Dadaku amat sesak seperti terhimpit batu besar dikedua sisinya. Pipiku panas dan terasa basah disekitar pelupuk mataku seperti ada sesuatu yang menggenang.
Dan diluar turun hujan padahal tadi siang matahari bersinar begitu terik, ini hujan pertama yang turun setelah kemarau panjang melanda bumi.
Oh Tuhan aku memang meyakini bahwa tidak akan turun hujan sampai rasa rapuh datang, tapi kenapa harus malam ini buliran air itu turun dari langit. Apakah sebegitu rapuhnya aku ?? Sepertinya amat menyedihkan melihat kondisiku saat ini.
Ah air yang menggenangi pelupuk mataku tumpah ruah, kelopak sayuku tak lagi kuasa membendungnya.
Astaga apakah aku menangis?? Ah ya aku memang sedang terisak dan hatiku merasa tersakiti.
Percakapan barusan begitu mengejutkanku. Ini pertama kalinya aku menangis karenanya setelah aku benar-benar cinta. Dan tadi perkataannya begitu menyayat hatiku. Tak kusangka ia dapat berbicara padaku dengan nada setinggi itu padahal beberapa saat sebelumnya aku benar-benar resah mengkhawatirkannya.
Apakah salah jika wanita yang mencintainya ini cemas setengah mati karena berjam-jam tak dapat kabar darinya.
Aku bahkan tak selera makan karena memikirkannya, berkali-kali menatap layar ponsel berharap ada satu pesan darinya.
Tapi apa malah selanjutnya setelah berhasil mendapat kabar melalui ujung ponsel malah suara diujung yang satunya menjelaskan dengan nada tinggi. Apakah tak bisa berkata halus untuk membuat tenang. Siapa yang salah ? Aku atau dirimu ?
Iya memang sepertinya aku yang salah, aku yang terlalu brrlebihan mengkhawatirianmu karena amat mencintaimu.
Tapi bukankan sudah kukatakan jika aku masih mau marah berarti kau begitu penting untukku dan jika aku sudah tidak peduli lagi seolah tidak terjadi apa-apa berarti kau tiada artinya lagi untukku.
Jadi apa ?? Baiklah aku tidak akan mengganggumu lagi dengan sejuta kekhawatiranku padamu, sekarang terserah apapun yang kau lakukan aku takkan peduli. Bukankah itu yang kau inginkan ??
Ya aku berjanji tak akan sekalipun aku mengulangi segalanya lagi. Kau bahkan berkata segala tulisan cinta yang kubuat untukmu tak ada artinya.
Jadi baiklah mungkin tulisan ini yamg terakhir. Maaf jika hatiku terlalu perasa tapi sungguh aku benar-benar terluka.
Apakahkau tau ini luka yang sama seperti yang dibuat oleh orang dimasalaluku. Aku fikir kau tak akan melukaiku seperti ini sebelum aku memutuskan untuk memberi hatiku padamu dulu.
Aku kecewa, sungguh ! Mengapa luka ini datang ketika aku benar-benar mencintaimu. Bahkan air mataku tak lekas habis malah semakin banyak, aku makin sulit bernafas tuan.
Aku heran apakah pria selalu seperti ini, menghempaskan setelah menerbangkan ke angkasa terdalam.
Oh ya tuan aku lupa mengucapkan, terimakasih untuk lukanya. Bau darahnya begitu segar dan aku tak tau kapan luka ini akan kering. Tapi kuharap luka ini akan kering disaat aku masih mencintaimu. Hingga tak akan terjadi hal yang tak kita inginkan namun pernah kita bayangkan.
Dan diluar turun hujan padahal tadi siang matahari bersinar begitu terik, ini hujan pertama yang turun setelah kemarau panjang melanda bumi.
Oh Tuhan aku memang meyakini bahwa tidak akan turun hujan sampai rasa rapuh datang, tapi kenapa harus malam ini buliran air itu turun dari langit. Apakah sebegitu rapuhnya aku ?? Sepertinya amat menyedihkan melihat kondisiku saat ini.
Ah air yang menggenangi pelupuk mataku tumpah ruah, kelopak sayuku tak lagi kuasa membendungnya.
Astaga apakah aku menangis?? Ah ya aku memang sedang terisak dan hatiku merasa tersakiti.
Percakapan barusan begitu mengejutkanku. Ini pertama kalinya aku menangis karenanya setelah aku benar-benar cinta. Dan tadi perkataannya begitu menyayat hatiku. Tak kusangka ia dapat berbicara padaku dengan nada setinggi itu padahal beberapa saat sebelumnya aku benar-benar resah mengkhawatirkannya.
Apakah salah jika wanita yang mencintainya ini cemas setengah mati karena berjam-jam tak dapat kabar darinya.
Aku bahkan tak selera makan karena memikirkannya, berkali-kali menatap layar ponsel berharap ada satu pesan darinya.
Tapi apa malah selanjutnya setelah berhasil mendapat kabar melalui ujung ponsel malah suara diujung yang satunya menjelaskan dengan nada tinggi. Apakah tak bisa berkata halus untuk membuat tenang. Siapa yang salah ? Aku atau dirimu ?
Iya memang sepertinya aku yang salah, aku yang terlalu brrlebihan mengkhawatirianmu karena amat mencintaimu.
Tapi bukankan sudah kukatakan jika aku masih mau marah berarti kau begitu penting untukku dan jika aku sudah tidak peduli lagi seolah tidak terjadi apa-apa berarti kau tiada artinya lagi untukku.
Jadi apa ?? Baiklah aku tidak akan mengganggumu lagi dengan sejuta kekhawatiranku padamu, sekarang terserah apapun yang kau lakukan aku takkan peduli. Bukankah itu yang kau inginkan ??
Ya aku berjanji tak akan sekalipun aku mengulangi segalanya lagi. Kau bahkan berkata segala tulisan cinta yang kubuat untukmu tak ada artinya.
Jadi baiklah mungkin tulisan ini yamg terakhir. Maaf jika hatiku terlalu perasa tapi sungguh aku benar-benar terluka.
Apakahkau tau ini luka yang sama seperti yang dibuat oleh orang dimasalaluku. Aku fikir kau tak akan melukaiku seperti ini sebelum aku memutuskan untuk memberi hatiku padamu dulu.
Aku kecewa, sungguh ! Mengapa luka ini datang ketika aku benar-benar mencintaimu. Bahkan air mataku tak lekas habis malah semakin banyak, aku makin sulit bernafas tuan.
Aku heran apakah pria selalu seperti ini, menghempaskan setelah menerbangkan ke angkasa terdalam.
Oh ya tuan aku lupa mengucapkan, terimakasih untuk lukanya. Bau darahnya begitu segar dan aku tak tau kapan luka ini akan kering. Tapi kuharap luka ini akan kering disaat aku masih mencintaimu. Hingga tak akan terjadi hal yang tak kita inginkan namun pernah kita bayangkan.
Komentar
Posting Komentar