Langsung ke konten utama

Jangan hilang diujung jalan

Ketika aku tak tau harus melangkah kemana
Aku takut hanya akana berputar-putar disini, takut menghadapi kenyataan yang mungkin akan lebih pahit dari ini
Dulu aku pernah lebih kuat dari ini, lebih hebat dari yang kamu tahu, tapi kini aku lemah. Bahumu yang membuatku lemah, bahumu yang selalu jadi tempat bersandarku itu membuatku dalam kondisi baik kemarin. Tapi aku takut jika harus terbiasa dengan bahumu itu, aku takut jika bahu itu nanti enggan kusandari lagi, aku takut jika bahu itu menghilang dari pandangan diujung jalan dan takkan pernah kembali.
Kamu yang membuatku terbiasa dengan segalanya, aku hanya ingin minta tolong, jangan lakukan itu jika kebiasan yang membuatku merasa nyaman itu tidak akan sampai akhir. Aku tak akan sanggup menghadapi kenyataan yang kuyakin akan lebih pahit nantinya itu.
Kalau sekarang aku kira masih bisa, untuk kembali seperti dulu, berdiri tegak tanpa topangan bahumu, tapi aku takut kaku, aku yakin hidupku akan jadi lebih keras dari batu jika bahumu menjauh lalu hilang diujung jalan.
Aku harus apa??
Aku tak mau jadi lemah tapi aku juga tak ingin jadi batu.
Aku rindu diriku yang kini sudah tak kukenali lagi, mengapa semakin dewasa malah semakin tak terkendali
Aku fikir tadinya aku hebat, tapi ketika aku diruang kosong yang gelap, aku sadar aku bukan apa-apa, aku ini apa??
Hanya daun yang akan jatuh ketika tertiup angin, dan pada kenyataannya daun tak bisa marah pada angin, apalagi membencinya.
Jadi gimana masalah bahumu itu, aku masih ragu. Aku tau kamu sama ragunya denganku, kamu malah beribu kali lebih ragu kan. Iya aku tau itu. Dan aku juga tau kalau kamu terlalu pintar untuk menutupi keraguan itu supaya aku tak tau, tapi percuma karenaku sudah tau.
Kamu terlalu baik jika yang kau lakukan hanya pura-pura. Aku bahkan tak yakin dengan dugaan ini. Tapi sungguh aku cinta kamu walau ku tau kamu ragu.
Aku hanya sadar aku ini siapa??
Wanita lemah yang terlalu melankolis dengan sejuta kekurangan, yang tak punya status sosial, yang tak punya kehidupan normal,  yang jauh dari kata soleh,  yang berparas jauh dari kata idaman,  yang tak juga cerdas seperti wnita impian.
Aku pun tak berharap banyak jika pada kenyataannya memang seperti ini,  ku hanya takut terbuai oleh kenyamanan yang fana atau sekedar akan hilang.



Sebenarnya aku takut kamu yang hilang. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...