Langsung ke konten utama

berulang-ulang

kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan mengganggumu lagi.
maaf jika hadirku kemarin kau anggap menyita waktu perjalananmu,  sungguh aku menyesalinya jika aku hanya jadi penghalang bagimu.
aku cukup tau diri siapa aku dan siapa kamu, bukannya aku sudah pernah bilang tak usah dipaksakan kalau tidak bisa.
lagi pula aku bukan wanita yang memaksakan segalanya sesuai inginku, aku tau semua itu adalah mustahil.
kini hatiku sudah biasa, kamu tak perlu khawatir orang-orang akan menghardikmu sebagai pria tak tau diri, aku bukan wanita yang suka menyimpan dendam, apa yang terjadi pada kita biarlah menjadi konsumsi kita saja.
hatiku memang sakit, tapi kamu tak perlu khawatir akan hal itu, tanpa kamu harus repot-repot hatiku akan pulih dengan sendirinya.
lagi pula ini tidak sepenuhnya salahmu, toh aku yang membiarkanmu melukaiku.
tapi bolehkah aku bertanya padamu, karena menunggu penjelasan darimu jelas adalah ketidakmungkinan bagiku.
aku ingin tau, apa salahku hingga kau lakukan ini berulang-ulang??
jika hanya sekali duakali mungkin tidak begitu merisaukanku, tapi ini lebih dari itu hingga aku tak tau ini hitungan yang keberapa.
apa salahku jika aku terlalu cinta, bukankah kau yang lebih dahulu menawarkannya, aku hanya menerima dan membalas apa yang kau berikan, kecuali kejahatan ini.
dan apakah kamu tidak salah, menjadi pengecut yang berulang kali seperti ini, sembunyi, lari, menghindar, dan ingkar janji.
sungguh menyedihkan sekali, dan yang lebih menyedihkan lagi aku mencintai orang menyedihkan sepertimu.
kufikir tuhan hanya sedang mengujiku, dan kamu jangan berpikir sudah berhasil menyiksaku, aku memang terluka, tapi luka darimu masih belum seberapa dibandingkan benerapa hal yang pernah kualami.
aku bukan bermaksud sombong, hanya saja aku sudah terbiasa hidup ditengah luka, sesering kamu menebarkan luka aku semakin hebat dalam meramu obatnya.
aku bukan wanita yang lemah, meski ditengah malam aku terdiam menahan isakan, aku masih dapat menyambut pagi dengan tawa yang takkan pernah dapat kamu ketahui dari mana asalnya.
ketahui saja aku lebih kuat dari wanita yang namanya wonder woman itu, jadi kamu tenang saja, aku tidak terlalu membutuhkanmu untuk menjagaku.
jangan takut aku tidak bisa hidup tanpamu, karena ada tiadanya kamu aku tetap bernafas dengan oksigen, bukan denganmu.
jadi kalau kamu ingin pergi, pergilah.
setidaknya ucapkan salam perpisahan atau berikan aku lambaian tangan, agar kamu tidak meninggalkan kesan sebagai seorang pengecut dimataku. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...