Aku masih ingat betapa kesulitannya aku untuk tidur, hanya karena setiap malam selalu teringat percakapan-percakapan kita. Karena saat itu aku bodoh, bodoh tetap ingin kau kembali meski sudah dihianati berkali-kali. Herannya, aku tetap bersikukuh bahwa perasaan cintaku memang pantas untukmu, meski kau juga berkali-kali mengabaikanku. Tapi sebelum diantara kita ada sekat, semua kenangan yang ada memang benar nyata adanya. Memikirkanmu saat awal dulu, takkan ada yang percaya kamu pernah semanis itu. Kamu yang selalu berjalan di belakangku, mengawasiku lewat ekor matamu, tak pernah lepas aku dari pandangmu, kejutan kecil seperti es cream manis yang kau letakkan di genggaman tanganku, mawar ungu yang tiba-tiba ada di dalam tasku, pesan singkat bahwa aku harus tau kalau kamu menyayangiku, ucapan selamat pagi yang tak pernah lewat semenit pun dari pukul tujuh, hal-hal sederhana yang membahagiakan aku kala itu, kamu pernah seperti ini, kamu pernah melakukannya untukku. Sampa...