Gerimis sore ini menghapus debu jalanan yang memang sejak tadi bertiup setiap kali ada pengguna jalan lewat.
Langit menangis tapi langit tidak gelap, jingga yang mewarnai awan menghiasi langit begitu indahnya apalagi ketika jingga itu terlihat samar dari balik pepohonan dan membentuk bayangan siluet indah dari balik pohon itu.
Sekali lagi terasa miris, hatiku teriris dan aku menangis. Pernyataan yang barusan kudengar seperti tak dapat kupercaya. Mengapa demikian mengapa baru terlontar sekarang setelah segalanya sudah terjadi dan terlalui begitu banyak.
Aku terluka, kecewa iya. Mengapa kau bilang rasa itu telah berkurang disaat rasaku kini amat begitu besar. Aku tau aku pun mengecewakanmu tapi bukankah kita dikondisi yang sama. Maaf jika aku merusak harapan besarmu padaku, tp bukankah aku dpt menerima segala hal yang serupa yang kau lakukan itu. Jadi apa bedanya kita??
Apa salah satu alasannya karena kondisi keluargaku, iya.
Aku tau jika kau waras pasti kau aķan berpikir dua kali untuk menjalani dan melanjutkan hubungan ini denganku setelah kau tau segalanya, dan aku tau kau hanya tidak mengakuinya karena tidak ingin melukai perasaanku, tapi tetap saja aku terluka, bahasa tubuhmu pun sudah berbeda tak lagi sehangat sebelumnya.
Aku tahu kau tidak meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya tapi apakah kau tau dilukai saat sedang cinta-cintanya juga sàma menyakitkannya.
Mengapa harus sekarang aku tau perasaanmu itu, lantas bagaimana sekarang dengan perasaanku.
Iya aku emg terlalu melankolis, tapi apa salahku yang begitu cintanya padamu. Aku hanya takut kamu pergi, aku tak ingin, tapi aku tau aku tak dapat memaķsakan hal itu.
Kau bilang akan tetap bersamaku, tapi mengapa kau ingin melepasku jika ada pria yang lebih baik bagiku, mengapa kau merelakan aku dg yg lain.
Aku tak ingin, aku hanya ingin denganmu, aku tak sanggup jika membayangkan melalui hari tanpamu.
Tapi disisi lain aku merasa tak pantas, mengapa semua ini amat mengganggu pikiranku.
Cinta, terkadang romantis juga manis namun bisa menjadi tragis dan melankolis.
Sayang, mengertilah aku mencintaimu sungguh. Andai kau tau betapa takutnya aku jika kehilanganmu.
Maka kumohon tinggallah dan terus menetap dihatiku. Jangan, jangan pergi.
Bukankah sudah pernah kubilang padamu, jañgan singgah jika kau hanya inģin pergi. Karena hatiku bukan hanya tempat persinggahan karena bagiku cinta tidak sebercanda itu sayang.
Aku tau kau tidak cukup bodoh untuk tidak mengerti maksud dari ucapanku itu. Maka tetaplah singgah selama hatiku masih belum mati rasanya.
Langit menangis tapi langit tidak gelap, jingga yang mewarnai awan menghiasi langit begitu indahnya apalagi ketika jingga itu terlihat samar dari balik pepohonan dan membentuk bayangan siluet indah dari balik pohon itu.
Sekali lagi terasa miris, hatiku teriris dan aku menangis. Pernyataan yang barusan kudengar seperti tak dapat kupercaya. Mengapa demikian mengapa baru terlontar sekarang setelah segalanya sudah terjadi dan terlalui begitu banyak.
Aku terluka, kecewa iya. Mengapa kau bilang rasa itu telah berkurang disaat rasaku kini amat begitu besar. Aku tau aku pun mengecewakanmu tapi bukankah kita dikondisi yang sama. Maaf jika aku merusak harapan besarmu padaku, tp bukankah aku dpt menerima segala hal yang serupa yang kau lakukan itu. Jadi apa bedanya kita??
Apa salah satu alasannya karena kondisi keluargaku, iya.
Aku tau jika kau waras pasti kau aķan berpikir dua kali untuk menjalani dan melanjutkan hubungan ini denganku setelah kau tau segalanya, dan aku tau kau hanya tidak mengakuinya karena tidak ingin melukai perasaanku, tapi tetap saja aku terluka, bahasa tubuhmu pun sudah berbeda tak lagi sehangat sebelumnya.
Aku tahu kau tidak meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya tapi apakah kau tau dilukai saat sedang cinta-cintanya juga sàma menyakitkannya.
Mengapa harus sekarang aku tau perasaanmu itu, lantas bagaimana sekarang dengan perasaanku.
Iya aku emg terlalu melankolis, tapi apa salahku yang begitu cintanya padamu. Aku hanya takut kamu pergi, aku tak ingin, tapi aku tau aku tak dapat memaķsakan hal itu.
Kau bilang akan tetap bersamaku, tapi mengapa kau ingin melepasku jika ada pria yang lebih baik bagiku, mengapa kau merelakan aku dg yg lain.
Aku tak ingin, aku hanya ingin denganmu, aku tak sanggup jika membayangkan melalui hari tanpamu.
Tapi disisi lain aku merasa tak pantas, mengapa semua ini amat mengganggu pikiranku.
Cinta, terkadang romantis juga manis namun bisa menjadi tragis dan melankolis.
Sayang, mengertilah aku mencintaimu sungguh. Andai kau tau betapa takutnya aku jika kehilanganmu.
Maka kumohon tinggallah dan terus menetap dihatiku. Jangan, jangan pergi.
Bukankah sudah pernah kubilang padamu, jañgan singgah jika kau hanya inģin pergi. Karena hatiku bukan hanya tempat persinggahan karena bagiku cinta tidak sebercanda itu sayang.
Aku tau kau tidak cukup bodoh untuk tidak mengerti maksud dari ucapanku itu. Maka tetaplah singgah selama hatiku masih belum mati rasanya.
Komentar
Posting Komentar