Langsung ke konten utama

Last Greeting for You

He’s not handsome but He’s My Guardian Angel

He’s My Past

Happy birthday My Past, maaf tak seperti dulu saat ucapan selamat ulang tahun kusebut Happy Birthday My Future. Karena sekarang kamu hanya bagian terindah dari kepingan masalaluku bukan masadepan yang kuharapkan seperti dulu, aku begitu amat bersyukur karena Tuhan menakdirkan akhir untuk hubungan kita dalam bentuk perpisahan, mungkin jika tidak seperti itu aku tidak akan menjadi sosok yang begitu tegar seperti sekarang ini, perpisahan yang terlewati dengan kerapuhan serta kepedihan itu berhasil menguatkanku kini.

Selamat ulang tahun masalalu, doa yang kupanjatkan dihari ulang tahunmu masih sama seperti dulu, selalu kuharapkan Tuhan menyelimutimu dengan kesehatan juga kebahagiaan, menjadikanmu sosok yang lebih dewasa dan selalu kuat dalam menghadapi permasalahan hidup. Hanya satu yang tidak lagi kupinta ditahun ini, yaitu kebersamaan kita. Bukan ku tak ingin, hanya saja hidupku kini sudah jauh lebih bahagia dibandingkan saat bersamamu, maafkan aku yang naif ini tuan di masalalu. Dihari ulang tahunmu ini masih bolehkan aku mendoakanmu, bagaimana pun kamu pernah menjadi malaikat pelindungku, oleh karenanya aku masih ingin melindungimu dengan doaku untuk membalas jasamu yang begitu banyaknya dalam hidupku beberapa waktu lalu.

Semoga kau selalu bahagia, itu hal yang paling aku harapkan untukmu. Maaf tidak ada telpon ditengah malam untuk jadi orang pertama yang menyambut ulang tahunmu, maaf tidak ada kejutan tengah malam seperti tahun yang tlah lalu, maaf tak ada kue ulang tahun yang special untukmu, juga maaf tak ada perayaan sederhana yang kita lakukan berdua. Segala yang tlah lalu tak dapat kulakukan lagi untukmu, namun aku begitu berharap ada sosok wanita yang lebih baik dariku akan bersedia melakukan hal-hal itu untukmu kelak nanti.

Tersenyumlah, berbahagialah, jangan bersedih karenaku, kutahu aku begitu menyakitimu, namun apa dayaku yang begitu mementingkan ego ku dari pada behagiamu. Terimakasih telah menjagaku dengan baik diwaktu lalu, terimakasih selalu ada dalam waktu tersulitku, terimakasih telah melindungiku dari segala ancaman, terimakasih pernah menjadi bagian terindah dalam hidupku, dan juga terimakasih pernah menjadi satu-satu alasan bagiku untuk melanjutkan hidup dimasa sulitku hingga aku masih dapat tersenyum juga tertawa dengan bahagia diwaktuku yang tlah lalu saat bersamamu.


Maafkan aku wanita yang tidak tahu caranya berterimakasih ini, aku tahu kamu amat sangat membenciku dan mungkin tak ingin mendengar namaku ditelingamu atau malah tak ingin melihat wajahku. Namun sungguh biarkan sesekali aku memanjatkan doa untuk mengharapkan kau dapat bahagia sama sepertiku kini, walau bahagia bukan bersamaku kamu harus tetap merasakannya, dan ketahuilah kamu masih pria yang terhebat dalam hidupku, Malaikat Penjagaku. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...