Aku masih ingat betapa kesulitannya aku untuk tidur, hanya
karena setiap malam selalu teringat percakapan-percakapan kita.
Karena saat itu aku bodoh, bodoh tetap ingin kau kembali
meski sudah dihianati berkali-kali.
Herannya, aku tetap bersikukuh bahwa perasaan cintaku memang
pantas untukmu, meski kau juga berkali-kali mengabaikanku.
Tapi sebelum diantara kita ada sekat, semua kenangan yang
ada memang benar nyata adanya.
Memikirkanmu saat awal dulu, takkan ada yang percaya kamu
pernah semanis itu.
Kamu yang selalu berjalan di belakangku, mengawasiku lewat
ekor matamu, tak pernah lepas aku dari pandangmu, kejutan kecil seperti es
cream manis yang kau letakkan di genggaman tanganku, mawar ungu yang tiba-tiba
ada di dalam tasku, pesan singkat bahwa aku harus tau kalau kamu menyayangiku,
ucapan selamat pagi yang tak pernah lewat semenit pun dari pukul tujuh, hal-hal
sederhana yang membahagiakan aku kala itu, kamu pernah seperti ini, kamu pernah
melakukannya untukku.
Sampai detik ini, aku masih tak percaya, mengapa kita jadi
seperti ini, seperti dua orang asing yang tak pernah saling peduli.
Aku pun masih tak mengerti salahku dimana, tapi sedikit pun
penjelasan enggan engkau berikan.
Berjalan jauh, dan makin jauh setiap harinya, hingga kini
kamu tak lagi dapat kujangkau.
Rasanya menyedihkan, kau tinggalkan aku dengan sejuta
kenangan, lalu bagaimana aku bisa hidup dengan tenang?
Malam ini aku pun kesulitan tidur, tawamu seperti masih
terdengar disekitar, aromamu tertinggal dimana-mana hingga aku hanya bisa menangis,
menyadari bahwa ini yang namanya rindu, rindu yang tebusannya hanya satu, yaitu
kamu.
Komentar
Posting Komentar