Langsung ke konten utama

Wanita Yang Terselimuti oleh Ketakutan

Beberapa malam ini tidurku terganggu, aku selalu terjaga sampai larut walaupun mataku sudah lelah terbuka.
Banyak yang mengganggu fikiranku tapi aku sendiri tak tau pasti apa itu.
Rasanya amat membuat tak nyaman, hatiku amat gelisah dan aku ketakutan. Entah mengapa rasanya membuatku sedih dan ingin menangis.
Khawatir, mungkin dapat kukatakan seperti itu. Tapi aku sendiri tak mengerti apa yang ku khawatirkan.
Aku memang selalu terbawa oleh perasaanku dan suka terlarut oleh perasaanku sendiri.
Tapi yang paling membuatku sedih, mengapa disaat seperti ini tak ada yang menenangkanku.
Aku sendirian, aku butuh seseorang untuk terus menemaniku dalam kegelisahan ini, aku butuh seseorang yang mengerti segala kekhawatiranku ini.
Atau aku butuh semacam teman bicara, atau juga aku butuh seseorang yang bersedia menggenggam erat tanganku disela jemari hangatnya, atau bisa juga seseorang yang membawaku dalam dekapan peluk hangatnya, atau semacam kecupan manis dikeningku yang dapat membuat diri ini terasa nyaman.
Ah, entahlah. Sepertinya aku makin bergurau dengan berlebihan.
Sebenarnya saat ini aku hanya takut kehilangan, aku takut orang-orang terdekatku pergi dariku. Kekasihku juga sahabatku.
Aku tau aku punya mereka tapi yg membuat bingung mengapa aku merasa kesepian.
Aku merasa mereka semakin hari semakin terasa jauh.
Aku amat takut, aku benar-benar menyayangi mereka secara utuh dan aku tak ingin keutuhan itu terpotong.
sahabatku, apakah kalian merasa jarak diantara kita semakin jauh sama seperti yg aku rasa??
Anggap saja iya. Jika iya mengapa kaluan membiarkan ini terus berlarut; bukankah hal ini akn dapat membatasi kita nantinya. Sahabat, aku sudah berusaha untuk bersikap sebiasa mungkin seolah tak terjadi apa-apa, tp tetap saja yang kurasakan kini berbeda. Seperti ada batu yang mengganjal hati namun aku tak tau bagaimana cara menyingkirkan batu itu.
Dan kekasihku, mungkin ini karma untukku karena perbuatanku dimasalalu. Tapi sayang apakah kau tau beberapa waktu terakhir ini hatiku pilu, aku rindu namun tak berani untuk berharap temu, aku takut jika aku banyak meminta kelak kau akan jenuh. Dan aku tau kini kau sedang jenuh, dan aku lebih tau kini aku amat takut kehilanganmu, aku takut kau berjalan mundur meninggalkanku karena kau tak ingin aku berada dibelakang mengikutimu ketika kau berjalan maju.
Sayang, aku tau ketakutanku ini amat berlebihan tapi aku pun ingin kau tau semua ini karena aku benar-benar mencintaimu. Sungguh, kali ini aku tidak main-main sayang, aku benar-benar takut.
Tuhan, biarkan malam ini aku menangis sejadi-jadinya. Tapi Tuhan, andai jika aku boleh meminta, aku ingin esok dikala mataku yang mungkin akan bengkak ini terbuka, biarkan saat itu aku sudah tidak merasakan kepedihan ini lagi, biarkan segala hal yang menjadi sebab ketakutanku ini menghilang dengan ajaib, dan biarkan aku menjadi bahagia sejadi-jadinya.


Ummmm, andai saja hal itu terwujud andai saja aku dapat berbahagia walau sejenak.










Wanita ini menulis dalam ketakutan.
seperti kehabisan amunisi saat perang
tulisan ini sebenarnya hanya bentuk dari sedikit luapan emosinya
berharap akan ada maĺaikat datang memperindah hidupnya
seperti berharap melihat pelangi muncul setelah hujan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...