Sore tadi kulihat kalender yang tergantung dibelakang pintu kamarku, ternyata hari ini tanggal 22, dan mataku tertarik untuk melihat angka disebelah kirinya, hatiku seketika terketuk.
Aku merasa seperti akrab sekali dengan angka tersebut, 21. Ohh rasanya angka itu begitu melekat dalam sukmaku, namun kini sudah berjamur dihatiku karena sudah lama tak ku ingat.
Kini setelah memandang angka tersebut, aku tiba-tiba tenggelam dalam suatu hal, sesuatu yang disebut kenangan.
Kenangan-kenangan singkat namun membahagiakan, juga kenangan yang menyakitkan hingga terasa lama.
Tak kukira aku akan bisa melewati beberapa kali dua puluh satu dengan biasa, tanpa perayaan, tanpa ucapan happy anniversary sayang: ').
Ahh, iya baru ku ingat dua puluh satu kita, dua puluh satu yang kita rayakan selama empat tahun belakangan namun kini telah terlewati.
Tak pantas aku mengingatnya lagi, aku kira kau pun sudah tidak peduli.
Siapa aku kini berani-beraninya mengenang peristiwa di dua puluh satu. Mengupas kenangan yang sudah terbungkus rapi, menggali perasaan yang sudah terkubur dalam, menyiram luka yang hampir kering dengan garam.
Aku tidak ingin terlarut lebih lama, membuatku merasa ingin berjalan ke belakang, mengimingiku untuk kembali pada kepekatan masalalu yang amat kurindukan.
Biarkanlah aku terbiasa melewatkanmu, jangan biarkan aku menunggu bulan yang akan datang untuk bertemu denganmu dua puluh satu.
Jadilah kenangan yang tetap terkubur, jadilah ingatan yang akan memudar.
Pecahlah menjadi angka-angka tak berarti dan berserakan, biarkan aku merayakan empat belasku.
Teruslah lewat dalam setiap hariku sebagai angka tak berati yang kulupakan, selamat tinggal dua puluh satu. Aku tidak akan merindukanmu walaupun ku ingin.
Aku merasa seperti akrab sekali dengan angka tersebut, 21. Ohh rasanya angka itu begitu melekat dalam sukmaku, namun kini sudah berjamur dihatiku karena sudah lama tak ku ingat.
Kini setelah memandang angka tersebut, aku tiba-tiba tenggelam dalam suatu hal, sesuatu yang disebut kenangan.
Kenangan-kenangan singkat namun membahagiakan, juga kenangan yang menyakitkan hingga terasa lama.
Tak kukira aku akan bisa melewati beberapa kali dua puluh satu dengan biasa, tanpa perayaan, tanpa ucapan happy anniversary sayang: ').
Ahh, iya baru ku ingat dua puluh satu kita, dua puluh satu yang kita rayakan selama empat tahun belakangan namun kini telah terlewati.
Tak pantas aku mengingatnya lagi, aku kira kau pun sudah tidak peduli.
Siapa aku kini berani-beraninya mengenang peristiwa di dua puluh satu. Mengupas kenangan yang sudah terbungkus rapi, menggali perasaan yang sudah terkubur dalam, menyiram luka yang hampir kering dengan garam.
Aku tidak ingin terlarut lebih lama, membuatku merasa ingin berjalan ke belakang, mengimingiku untuk kembali pada kepekatan masalalu yang amat kurindukan.
Biarkanlah aku terbiasa melewatkanmu, jangan biarkan aku menunggu bulan yang akan datang untuk bertemu denganmu dua puluh satu.
Jadilah kenangan yang tetap terkubur, jadilah ingatan yang akan memudar.
Pecahlah menjadi angka-angka tak berarti dan berserakan, biarkan aku merayakan empat belasku.
Teruslah lewat dalam setiap hariku sebagai angka tak berati yang kulupakan, selamat tinggal dua puluh satu. Aku tidak akan merindukanmu walaupun ku ingin.
Komentar
Posting Komentar