Langsung ke konten utama

ketakutan gila

Udara malam ini begitu dingin, membuatku makin betah meringkuk didalam selimutku yang hangat.
Dari luar terdengar suara hujan yang turun sangat deras, sudah sekitar dua jam kurasa hujan itu belum juga berhenti.
Entah mengapa saat ini aku merasa risau, hatiku berdebar tak karuan, bahkan aku merasa sedih hingga aku menangis.
Tak kupahami apa yang telah terjadi kepada diriku ini, begitu kacaunya perasaanku.
Kurasa kebiasaan lamaku muncul lagi, ketakutanku datang lagi, rasa ini kembali menghantui.
Kusadar kala aku mulai merintih dengan lirih menyebut namamu, aku membutuhkanmu.
Disaat ketakutan terbesarku ini muncul, seperti ada sosok yang menangis ditelingaku, merintih memintaku datang kepadanya, terlebih lagi khayalanku yang  membuat ketakutanku menjadi nyata.
Biasanya disaat seperti ini ada kamu yang menenangkanku, ada kamu yang menemaniku menghadapi ketakutan gila ini.
Tapi kini aku disini tanpamu, bagaimana aku menghadapi hal buruk ini, rasanya aku terjebak dalam mimpi buruk yang konyol.
Mengapa hal ini terulang lagi, siapakah sosok yang menghantui fikiran serta khayalanku ini, apakah ini sebab dariku terlalu banyak berimajinasi.
Tapi hal ini begitu nyata, aku mendengarnya, ada suara tangis merintih yang memanggilku, suara itu ingin aku menemaninya, semakin aku berusaha tidak mendengar suara itu semakin dekat dengan telingaku.
Oh.. Tuhan hal macam apakah ini, kukira aku sudah tidak akan pernah mengalami hal ini lagi sejak saat itu, sejak ada dirinya yang meyakinkanku untuk kuat, tegar dan mengabaikan hal-hal penuh kemustahilan itu.
Tapi kali ini aku benar-benar merasa takut, aku sangat membutuhkanmu, aku rindu kamu menenangkanku disaat aku mulai kacau seperti ini.
Aku mulai berteriak, menangis, merintih, menarik rambutku sendiri, bergurau dengan ucapan yang tidak berarti.
Kali ini siapa yang akan mengerti kondisiku, sudah tidak ada lagi kamu, kupikir kau pun enggan datang lagi kedalam kehidupanku walaupun aku memohon.
Kekasihku tidak mengetahui kegilaanku ini, aku tidak berani banyak memberitahu kepadanya diriku yang sesungguhnya.
Aku takut dia tidak akan dapat mengerti segala kondisiku seperti kamu mengertiku dulu.
Aku tidak ingin bercerita terlalu banyak karena takut dia tidak akan menerimaku, aku takut dia akan pergi setelah mengetahui kebiasaan konyolku.
Akupun tidak ingin membandingkannya denganmu karena kutahu kalian memang sosok yang berbeda.
aku memiliki dirinya tapi mengapa aku masih merasa sendiri. Aku rindu ada sosok yang benar-benar setia menemaniku dalam ketakutanku, Kamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...