Langsung ke konten utama

Satu Hari Tanpamu

Hari ini satu hari terlewati tanpamu, ternyata tidak begitu buruk rasanya.
Rindu, iya jelas saja. Tidak mungkin jika tak kehilangan sosoknya yang sudah menjadi kebiasan bahkan kebutuhan dihidupku.
Tapi yasudahlah, lagi pula segala sesuatunya memang tak bisa dipaksakan.
Mempertahankan?? Aku rasa sudah juga kulakukan namun apa boleh buat jika tak tertahan. Lagi pula bendungan saja bisa roboh jika menahan air yang terlalu banyak volumenya. Seperti kamu yang terlalu ingin kita berpisah.
Oh yaa jika kamu membaca ini, aku hanya ingin bilang untuk segala ucapanku kemarin itu.
Segalanya hanya bentuk luapan emosiku yang berlebihan karena kesal, marah dan kecewa. Tapi aku sudah menyadarinya, tak ada gunanya jika melakukan hal konyol yang kukatakan kemarin.
Aku rasa hanya akan menjatuhkan harga diriku ini, walaupun mungkin dimatamu aku tak berarti tapi setidaknya aku akan membuat diriku lebih berarti dibandingkan saat bersamamu.
Lagi pula jika kita memang tak bisa bersama lagi, anggap saja diriku terlalu berharga untukmu.
Bukan aku yang tak pantas untukmu, tapi kau yang tak pantas untukku.
Hari ini aku berkali-kali melantunkan lagu milik geisha yang judulnya "kamu jahat". Iya aku rasa lagu itu cocok sekali untuk mendeskripsikan dirimu.
Kamu memang jahat, mempermainkan aku, mendatangkan perih hatiku, bahkan menjatuhkan harga diriku.
Iya terserah lah, pergi saja tak apa, kau memang ingin pergi kan?? Tak kembali pun tak apa!! Lagi pula aku tak butuh orang yang bisanya hanya datang dan pergi. Kau fikir hatiku ini halte bus???!
Entah mengapa bagiku perpisahan ini aneh sekali rasanya. Karena tak seperti pasangan yang lain, berpisah karena orang ketiga, atau karena hal sensitif lainnya yang merusak hubungan.
Ini begitu tak masuk akal dan sesungguhnya masih tak dapat kuterima, karena tak ada masalah sama sekali dan segalanya baik-baik saja tapi kau mengakhiri ini dengan tiba-tiba secara sepihak.
Ah ya sudah lah ya, aku masih percaya Tuhan sudah menyiapkan secara special orang yang pantas dan tidak jahat sepertimu untukku.
Mungkin memang tidak untuk waktu dekat ini sih, tapi aku pun tidak ingin terburu-buru untuk hal itu.
Untuk saat ini biarlah begini, aku akan menikmati rencana yang telah Tuhan skenariokan. Mencari kebahagian dalam kesendirian, aku rasa tidak begitu buruk.
Lagi pula sekarang pun aku masih bisa bernafas tanpamu, tak perlu tabung oksigen untuk menyuplainya, tak perlu juga kesesakan karena merindukanmu.
Hahaa, lagi pula siapa kamu. Baru hadir sebentar sudah mencoba memporak porandakan hidupku. Merasa hebatkah? Sempurnakah?
Biar sajalah, aku tidak akan bersedih karena ini memang tidak menyedihkan hanya saja mengecewakan.
Tak apalah, aku terima saja kecewa ini. Ibuku bilang tak baik menolak pemberian orang yang benar-benar ingin memberi.
Jadi terimakasih ya telah memberiku kekecewaan ini. Maaf aku tak dapat membalas apa yang kau berikan. Tapi tenang saja aku percaya Tuhan akan memberikan balasan yang lebih dari yang kau berikan padaku ini.
Iya kan?? Bukankah kita sama-sama percaya bahwa Tuhan itu adil.
Sudah ya aku lelah menulis ini, aku takut terlarut dalam ceritaku hingga aku pun takut tak dapat melupakanmu.
Jadi kumohon jika kau memang ingin pergi, jangan lagi menyapaku ataupun membuatku kelu dengan pesan singkatmu.
Karena sungguh aku tak ingin berpapasan ditengah jalan saat aku sedang menghapus jejakmu.



Bye Story !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...