Langsung ke konten utama

Dibalik Jendela


Apa kabar kamu pria terhebat dalam bagian hidupku??
Beberapa malam yang lalu aku berada dibalik jendela itu sayang, aku duduk di dalam memandang keluar dari balik jendela seolah-olah aku sedang menunggumu
Yaaa seperti beberapa waktu lalu sayang, saat kita masih menjadi sepasang kekasih. Saat pertengkaran sedang menguji hubungan kita, saat kau menolak bertemu denganku. Aku dibalik jendela itu, jendela kamar temanku yang rumahnya bersebelahan dengan rumahmu, jendela dengan kaca hitam yang memiliki banyak kenangan tersendiri untukku.
Dibalik jendela itu aku sering mengawasimu, memandangmu dari dalam tanpa kau tahu aku dibalik jendela itu, melihatmu tertawa saat berkumpul dengan teman-temanmu, mengawasi sampai larut malam saat aku menginap dikamar yang memiliki jendela itu apakah kau sudah pulang kerumah, menatapmu menunggumu melewati jalan yang terlihat dari jendela itu.
Aku pernah tersenyum, tertawa, menangis saat itu. Saat aku pernah berada dibalik jendela itu beberapa waktu lalu karenamu. Namun beberapa malam kemarin aku hanya diam tanpa senyum, tawa, ataupun tangis seperti yang pernah kualami. Aku diam dengan rasa yang berkecamuk dalam hatiku, aku tak mengerti apa yang terjadi, apa yang kurasakan, apa yang kupikirkan.
Berada dibalik jendela itu hanya membuatku merasa sesak, membuatku kembali mengingat apa yang pernah kulakukan dibalik jendela itu beberapa waktu lalu, ya segalanya semakin menyesakkan karena dibalik jendela itu yang kulakukan hanyalah melihatmu. Melihat kepergian dan kedatanganmu, waktu itu aku masih melihatmu karena memang kamu yang kutunggu. Namun kini berbeda, aku memang disini dibalik jendela ini, aku memang sepertinya menunggu walaupun tanpa kepastian.
Siapa aku menunggumu, apa hakku masih menunggumu, ah bodohnya aku ini. Mengapa aku berada disitu, mengapa aku berada dibalik jendela itu, jendela yang sampai saat ini tahu aku sering memperhatikanmu diam-diam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...