Langsung ke konten utama

Hal Yang Tak Dapat Ku Sampaikan

Kekasihku, ada yang ingin kusampaikan padamu namun rasanya hal ini tak sanggup kulontantarkan kepadamu. Tak kumiliki keberanian yang cukup untuk mengatakannya.
Aku bingung dengan diriku sayang, mengapa aku begitu bodoh mau menerimamu sebagai kekasihku. Aku merasa diriku sebagai wanita yang jahat, aku tahu saat dekat denganku kau sudah memiliki kekasih, namun mengapa aku tak dapat mengabaikan mu kala itu, mengapa aku terpedaya oleh beribu kata manismu.
Sesungguhnya kala itu pun aku memiliki hubungan dengan seorang pria, pria yang benar-benar kucintai lebih dari pada aku mencintaimu saat ini sayang. Hanya saja memang hubunganku saat itu sedang bagaikan kapal yang terbelah karena menabrak karang.
Disaat hal itu terjadi bagaimana aku dapat mengabaikanmu, kau datang memberikan perhatian yang lebih disaat aku haus karenanya. Kau datang sebagai sosok pria dewasa yang humoris, kau membuatku nyaman saat berada didekatmu, bahkan parasmu yang lebih tampan dari kekasihku waktu itu membuatku begitu terpesonanya.
Aku pun tak mengerti sayang mengapa kau memberikan perhatian yang lebih itu disaat kau memiliki wanita disampingmu.
Aku pernah terluka ketika kau tiba-tiba menjauh karena kekasihmu mulai tahu tentang sosokku, aku tahu dia memakiku dengan cemoohan yang amat menjijikkan. Aku berusaha bersikap baik-baik saja dan seolah tidak pernah terjadi sesuatu antara kita disaat kita berpapasan. Namun aku merindukanmu, aku ingin melihatmu, aku merasa ada rasa bahagia ketika mendengar kabar kau putus dengan kekasihmu waktu itu.
Beberapa waktu kemudian kau datang kembali dalam hidupku, mencoba kembali masuk menerobos kedalam skenario kehidupanku, kembali memberi beribu perhatian yang sudah lama tak aku dapatkan dari kekasihku yang kau tidak ketaui sosoknya itu.
Aku terjebak lagi, aku merasa nyaman lagi, aku menerimamu lagi, bahkan aku meninggalkan kekasihku karena aku berharap dapat mengawali hubungan yang baru denganmu.
Hingga akhirnya hal yang kuharapkan terjadi, aku memilikimu sebagai kekasihku. Namun waktu yang kujalani dengamu mengapa malah membuatku melakukan suatu kejahatan. Aku merasa banyak hati yang tersakiti karena hubungan kita. Terlebih lagi mantan kekasihmu itu terus memakiku, mungkin ia menganggapku sebagai wanita tidak tahu diri yang merebutmu darinya dengan kejam, dia pikir aku merayumu.
Namun bukan hanya dengan wanita yang kini jadi mantan kekasihmu itu saja aku merasa bersalah.
Orang paling tersakiti karenanya kurasa adalah pria yang tak pernah kau ketahui sosoknya itu, dia yang dulu sangat aku cintai mungkin sampai saat ini.
Aku melepaskannya begitu saja, ya walaupun bukan hanya kau satu-satunya alasan bagiku untuk berpisah dengannya.
Kini aku memikirkannya, mengapa aku begitu jahatnya, mengapa aku mengikuti perasaan sesaat ku kala itu.
Hanya saja kini semuanya sudah telah terjadi, tak ada hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki segalanya, mengembalikan semua pada keadaan semula.
Aku hanya bisa berusaha mencintaimu dan melupakan cinta lamaku. Dan kuharap kau tidak akan membuatku menyesal pada suatu saat nanti karena aku telah memilihmu. Aku berharap banyak darimu sayang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...