Langsung ke konten utama

selamat kehilangan cinta terbesar

Saat kamu ditemukan oleh orang lain aku merasa dibuang oleh mu.

Apa salahku jika aku berhenti. Aku hanya muak dengan keras kepalamu itu Tuan.
Aku lelah menunggu kamu bahkan yang tak membutuhkanku. Aku lelah mengharapkanmu yang bahkan tak menginginkanku.
Aku tak ingin menyia-nyiakan rinduku kepadamu. Apa lagi membuang waktuku hanya untuk orang yang sedetikpun tak memikirkanku.
Perjuanganku hanyalah semu untukmu, yang kuberi tak pernah kau butuhkan.
Cacian, makian, atau sumpah serapah terlontar darimu, apakah dalam hubungan hal itu patut kau lakukan.
Aku wanita yang punya hati, bukan binatang hina yang hanya kau jadikan pelampiasan amarahmu.
Aku baru tau bahwa mencintai orang sebesar ini malah menimbulkan luka. Bukan bahagia seperti yang pernah kita andai-andaikan.
Baiklah aku akan mengikis rasa ini demi perlahan, menghapus cinta yang tak kau peduli seberapa besarnya, mengabaikan pengorbanan yang pernah dilakukan, menghilangkan mimpi untuk hidup bersama.
Tuan, aku mencintaimu. Namun aku tak ingin hidup bersama pria yang bahkan tak membutuhkanku.
Aku tidak ingin menjadi wanita yang tidak berguna. Aku bukan wanita yang hanya ingin kau bahagiakan saja. Mana mungkin aku bahagia disaat pria yang kucintai sedang kesulitan. Aku tau aku tak kuasa untuk menghentikan persoalanmu itu, aku hanya butuh kita berjalan pada suatu titik yang sama menuju tanjakan atau turunan yang berliku.
Jadi salamu tuan, aku menyalahkanmu atas perpisahan ini.
Aku hanya kecewa karena ternyata pandanganmu terhadapku serendah itu. Ternyata aku sehina itu dimatamu.
Aku pun kecewa ternyata kamu tidak melandasi semuanya dengan kepercayaan. Tidak sepercaya aku terhadapmu. Mana mungkin aku dapat hidup bersama pria yang bahkan tak mempercayaiku. Apa kau takut aku menikammu jika terlalu percaya.
Oh Tuan, aku hanya ingin merasa dibutuhkan, merasa diandalkan.
Sudahlah lupakan, kamu bahkan tak dapat mengerti penjelasanku yang panjang kali lebar ini. Percuma karena kamu terlalu keras kepala untuk mencerna segalanya.
Aku menyerah, selamat kehilangan cinta terbesar dari wanita selain keluargamu Tuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...