Langsung ke konten utama

Lovelist Trip

25 April 2015

Masih seperti mimpi, angin kencang yang menyambut perjalanan karena ritme kendaraan terlalu cepat menyadarkanku, dinginnya menjalar kesekujur tubuhku, beruntung masih ada jaket berwarna merah hitam miliknya yang membalut tubuhku, juga ada tubuhnya yang membentengi tepat di depanku. Perjalanan yang masih kufikir tidak nyata, makin jauh jarak yang ditempuh makin hilang pencahayaan lalu lintas, pemukiman pun makin berkurang pada setiap sisi jalan, pemandangan disekeliling jalan yang biasanya kulihat indah pada siang hari begitu terlihat berbeda dengan kondisi malam itu, dimalam yang larut, pekat, gelap serta sunyi, gunung dan perbukitan terlihat seperti ingin menerkam, pohon-pohon seperti tak lagi bersahabat terlebih lagi jalanan yang kondisi fisiknya seperti kelaparan. 
Segalanya menyelimuti rasa takutku, namun sentuhan erat tangannya yang menggenggam tanganku dan mempererat peganganku di pingganngnya menenangkanku, lalu ibu jari yang diacungkannya kepadaku untuk mengondisikan kita baik kubalas dengan acungan yang sama, karena aku merasa baik karenamu.

Terimakasih sayang, perjalanannya begitu luar biasa. Sensasinya amat menakjubkan, aku begitu menikmatinya, setiap detik yang kita lewati dalam perjalanan begitu amat berarti dan luar biasa. Bahkan hujan pun yakin dengan bahagia yang kurasa karenanya mengantarkan kita pada pelabuhan perjalanan kita yang luar biasa itu.
Bukan tentang kemana kita pergi namun cerita dalam perjalanan kita yang membuat segalanya berarti, kunikmati seakan segalanya mati hanya aku dan kamu yang hidup disini. Ini dunia kita, bahagia kita, segalanya tentang kita.

Untuk pertama kalinya, kuhirup udara pagi dipulau jawa bersama seseorang yang luar biasa, tidak berbeda dengan udara yang biasa aku hirup, tidak ada rasa manis yang terhirup ataupun tingkat kesegaran yang berbeda, hanya saja ada sentuhan cinta di udara pagi itu, senyum yang kita sunggingkan sepanjang perjalanan menggambarkan rasa bahagia kita yang amat luar biasa, tawa renyah kita yang mengiringi candaan kecil perjalanan kita mengantarkan kita ketempat tujuan.

Kulihat hamparan pasir dan birunya air laut disisi kanan jalan, begitu indah disertai beberapa baris pohon kelapa yang berbaris disisinya. Masih melintasi jalanan yang menyambut kami dengan bersahaja, kendaraan roda dua yang berlaku bagai kereta kencana kami menepi kesebuah tempat untuk menyantap sarapan pagi. Sarapan yang kusantap pagi itu terasa lebih nikmat dari biasanya, bukan dengan menu yang luarbiasa karena nasi uduk yang rasanya tidak begitu mengetuk lidah itu hanya untuk mengisi perut untuk sementara, namun sarapan pagi bersamanya di pulau ini yang menjadikan hal itu jadi luar biasa. Apapun yang kami lakukan, sederhana pun berubah menjadi menakjubkan, menciptakan bahagia sempurna yang kurasa.

Ombak yang bergulung-gulung dan menghantam kerasnya karang menyambut kami, aroma khas laut mengucapkan selamat pagi, kami saling bertatap wajah lalu secara bersama menyunggingkan senyum bahagia, langit yang begitu cerah menjadi saksi sempurnanya hari itu untuk kami, mercusuar Anyer yang ingin ditunjukkannya padaku menjulang disisi kiri kami, namun aku lebih tertarik pada lautnya, luas, lepas biru, dengan ombak yang terlihat menantang, begitu indahnya pemandangan yang terlihat lewat kelopak sayu ini.

Es kelapa muda menemani kami memandangi hamparan nyata indahnya alam, mie instan yang rasanya biasa lagi-lagi berubah menjadi luar biasa hari ini. Terimakasih sayang untuk hal istimewa ini, segalanya amat sungguh luar biasa dan aku menantikan perjalanan selanjutnya. Kemana pun kau menuju, kaki ini akan selalu mengikuti langkahmu selama kau selalu bersedia menggenggam erat tangan ini.

Walau terkadang kamu menyebalkan namun aku mencintaimu tanpa hitungan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...