Langsung ke konten utama

Gerimis Sore Menghapus Debu ~

Gerimis sore ini menghapus debu jalanan yang memang sejak tadi bertiup setiap kali ada pengguna jalan lewat.
Langit menangis tapi langit tidak gelap, jingga yang mewarnai awan menghiasi langit begitu indahnya apalagi ketika jingga itu terlihat samar dari balik pepohonan dan membentuk bayangan siluet indah dari balik pohon itu.
Sekali lagi terasa miris, hatiku teriris dan aku menangis. Pernyataan yang barusan kudengar seperti tak dapat kupercaya. Mengapa demikian mengapa baru terlontar sekarang setelah segalanya sudah terjadi dan terlalui begitu banyak.
Aku terluka, kecewa iya. Mengapa kau bilang rasa itu telah berkurang disaat rasaku kini amat begitu besar. Aku tau aku pun mengecewakanmu tapi bukankah kita dikondisi yang sama. Maaf jika aku merusak harapan besarmu padaku, tp bukankah aku dpt menerima segala hal yang serupa yang kau lakukan itu. Jadi apa bedanya kita??
Apa salah satu alasannya karena kondisi keluargaku, iya.
Aku tau jika kau waras pasti kau aķan berpikir dua kali untuk menjalani dan melanjutkan hubungan ini denganku setelah kau tau segalanya, dan aku tau kau hanya tidak mengakuinya karena tidak ingin melukai perasaanku, tapi tetap saja aku terluka, bahasa tubuhmu pun sudah berbeda tak lagi sehangat sebelumnya.
Aku tahu kau tidak meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya tapi apakah kau tau dilukai saat sedang cinta-cintanya juga sàma menyakitkannya.
Mengapa harus sekarang aku tau perasaanmu itu, lantas bagaimana sekarang dengan perasaanku.
Iya aku emg terlalu melankolis, tapi apa salahku yang begitu cintanya padamu. Aku hanya takut kamu pergi, aku tak ingin, tapi aku tau aku tak dapat memaķsakan hal itu.
Kau bilang akan tetap bersamaku, tapi mengapa kau ingin melepasku jika ada pria yang lebih baik bagiku, mengapa kau merelakan aku dg yg lain.
Aku tak ingin, aku hanya ingin denganmu, aku tak sanggup jika membayangkan melalui hari tanpamu.
Tapi disisi lain aku merasa tak pantas, mengapa semua ini amat mengganggu pikiranku.
Cinta, terkadang romantis juga manis namun bisa menjadi tragis dan melankolis.
Sayang, mengertilah aku mencintaimu sungguh. Andai kau tau betapa takutnya aku jika kehilanganmu.
Maka kumohon tinggallah dan terus menetap dihatiku. Jangan, jangan pergi.
Bukankah sudah pernah kubilang padamu, jañgan singgah jika kau hanya inģin pergi. Karena hatiku bukan hanya tempat persinggahan karena bagiku cinta tidak sebercanda itu sayang.
Aku tau kau tidak cukup bodoh untuk tidak mengerti maksud dari ucapanku itu. Maka tetaplah singgah selama hatiku masih belum mati rasanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...