Teruntuk teman terbaikku
Hujan.
Bukankah jika kita bertemu teman dalam perjalanan sebaiknya berhenti sejenak walau hanya untuk sekedar tegur sapa.
Maaf teman dalam perjalanan pulang tadi dan dipersimpangan pertemuan kita aku meninggalkanmu.
Aku hanya begitu antusias dengan cerita-cerita yang kudongengkan untukmu, hingga aku terlarut sendiri ditengah kisahnya terlebih lagi aku terjebak dalam kebisingan jawabanmu yang ritmenya selalu terdengar sama.
Teman aku senang kita sering bertemu akhir-akhir ini, walau pertemuan kita siang tadi agak sedikit berbeda dari biasanya.
Tak seperti biasanya dipertemuan kita sebelumnya aku lebih suka bercerita kepadamu sambil beriringan di perjalanan, dimana kau menemaniku sambil bernyanyi dengan nada yang kadang rendah kadang tinggi dan di iringi cahaya kilat dari langit yang bagaikan lampu sorot seperti konser band-band ternama. Aku bercerita tentang berbagai kisah mengenai kepedihanku dan kau selalu berbaik hati menghapus air mataku dikala tanpa pernah kusadari ada air yang mengalir dari kelopak mataku. Ditengah dingin yang menerpa aku tetap merasa hangat karena merasakan kelegaan tersendiri karena telah kutumpahkan segala keluh kesah yang kuderita padamu.
Namun berbeda pada pertemuan kita tadi kala aku lebih memilih berhenti dan bercerita kepadamu hanya dengan memandangmu dan menunggu kau berlalu. Tapi nyatanya tak sampai kau berlalu aku malah terlarut dengan dilema kisahku, ternyata aku tak dapat menahan diri untuk menyatu denganmu.
Kamu, iya kamu hujan teman terbaikku.
Hanya kamu teman yang tetap diam ketika menjadi pelampiasan amarahku.
Hanya kamu satu-satu nya yang bersedia mendengarkan segala keluh kesahku tanpa memberikan komentar pahit.
Hanya kamu penjaga rahasiaku hujan.
Begitu bahagianya memilikimu. Begitu tenangnya ketika hadir dirimu.
Mereka mengejekku teman! Berkata aku tidak waras karena begitu amat menyukaimu.
Mereka bilang apa yang menarik darimu, apa sebab aku suka dirimu, juga apa baiknya dirimu.
Mereka sama sekali tidak mengerti apa -apa tentangmu hujan.
Bagiku kamu pendengar terbaik juga yang paling setia. Tak peduli kata mereka kamu dapat menyebabkan kondisi tubuhku tidak baik yang penting bagiku kamu telah menyembuhkan lukaku.
Hanya kamu yang selalu membuatku merasa dititik kondisi yang paling nyaman. Terimakasih hujan.
Masih dengan kisahku yang mungkin membosankan hujan, tahukah kamu kini aku sedang berada dalam dilema besar. Aku dihimpit ketakutan, masalaluku datang kembali menghantui.
Dia datang bagai ancaman yang tak dapat kuhindari, aku takut hujan aku resah.
Aku hanya ingin lepas dari masalaluku hujan, aku tidak ingin hidup dalam bayangan gelap itu.
Bukankah jika pernah salah aku masih berhak bahagia? Aku hanya ingin merubah hidupku, memperbaiki segalanya agar lebih terlihat normal.
Memangnya kekacauan ini salahku sepenuhnya.
Aku tahu aku hanya wanita bodoh yang terjebak dalam tempat gelap dan hingga kini masih belum menemukan jalan terang.
Tapi aku ingin hujan, aku ingin segera menemukan jalan itu, aku tidak ingin selamanya terjebak disini dan hancur begitu saja, hingga lenyap bahkan menghilang.
Tolong hujan sampaikan kepada penciptamu semua harapanku itu, aku terlalu hina untuk menyampaikannya sendiri. Aku merasa malu bahkan tidak pantas.
Setidaknya biarkan aku terlihat lebih baik dengan hidupku ini.
Berikan aku kesempatan walau hanya satu kali untuk benar-benar menata kembali segalanya yang terlihat hancur.
Biarkan aku mengubur masalaluku ditempat terbaik dan memang seharusnya sehingga tak akan dapat lagi yang menguak sedikit bahkan kepingan kecil dari masalaluku itu.
Hujan.
Bukankah jika kita bertemu teman dalam perjalanan sebaiknya berhenti sejenak walau hanya untuk sekedar tegur sapa.
Maaf teman dalam perjalanan pulang tadi dan dipersimpangan pertemuan kita aku meninggalkanmu.
Aku hanya begitu antusias dengan cerita-cerita yang kudongengkan untukmu, hingga aku terlarut sendiri ditengah kisahnya terlebih lagi aku terjebak dalam kebisingan jawabanmu yang ritmenya selalu terdengar sama.
Teman aku senang kita sering bertemu akhir-akhir ini, walau pertemuan kita siang tadi agak sedikit berbeda dari biasanya.
Tak seperti biasanya dipertemuan kita sebelumnya aku lebih suka bercerita kepadamu sambil beriringan di perjalanan, dimana kau menemaniku sambil bernyanyi dengan nada yang kadang rendah kadang tinggi dan di iringi cahaya kilat dari langit yang bagaikan lampu sorot seperti konser band-band ternama. Aku bercerita tentang berbagai kisah mengenai kepedihanku dan kau selalu berbaik hati menghapus air mataku dikala tanpa pernah kusadari ada air yang mengalir dari kelopak mataku. Ditengah dingin yang menerpa aku tetap merasa hangat karena merasakan kelegaan tersendiri karena telah kutumpahkan segala keluh kesah yang kuderita padamu.
Namun berbeda pada pertemuan kita tadi kala aku lebih memilih berhenti dan bercerita kepadamu hanya dengan memandangmu dan menunggu kau berlalu. Tapi nyatanya tak sampai kau berlalu aku malah terlarut dengan dilema kisahku, ternyata aku tak dapat menahan diri untuk menyatu denganmu.
Kamu, iya kamu hujan teman terbaikku.
Hanya kamu teman yang tetap diam ketika menjadi pelampiasan amarahku.
Hanya kamu satu-satu nya yang bersedia mendengarkan segala keluh kesahku tanpa memberikan komentar pahit.
Hanya kamu penjaga rahasiaku hujan.
Begitu bahagianya memilikimu. Begitu tenangnya ketika hadir dirimu.
Mereka mengejekku teman! Berkata aku tidak waras karena begitu amat menyukaimu.
Mereka bilang apa yang menarik darimu, apa sebab aku suka dirimu, juga apa baiknya dirimu.
Mereka sama sekali tidak mengerti apa -apa tentangmu hujan.
Bagiku kamu pendengar terbaik juga yang paling setia. Tak peduli kata mereka kamu dapat menyebabkan kondisi tubuhku tidak baik yang penting bagiku kamu telah menyembuhkan lukaku.
Hanya kamu yang selalu membuatku merasa dititik kondisi yang paling nyaman. Terimakasih hujan.
Masih dengan kisahku yang mungkin membosankan hujan, tahukah kamu kini aku sedang berada dalam dilema besar. Aku dihimpit ketakutan, masalaluku datang kembali menghantui.
Dia datang bagai ancaman yang tak dapat kuhindari, aku takut hujan aku resah.
Aku hanya ingin lepas dari masalaluku hujan, aku tidak ingin hidup dalam bayangan gelap itu.
Bukankah jika pernah salah aku masih berhak bahagia? Aku hanya ingin merubah hidupku, memperbaiki segalanya agar lebih terlihat normal.
Memangnya kekacauan ini salahku sepenuhnya.
Aku tahu aku hanya wanita bodoh yang terjebak dalam tempat gelap dan hingga kini masih belum menemukan jalan terang.
Tapi aku ingin hujan, aku ingin segera menemukan jalan itu, aku tidak ingin selamanya terjebak disini dan hancur begitu saja, hingga lenyap bahkan menghilang.
Tolong hujan sampaikan kepada penciptamu semua harapanku itu, aku terlalu hina untuk menyampaikannya sendiri. Aku merasa malu bahkan tidak pantas.
Setidaknya biarkan aku terlihat lebih baik dengan hidupku ini.
Berikan aku kesempatan walau hanya satu kali untuk benar-benar menata kembali segalanya yang terlihat hancur.
Biarkan aku mengubur masalaluku ditempat terbaik dan memang seharusnya sehingga tak akan dapat lagi yang menguak sedikit bahkan kepingan kecil dari masalaluku itu.
Dariku temanmu yang terjebak masalalu.
kamu bisa, aku yakin itu.. :)
BalasHapusIya terimakasih.. 😊
BalasHapus