Langsung ke konten utama

Ketika Ia Pergi Tanpa Lambaian Tangan


Ketika ia pergi tanpa lambaian tangan, ia memutuskan pergi darimu meskipun ia tahu bahwa dirinya masih mencintaimu. Namun baginya saat itu mungkin itulah pilihan yang terbaik, ia terlalu lelah dengan hatinya, ia lelah mencintaimu karena ia tak pernah bisa berhenti untuk mencintaimu.
Padahal beberapa kali kamu mengecewakannya tapi saat itu ia masih mencintaimu, ia pun tak mengerti mengapa ia bisa mencintai pria sepertimu. Kamu, kamu yang telah banyak mengambil sesuatu darinya, hal-hal berharga dalam hidupnya. Hingga ia tak punya apa-apa karena apa yang ia miliki telah menjadi milikmu.
Waktunya adalah milikmu, cintanya adalah milikmu, keluarganya juga milikmu, hatinya milikmu, tubuhnya milikmu dan hidupnya benar-benar milikmu. Apa yang kau renggut darinya membuat dirinya tak lagi berharga.
Hingga ia sadar hidupnya hanya terkendalikan olehmu, ia memang mencintaimu tapi ia sadar itu tidak benar. Siapa kamu berani-berani mengambil alih hidupnya.
Kini ia telah menemukan dunia nya saat ia memutuskan pergi darimu, meski kadang ditengah lamunannya ia masih melihat bayang-bayangmu.
Sekarang ia sudah punya kekasih, seorang pria yang lebih tinggi darimu, seorang pria yang lebih tampan darimu, seorang pria yang lebih menyenangkan darimu. Pria itu baik, teman-temanku pun menyukainya. Hanya saja pria itu tidak lebih mengertinya dibandingkan dirimu, pria itu tidak seperti kamu yang mengetahui segala hal tentangnya. Pria itu tidak seposesif kamu yang selalu mengaturnya ini itu.
Ia bahagia bersama pria itu, namun ia takut dengan perasaannya, ia takut untuk mencintai pria itu seperti saat ia mencintaimu dulu, ia takut hal-hal saat bersamamu kembali terulang dengan pria itu. Ia tidak ingin melakukan kesalahan yang pernah dilakukan denganmu kembali terjadi dengan pria itu.
Ia dalam keraguan, terlebih lagi saat terbersit dalam pikirannya untuk kembali padamu, saat ia merindukan sosokmu, ia menjadi goyah, masalalu saat bersamamu benar-benar mengganggunya.
Mengapa banyak sekali hal yang ia lakukan denganmu, mengapa banyak sekali kenangan-kenangan kalian, ia kesulitan untuk melupakan semuanya. Dapatkah kamu membantunya, ia bilang bantuan yang ia harapkan darimu hanya jangan pernah kembali dalam hidupnya, jangan lagi muncul dihapannya, karena melihatmu hanya membuatnya semakin mencintaimu.
Kamu yang hanyalah masalalunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...