Langsung ke konten utama

Surat untuk Hujan

Teruntuk teman terbaikku
Hujan.


Bukankah jika kita bertemu teman dalam perjalanan sebaiknya berhenti sejenak walau hanya untuk sekedar tegur sapa.
Maaf teman dalam perjalanan pulang tadi dan dipersimpangan pertemuan kita aku meninggalkanmu.
Aku hanya begitu antusias dengan cerita-cerita yang kudongengkan untukmu, hingga aku terlarut sendiri ditengah kisahnya terlebih lagi aku terjebak dalam kebisingan jawabanmu yang ritmenya selalu terdengar sama.
Teman aku senang kita sering bertemu akhir-akhir ini, walau pertemuan kita siang tadi agak sedikit berbeda dari biasanya.
Tak seperti biasanya dipertemuan kita sebelumnya aku lebih suka bercerita kepadamu sambil beriringan di perjalanan, dimana kau menemaniku sambil bernyanyi dengan nada yang kadang rendah kadang tinggi dan di iringi cahaya kilat dari langit yang bagaikan lampu sorot seperti konser band-band ternama. Aku bercerita tentang berbagai kisah mengenai kepedihanku dan kau selalu berbaik hati menghapus air mataku dikala tanpa pernah kusadari ada air yang mengalir dari kelopak mataku. Ditengah dingin yang menerpa aku tetap merasa hangat karena merasakan kelegaan tersendiri karena telah kutumpahkan segala keluh kesah yang kuderita padamu.
Namun berbeda pada pertemuan kita tadi kala aku lebih memilih berhenti dan bercerita kepadamu hanya dengan memandangmu dan menunggu kau berlalu. Tapi nyatanya tak sampai kau berlalu aku malah terlarut dengan dilema kisahku, ternyata aku tak dapat menahan diri untuk menyatu denganmu.
Kamu, iya kamu hujan teman terbaikku.
Hanya kamu teman yang tetap diam ketika menjadi pelampiasan amarahku.
Hanya kamu satu-satu nya yang bersedia  mendengarkan segala keluh kesahku tanpa memberikan komentar pahit.
Hanya kamu penjaga rahasiaku hujan.
Begitu bahagianya memilikimu. Begitu tenangnya ketika hadir dirimu.
Mereka mengejekku teman!  Berkata aku tidak waras karena begitu amat menyukaimu.
Mereka bilang apa yang menarik darimu, apa sebab aku suka dirimu, juga apa baiknya dirimu.
Mereka sama sekali tidak mengerti apa -apa tentangmu hujan.
Bagiku kamu pendengar terbaik juga yang paling setia. Tak peduli kata mereka kamu dapat menyebabkan kondisi tubuhku tidak baik yang penting bagiku kamu telah menyembuhkan lukaku.
Hanya kamu yang selalu membuatku merasa dititik kondisi yang paling nyaman. Terimakasih hujan.
Masih dengan kisahku yang mungkin membosankan hujan, tahukah kamu kini aku sedang berada dalam dilema besar. Aku dihimpit ketakutan, masalaluku datang kembali menghantui.
Dia datang bagai ancaman yang tak dapat kuhindari, aku takut hujan aku resah.
Aku hanya ingin lepas dari masalaluku hujan, aku tidak ingin hidup dalam bayangan gelap itu.
Bukankah jika pernah salah aku masih berhak bahagia? Aku hanya ingin merubah hidupku, memperbaiki segalanya agar lebih terlihat normal.
Memangnya kekacauan ini salahku sepenuhnya.
Aku tahu aku hanya wanita bodoh yang terjebak dalam tempat gelap dan hingga kini masih belum menemukan jalan terang.
Tapi aku ingin hujan, aku ingin segera menemukan jalan itu, aku tidak ingin selamanya terjebak disini dan hancur begitu saja, hingga lenyap bahkan menghilang.
Tolong hujan sampaikan kepada penciptamu semua harapanku itu, aku terlalu hina untuk menyampaikannya sendiri. Aku merasa malu bahkan tidak pantas.
Setidaknya biarkan aku terlihat lebih baik dengan hidupku ini.
Berikan aku kesempatan walau hanya satu kali untuk benar-benar menata kembali segalanya yang terlihat hancur.
Biarkan aku mengubur masalaluku ditempat terbaik dan memang seharusnya sehingga tak akan dapat lagi yang menguak sedikit bahkan kepingan kecil dari masalaluku itu.



Dariku temanmu yang terjebak masalalu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...