Langsung ke konten utama

Masalalu

Masalalu... aku merindukanmu dengan amat rinduu
Terlalu rindunya aku menyakiti hatiku sendiri, aku memperhatikanmu dari dunia yang tidak nyata
Aku tidak memiliki keberanian untuk melihatmu secara langsung hingga aku hanya dapat memandangi potretmu difolder kenangan tentang masalalu kita yang masih ku simpan
Dalam potret itu aku melihat kau tertawa, aku pun melihat potretku yang sedang tertawa
Yaaahhh itu potret kita berdua yang sedang tertawa bahagia dengan kasih sayang
Ahhh.. rasanya bahagia melihat kenangan-kenangan indah itu, namun bahagiaku bercampur dengan pilu serta sesak yang memenuhi lingkup kecil diruang hatiku ini
Memandang beberapa potret manis itu membuatku menengok kebelakang melihat kembali beberapa peristiwa tak penting namun penuh arti yang pernah kita lalui
Yahhh rasanya menyesakkan ketika tersadar semua yang kulihat dan kubayangkan hanya masalalu
Menyedihkan ketika sadar semua hal manis itu tak dapat aku lalui lagi bersamamu
Ini memang pilihanku yang membuat hal-hal itu tinggal menjadi kenangan
Entah mengapa aku melakukan hal itu hingga kini terdapat suatu sesal dibalik hatiku
Masih dengan memandangi kenangan kita, tiba-tiba buliran air mata terjatuh dari kelopak mataku yang sendu ini, tubuhku melemas seketika seakan jiwaku melayang terpisah dari raga ini
Semakin tak terkendali, aku semakin terisak dan kusadari aku menangis, mengangkat tangan untuk menghapus bulir air mata ini pun nyatanya aku tak sanggup
Air mataku semakin deras hingga tetesannya membasahi kerah kemeja yang ku kenakan
Aku tak mengerti sesungguhnya apa yang sedang terjadi, keadaan seperti apa yang kualami saat ini, aku berusaha menghentikan isakku, aku berusaha menghapus air mataku walau nyatanya air mata ini tetap saja dan terus mengalir
Aku berusaha menenangkan diriku, isakku terhenti namun nafasku semakin tak teratur, yang aku heran mengapa air mata ini semakin derasnya
Aku terus menangis sambil menatap potret itu, semakin dalam aku menatap, semakin sesak dadaku dan baru kusadari ternyata aku sangat merindukanmu, Masalaluku...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...