Langsung ke konten utama

Kamu adalah kesederhanaan yang membahagiakan

Aku ingin bahagia walau itu sederhana..

pagi ini mendung tapi tidak hujan, aku suka suasananya, tenang, nyaman, dan meneduhkan "seperti kamu".
dari kemarin kamu hadir, seperti payung yang melindungiku dari hujan, kamu hadir dan membuat nyaman, dan aku suka kalau kamu hadir.
tak perlu menetap karena aku tau itu takkan mungkin, hanya perlu sapa aku setiap hari dan temani aku dengan candaan ringan saja, itu sudah cukup untuk membuatku bahagia.
aku tau siapa kita, dan aku tau ketidakmungkinan kita, aku pun tau kita hanya dapat berjalan beriringan bukannya berdampingan, dan aku tak peduli mau beriringan atau berdampingan yang penting aku bahagia jika didekatmu.
aku pun tau bahagiaku tak boleh egois, karena kamu adalah partikel yang jauh dari permukaanku.

beberapa waktu lalu kupikir, aku tak lagi memiliki pendengar yang baik atau bahkan penghibur hati, tapi ungguh bukannya aku meninggikanmu, hanya saja terimakasih karena kamu menepiskan segala pikiran itu. nyatanya ada kamu bukan, buktinya masih ada kamu yang mau mendengarkanku, bahkan aku ingin menangis sejadi-jadinya agar kamu merengkuhku "lagi" kedalam pelukmu itu.

apa kamu tau apa yang bisa membuat hal lama seolah baru terjadi kemarin? "meskipun sederhana tapi itulah kenangan". Ya sama halnya seperti peristiwa sederhana antara kita, pandangan yang sederhana, sapaan sederhana, tawa yang sederhana, partner yang sederhana, perhatian yang sederhana, nasehat yang sederhana, dan kamu adalah kesederhanaan yang membahagiakan tentunya.
kamu tau aku diam dengan segala hal yang meletup-letup dihatiku ini, bukan karena aku tak ingin menunjukkannya, hanya saja biarlah ini menjadi rahasia, aku rasa akan lebih baik kalau begitu.
"seperti rindu, aku lebih suka memenjarakannya dan membisu, menunggu kau yang mengungkapkan kemudian aku tertawa menang haha", jauh didalam hatiku yang meletup-letup, aku berharap hatimu malah meledak-ledak, dan itu karenaku.

untukmu, kebahagiaan sederhanaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...