Bukan soal hati tapi soal perasaan
Warnanya hampir hilang. Tak lagi merah, jingga, kuning, hijau, atau biru. Yang terlihat hanya abu-abu dan hitam.
hitamnya makin lama malah makin pekat, menenggelamkan mega yang jingga dilangit senja.
Berjalan, ya jalani saja, bukankah dari dulu sudah berjalan. Hanya bedanya sekarang, kamu berjalan maju atau berjalan mundur.
Maju sajalah, mundur pun hanya masalalu yang kau lihat, didepan sana pasti lebih indah.
Aku tau kita lelah berjalan, aku pun sama ingin halnya untuk cepat sampai, tapi bukankah proses itu indah, sulit memang, tapi mari kita lalui bersama, pasti menyenangkan.
Kalau lelah berjalan, ayo berlari yang kencang, supaya cepat sampai. Tapi apa kau tak ingin melihat apa yang akan kita lalui, karena jika berlari pasti tak seindah kenyataan pandangannya.
Yang ada hanya lelah yang dua kali lipat, kaki makin lemah, pandangan terhalang oleh kecepatan.
Heyy pensil, ayo kita singkirkan awan hitam itu bersama.
Biarkan senja kembali berwarna jingga, biarkan langit tetap membiru, dan biarkan hujan datang dengan sendirinya.
Mari lewati gurun pasir yang panas itu.
Mari lewati lumpur hisap itu.
Mari lewati api yang membara itu.
Mari kalahkan musuh itu.
Hati biarkan mati jika harus mati. Biarkan kita berdiri di titik tanpa perasaan. Dalam dingin yang penuh kehangatan. Dikotak pensil yang kita tinggali itu.
Warnanya hampir hilang. Tak lagi merah, jingga, kuning, hijau, atau biru. Yang terlihat hanya abu-abu dan hitam.
hitamnya makin lama malah makin pekat, menenggelamkan mega yang jingga dilangit senja.
Berjalan, ya jalani saja, bukankah dari dulu sudah berjalan. Hanya bedanya sekarang, kamu berjalan maju atau berjalan mundur.
Maju sajalah, mundur pun hanya masalalu yang kau lihat, didepan sana pasti lebih indah.
Aku tau kita lelah berjalan, aku pun sama ingin halnya untuk cepat sampai, tapi bukankah proses itu indah, sulit memang, tapi mari kita lalui bersama, pasti menyenangkan.
Kalau lelah berjalan, ayo berlari yang kencang, supaya cepat sampai. Tapi apa kau tak ingin melihat apa yang akan kita lalui, karena jika berlari pasti tak seindah kenyataan pandangannya.
Yang ada hanya lelah yang dua kali lipat, kaki makin lemah, pandangan terhalang oleh kecepatan.
Heyy pensil, ayo kita singkirkan awan hitam itu bersama.
Biarkan senja kembali berwarna jingga, biarkan langit tetap membiru, dan biarkan hujan datang dengan sendirinya.
Mari lewati gurun pasir yang panas itu.
Mari lewati lumpur hisap itu.
Mari lewati api yang membara itu.
Mari kalahkan musuh itu.
Hati biarkan mati jika harus mati. Biarkan kita berdiri di titik tanpa perasaan. Dalam dingin yang penuh kehangatan. Dikotak pensil yang kita tinggali itu.
Komentar
Posting Komentar