Hujan menenangkan suasana hatiku, namun flu yang kini menyerangku benar-benar menyiksa.
Hari ini kondisi tubuhku tidak begitu baik, seharian aku hanya meringkuk didalam selimutku.
Kebetulan hari ini hujan turun dengan gilanya, ia tidak memberikan kesempatan bagi para manusia untuk menjalani aktivitas mereka dengan lancar.
Kubuka tirai jendelaku, ku tatap butir-butir air yang turun dari langit itu. Jalanan begitu sepi, tak ada pejalan kaki yang lewat, pengendara sepeda motor pun tak terlihat, hanya beberapa mobil pribadi yang berlalu lalang.
Beberapa hari ini hidupku terasa melankolis, segala hal yang terjadi terasa salah dan menyedihkan.
Entah aku yang berlebihan dengan sikapku atau memang nyatanya begitu melankolisnya.
Bencana alam terjadi dimana-mana, namun bukan bencana alam seperti halnya gempa bumi, banjir, tanah longsor atau semacamnya.
Namun bencana dalam realita kehidupan, penghianatan, kebohongan, terbongkarnya fakta kejahatan, konspirasi merajalela, hingga lunturnya rasa kepercayaan.
Menyakitkan bila teringat hal menjijikan yang kalian lakukan.
Siapa aku ini?? Apa kesalahanku pada kalian keturunan adam dan hawa yang begitu kusayangi??
Begitu peliknya kejahatan kalian!
Keduanya orang-orang terdekatku kalian yang menghianatiku.
Apa yang harus kulakukan pada kalian, aku terlalu sayang untuk marah pada kalian.
Kamu, apakah tidak menganggap penting hubungan kita yang namanya persahabatan itu? Jika kau menyukai pria brengsek itu, katakan saja dari awal, aku akan begitu rela melepaskannya untukmu, setidaknya sebelum aku terjebak dalam hal yang namanya cinta olehnya.
Dan kau! Lelaki brengsek yang aku cinta.
Mengapa kau peluk aku jika kau pun memeluk wanita yang kusebut sahabat itu.
Aku begitu menyayangi kalian namun mengapa kalian berikan balasan yang begitu kejinya.
Kalian memelukku namun juga menusukku secara bersamaan.
Tidak ada satupun dari bagian tubuhku yang terluka dan berdarah. Namun luka itu terasa tepat dijantung hatiku, begitu hancurnya perasaanku hingga tak terbendung lagi kesedihanku.
Bahkan aku tak dapat lagi meledak-ledak seperti biasanya dikala kemarahanku memuncak.
Kepada siapa aku dapat berbagi kepahitan ini. Jika biasanya kalian lah tempatku berbagi kini kalian malah menjadi pemeran utama dalam drama menjijikan ini.
Aku yang kini hanya dapat berdiri diam dan mematung melihat drama indah kalian yang menyayat nadiku.
Aku bersedih hingga muak oleh cerita cinta yang kalian buat begitu ironis ini.
Sungguh kalian adalah aktris dan aktor kawakan yang begitu hebat. Berpura-pura dengan kepalsuan. Menggoreskan tinta hitam dalam catatan indah hidupku, mengobrak-abrik ruang lingkup bahagiaku.
Pedih memang yang kurasa, namun apa yang dapat ku lakukan. Hatiku tak sanggup untuk menghukum kalian, bibirku tak dapat untuk mencaci bahkan memaki. Kalianlah tersangka yang jadi terdakwa tapi mengapa aku yang membayar hukuman ini untuk kalian.
Tak banyak yang dapat ku ucapkan pada kalian yang tidak akan pernah mengerti betapa hancurnya diriku.
Hanya terimakasih pernah menjadi sahabat dan kekasihku sebelum kalian menjadi monster tak berhati.
Hari ini kondisi tubuhku tidak begitu baik, seharian aku hanya meringkuk didalam selimutku.
Kebetulan hari ini hujan turun dengan gilanya, ia tidak memberikan kesempatan bagi para manusia untuk menjalani aktivitas mereka dengan lancar.
Kubuka tirai jendelaku, ku tatap butir-butir air yang turun dari langit itu. Jalanan begitu sepi, tak ada pejalan kaki yang lewat, pengendara sepeda motor pun tak terlihat, hanya beberapa mobil pribadi yang berlalu lalang.
Beberapa hari ini hidupku terasa melankolis, segala hal yang terjadi terasa salah dan menyedihkan.
Entah aku yang berlebihan dengan sikapku atau memang nyatanya begitu melankolisnya.
Bencana alam terjadi dimana-mana, namun bukan bencana alam seperti halnya gempa bumi, banjir, tanah longsor atau semacamnya.
Namun bencana dalam realita kehidupan, penghianatan, kebohongan, terbongkarnya fakta kejahatan, konspirasi merajalela, hingga lunturnya rasa kepercayaan.
Menyakitkan bila teringat hal menjijikan yang kalian lakukan.
Siapa aku ini?? Apa kesalahanku pada kalian keturunan adam dan hawa yang begitu kusayangi??
Begitu peliknya kejahatan kalian!
Keduanya orang-orang terdekatku kalian yang menghianatiku.
Apa yang harus kulakukan pada kalian, aku terlalu sayang untuk marah pada kalian.
Kamu, apakah tidak menganggap penting hubungan kita yang namanya persahabatan itu? Jika kau menyukai pria brengsek itu, katakan saja dari awal, aku akan begitu rela melepaskannya untukmu, setidaknya sebelum aku terjebak dalam hal yang namanya cinta olehnya.
Dan kau! Lelaki brengsek yang aku cinta.
Mengapa kau peluk aku jika kau pun memeluk wanita yang kusebut sahabat itu.
Aku begitu menyayangi kalian namun mengapa kalian berikan balasan yang begitu kejinya.
Kalian memelukku namun juga menusukku secara bersamaan.
Tidak ada satupun dari bagian tubuhku yang terluka dan berdarah. Namun luka itu terasa tepat dijantung hatiku, begitu hancurnya perasaanku hingga tak terbendung lagi kesedihanku.
Bahkan aku tak dapat lagi meledak-ledak seperti biasanya dikala kemarahanku memuncak.
Kepada siapa aku dapat berbagi kepahitan ini. Jika biasanya kalian lah tempatku berbagi kini kalian malah menjadi pemeran utama dalam drama menjijikan ini.
Aku yang kini hanya dapat berdiri diam dan mematung melihat drama indah kalian yang menyayat nadiku.
Aku bersedih hingga muak oleh cerita cinta yang kalian buat begitu ironis ini.
Sungguh kalian adalah aktris dan aktor kawakan yang begitu hebat. Berpura-pura dengan kepalsuan. Menggoreskan tinta hitam dalam catatan indah hidupku, mengobrak-abrik ruang lingkup bahagiaku.
Pedih memang yang kurasa, namun apa yang dapat ku lakukan. Hatiku tak sanggup untuk menghukum kalian, bibirku tak dapat untuk mencaci bahkan memaki. Kalianlah tersangka yang jadi terdakwa tapi mengapa aku yang membayar hukuman ini untuk kalian.
Tak banyak yang dapat ku ucapkan pada kalian yang tidak akan pernah mengerti betapa hancurnya diriku.
Hanya terimakasih pernah menjadi sahabat dan kekasihku sebelum kalian menjadi monster tak berhati.
Komentar
Posting Komentar