Langit semakin pekat, kubuka tirai jendela untuk melihatnya tak ada cahaya bintang ataupun rembulan yang menghiasi malamnya.
Kurasa sebentar lagi hujan akan turun dari persembunyiannya, dan kini terdengar gemuruh diatas sana.
Lampu dikamarku sudah padam dan suasana diluar pun sudah semakin sepi, tak ada lagi kendaraan berlalu lalang yang lewat dijalan depan rumahku.
Kutatap layar ponselku dan terlihat jam di ujung sebelah kanan layar ponselku yang menunjukkan sekarang sudah pukul 22.50.
Tubuhku sudah terasa lelah namun mataku masih enggan untuk terpejam. Masih kupandangi layar ponselku namun kali ini aku melihat walpaper yang muncul dilayar ponselku itu, disana terlihat potretmu bersama denganku.
Ahh.. aku resah saat ini, mengapa sampai selarut ini kamu belum juga mengabariku. Aku sudah merasa lelah menunggu pesan singkatmu, namun yang kuherankan mengapa aku masih tetap saja menunggu.
Hatiku menggebu gebu karena resah, aku khawatir karena kabar terakhir yang kuterima darimu adalah kau bilang akan balapan mobil seperti biasanya.
Bukankah sudah beberapa kali kita bertengkar hanya karena masalah ini, sudah kukatakan aku benci hobimu yang menurutnu keren itu.
Bodoh melakukan hal yang mempertaruhkan nyawa, teruslah kau tak pernah mendengarkanku, menurutmu aku cemburu dengan gadis-gadis berpakaian minim yang ada di club itu bersamamu itu jadi kau hanya selalu meyakinkanku bahwa jau hanya mencintaiku dan apapun yang kau lakukan tidak akan melebihi batas karena kau hanya menyalurkan hobimu. Aku paham apa yang kau katakan, aku mengerti bahwa sulit untuk berhenti melakukan hobi yang kau suka, aku pun juga tak mungkin bisa jika ada seseorang yang menyuryhku berhenti menulis. Tapi bukan itu alasannya, bukan karena gadis-gadis itu permasalahannya, aku tak mengkhawatirkan mereka akan merebutmu dariku karena aku percaya padamu, hanya saja aku mengkhawatirkan keselamatanmu sayang, aku tidak ingin hal-hal buruk terjadi padamu.
Sambil berbaring kupikir lebih baik menunggumu sambil mendengarkan musik supaya kantukku tidak begitu terasa. Terputar lagu "detik terakhir" dari band lyla saat ini di playlist daftar laguku.
Aku bernyanyi pelan mengikuti suara vokalisnya, tok tok... ada yang mengetuk jendela kamarku, kuhentikan nyanyianku dan hanya terdengar suara vokalis yang bernyanyi, siapa fikirku datang selarut ini, kubuka tirai jendelaku dan kulihat kamu ada dibaliknya. Ahh membuatku kaget saja, kamu tersenyum dengan raut wajah yang amat manis dan teduh, namun malam ini kau terlihat sangat pucat, apa mungkin karena aku melihatmu dari balik jendela jadi kau terlihat pucat.
Kubuka jendela kamarku agar bisa melihatmu dengan jelas walaupun masih terhalang oleh tralis besi tapi kurasa aku dapat melihatmu dengan sangat jelas, kau berjalan semakin mendekat kearahku nanun wajahmu begitu datar.
Ketika kamu tepat didepanku tanpa memberimu kesempatan bicara aku langsung mengoceh melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sejak tadi membuatku khawatir,"kamu kemana aja sih, kenapa dari tadi gak ngabarin aku, kenapa telponku gak kamu angkat, aku kan udah bilang kamu jangan pergi, liat geh sekarang muka kamu pucet gitu, kamu belum makan ya, kamu sakit ya?". Membuatku kesal saja, kau menjawab pertanyaanku hanya dengan menggelengkan kepala, lalu kau tersenyum teduh sambil menyodorkan bunga mawar berwarna putih kepadaku.
Selalu saja begitu, kau tahu sekali setiap aku marah kau selalu memberiku bunga mawar untuk meredakan amarahku.
Kuraih bunga itu dan kubalas senyummu tanpa kata, tak ada lagi amarah dihatiku saat ini, kutahu kau benar-benar mencintaiku dari tatapanmu itu, kita saling berpandangan dengan senyum yang tersimpul diwajah satu sama lain namun tetap diam dalam keheningan.
Ponselku berdering, sepertinya ada panggilan masuk dari nada yang terdengar, siapa pikirku menelpon selarut ini pasti ada hal penting. "Tunggu sebentar ya, aku angkat telpon dulu", ujarku padamu.
Tanpa mendengar jawabanmu aku langsung membalikkan badan dan meraih ponselku yang terletak diranjang tempat tidurku, tanpa melihat siapa yang menelpon aku menjawabnya.
Terdengar nafas panik yang terengah-engah diujung telpon, aku bertanya "ada apa??". Suara diujung telpon menjawab dengan suara yang terdengar lirih dan terbata-bata.
Aku berdiri diam sambil mendengarkan apa yang dikatakannya. Setelah telpon terputus aku berkata "apakah dia bercanda? Apakah maksudnya berkata seperti itu, jika itu benar-benar terjadi bagaimana, apakah hal tersebut pantas dijadikan lelucon, dasar bajingan!. Namun saat itu entah mengapa sambil marah aku merasa sangat sedih, seperti ada pisau yang menancap dalam dihatiku.
Apa yang dia katakan tadi kembali kupikirkan dan terus saja terngiang, suara diujung telpon itu bilang kau kecelakaan pukul 22:50 tadi saat balapan, katanya kau terluka sangat parah dan meninggal ditempat kejadian. Lelucon macam apa itu pikirku.
Hingga aku lupa tadi aku sedang bicara denganmu dari balik jendela kamarku. Dan saat aku kembali, kulihat sudah tidak ada lagi sosokmu dibalik jendela yang terbuka itu, hanya ada angin yang berhembus menyelinap masuk lewat jendela yang menuju kearahku hingga membuat seluruh tubuhku dingin seketika.
Sambil kurasakan dingin yang menyelimuti, aku masih tetap berdiri terdiam dan menatap kebalik jendela.
Bersambung
Komentar
Posting Komentar