Langsung ke konten utama

Aku muak.

Hey Tuan.
Ada yang ingin kukatakan, tak mampu terurakan lewat ucapan, maka baca ini dengan sebaik-baiknya.

Sebelumnya, terimakasih karena telah hadir dalam hidupku.
Setidaknya warna abu-abu hidupku kini sudah punya teman tujuh warna pelangi semenjak kamu hadir.

Tuan.
Aku sedang ketakutan, sangat takut.
Takut yang tak kumengerti seberapa pun aku coba mengatasinya.

Tuan, aku takut mencintaimu.
Tapi bagaimana ketakutan itu berubah jadi nyata kini. Aku takut mencintaimu adalah salah.
Lalu bagaimana jika sudah cinta begini?

Tuan, bisakah tenangkan aku bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Bisakah yakinkan padaku bahwa mencintaimu adalah keputusan yang paling tepat.
Bisakah Tuan?

Tuan, sungguh aku sudah muak dengan segala hal yang mengatasnamakan cinta.
Seperti kata, kalau kamu berbeda dengan laki-laki lain, kalau aku satu-satunya, kalau kamu tidak akan pernah menyakitiku seperti yang dilakukan seseorang di masalaluku, kalau aku berbeda dari semua wanita yang pernah kamu temui, atau apalagi hal-hal lainnya yang semacam itu.

Jangan katakan padaku yang seperti itu, aku sudah pernah dengar semua, jauh sebelum kita saling temu. Maka tidaklah berlebihan jika aku bilang sudah muak dan lelah.

Dan Tuan, ketahuilah bahwa hatiku sudah tak lagi luluh dengan kata-kata.
Mati rasa sudah.
Bahkan tak perlu aku kau puja dengan ucapan " kau cuma mau diriku, atau aku kau tak peduli dengan wanita lain yang bahkan lebih cantik dariku".

Jadi Tuan.
Bagaimana?
Bisakah kamu melakukannya?
Karena aku hanya tak mau cinta ini jadi sia-sia pada akhirnya.
Aku tak mau jika diakhir nanti, aku sangat ingin dirimu tapi malah bukan lagi aku yang kau inginkan, karena yang kutakutkan perasaanmu memiliki masa yang ada habisnya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...