Udara malam ini begitu dingin, membuatku makin betah meringkuk didalam selimutku yang hangat.
Dari luar terdengar suara hujan yang turun sangat deras, sudah sekitar dua jam kurasa hujan itu belum juga berhenti.
Entah mengapa saat ini aku merasa risau, hatiku berdebar tak karuan, bahkan aku merasa sedih hingga aku menangis.
Tak kupahami apa yang telah terjadi kepada diriku ini, begitu kacaunya perasaanku.
Kurasa kebiasaan lamaku muncul lagi, ketakutanku datang lagi, rasa ini kembali menghantui.
Kusadar kala aku mulai merintih dengan lirih menyebut namamu, aku membutuhkanmu.
Disaat ketakutan terbesarku ini muncul, seperti ada sosok yang menangis ditelingaku, merintih memintaku datang kepadanya, terlebih lagi khayalanku yang membuat ketakutanku menjadi nyata.
Biasanya disaat seperti ini ada kamu yang menenangkanku, ada kamu yang menemaniku menghadapi ketakutan gila ini.
Tapi kini aku disini tanpamu, bagaimana aku menghadapi hal buruk ini, rasanya aku terjebak dalam mimpi buruk yang konyol.
Mengapa hal ini terulang lagi, siapakah sosok yang menghantui fikiran serta khayalanku ini, apakah ini sebab dariku terlalu banyak berimajinasi.
Tapi hal ini begitu nyata, aku mendengarnya, ada suara tangis merintih yang memanggilku, suara itu ingin aku menemaninya, semakin aku berusaha tidak mendengar suara itu semakin dekat dengan telingaku.
Oh.. Tuhan hal macam apakah ini, kukira aku sudah tidak akan pernah mengalami hal ini lagi sejak saat itu, sejak ada dirinya yang meyakinkanku untuk kuat, tegar dan mengabaikan hal-hal penuh kemustahilan itu.
Tapi kali ini aku benar-benar merasa takut, aku sangat membutuhkanmu, aku rindu kamu menenangkanku disaat aku mulai kacau seperti ini.
Aku mulai berteriak, menangis, merintih, menarik rambutku sendiri, bergurau dengan ucapan yang tidak berarti.
Kali ini siapa yang akan mengerti kondisiku, sudah tidak ada lagi kamu, kupikir kau pun enggan datang lagi kedalam kehidupanku walaupun aku memohon.
Kekasihku tidak mengetahui kegilaanku ini, aku tidak berani banyak memberitahu kepadanya diriku yang sesungguhnya.
Aku takut dia tidak akan dapat mengerti segala kondisiku seperti kamu mengertiku dulu.
Aku tidak ingin bercerita terlalu banyak karena takut dia tidak akan menerimaku, aku takut dia akan pergi setelah mengetahui kebiasaan konyolku.
Akupun tidak ingin membandingkannya denganmu karena kutahu kalian memang sosok yang berbeda.
aku memiliki dirinya tapi mengapa aku masih merasa sendiri. Aku rindu ada sosok yang benar-benar setia menemaniku dalam ketakutanku, Kamu.
Dari luar terdengar suara hujan yang turun sangat deras, sudah sekitar dua jam kurasa hujan itu belum juga berhenti.
Entah mengapa saat ini aku merasa risau, hatiku berdebar tak karuan, bahkan aku merasa sedih hingga aku menangis.
Tak kupahami apa yang telah terjadi kepada diriku ini, begitu kacaunya perasaanku.
Kurasa kebiasaan lamaku muncul lagi, ketakutanku datang lagi, rasa ini kembali menghantui.
Kusadar kala aku mulai merintih dengan lirih menyebut namamu, aku membutuhkanmu.
Disaat ketakutan terbesarku ini muncul, seperti ada sosok yang menangis ditelingaku, merintih memintaku datang kepadanya, terlebih lagi khayalanku yang membuat ketakutanku menjadi nyata.
Biasanya disaat seperti ini ada kamu yang menenangkanku, ada kamu yang menemaniku menghadapi ketakutan gila ini.
Tapi kini aku disini tanpamu, bagaimana aku menghadapi hal buruk ini, rasanya aku terjebak dalam mimpi buruk yang konyol.
Mengapa hal ini terulang lagi, siapakah sosok yang menghantui fikiran serta khayalanku ini, apakah ini sebab dariku terlalu banyak berimajinasi.
Tapi hal ini begitu nyata, aku mendengarnya, ada suara tangis merintih yang memanggilku, suara itu ingin aku menemaninya, semakin aku berusaha tidak mendengar suara itu semakin dekat dengan telingaku.
Oh.. Tuhan hal macam apakah ini, kukira aku sudah tidak akan pernah mengalami hal ini lagi sejak saat itu, sejak ada dirinya yang meyakinkanku untuk kuat, tegar dan mengabaikan hal-hal penuh kemustahilan itu.
Tapi kali ini aku benar-benar merasa takut, aku sangat membutuhkanmu, aku rindu kamu menenangkanku disaat aku mulai kacau seperti ini.
Aku mulai berteriak, menangis, merintih, menarik rambutku sendiri, bergurau dengan ucapan yang tidak berarti.
Kali ini siapa yang akan mengerti kondisiku, sudah tidak ada lagi kamu, kupikir kau pun enggan datang lagi kedalam kehidupanku walaupun aku memohon.
Kekasihku tidak mengetahui kegilaanku ini, aku tidak berani banyak memberitahu kepadanya diriku yang sesungguhnya.
Aku takut dia tidak akan dapat mengerti segala kondisiku seperti kamu mengertiku dulu.
Aku tidak ingin bercerita terlalu banyak karena takut dia tidak akan menerimaku, aku takut dia akan pergi setelah mengetahui kebiasaan konyolku.
Akupun tidak ingin membandingkannya denganmu karena kutahu kalian memang sosok yang berbeda.
aku memiliki dirinya tapi mengapa aku masih merasa sendiri. Aku rindu ada sosok yang benar-benar setia menemaniku dalam ketakutanku, Kamu.
Komentar
Posting Komentar