukan sosokmu pada diri kekasihku, aku belum berani memberi tahunya segala hal tentang diriku dan hidupku. Aku belum mempunyai kepercayaan lebih terhadapnya seperti aku mempercayaimu dulu.
Tuan egois, jika kau membaca tulisan tak berarti ini silahkan lah maki aku dengan sesukamu. Katakan saja segala hal yang kau pikirkan tentangku, keburukanku, atau kau masih berpikir untuk membuka rahasia-rahasia yang hanya kita berdua tau itu. Aku memang wanita yang tidak tahu diri, maafkan aku yang meninggalkanmu disaat kau sedang mengalami masalah tersulit dalam hidupmu, maafkan aku tidak menemani kesusahanmu seperti saat kau menemaniku, hanya saja segalanya terjadi dengan tidak tepat. Ah rasanya segala alasanku sudah tidak ada artinya lagi bagimu, aku memang menjijikan tuan egois, aku tahu kini kau sangat teramat membenciku.
Namun tuan egois, ayolah bantu aku dengan masalahku ini, kau yang membuatku terbiasa dengan kehadiranmu hingga kini aku seperti orang bodoh ketika tidak berada denganmu. Mengapa kau tega sekali melakukan hal ini padaku tuan egois. Mengapa dulu kau selalu ada dimasa tersulitku, mengapa kau mau menemaniku, mengapa kau membantuku, mengapa kau begitu baik padaku, bahkan saat tak ada satu orang pun yang peduli denganku saat aku bukan apa-apa kau masih tetap berada disisiku, kau memberiku kenyamanan dan kepercayaan yang begitu tinggi padamu.
Lalu siapakah yang salah saat aku memilih untuk meninggalkanmu hingga kini aku benar-benar merasa merindukanmu. Titik jenuhku, kebodohanku, waktu, ataukah keegoisanmu??
Mengapa takdir membuat kita begini tuan egois??
Ayolah jangan buatku mengingatmu lagi, mengapa banyak sekali kenangan tentangmu didalam pikiranku ini, bahkan kau masih sering muncul dalam mimpi ditidurku, kau pun masih sering menjadi penyebab mataku panas hingga pipiku terasa basah ketika kenangan-kenangan tentangmu muncul seketika. Bagaimana aku bisa benar-benar mencintai kekasihku jika kau masih menghantuiku, aku lelah tuan egois mengapa segalanya selalu bersangkutan denganmu.
Sesungguhnya aku ingin memulai hidup baru tanpamu, namun mengapa begitu sulit rasanya, mengapa saat aku mencoba melupakanmu malah semakin pekat ingatanku terhadapmu, terhadap kenangan-kenangan yang pernah kita lalui. Apa yang harus kulakukan tuan egois???

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...