Langsung ke konten utama

maaf aku terlalu membutuhkanmu

selamat malam tuan
terkadang ada banyak hal yang seharusnya diutarakan namun seringkali aku lebih memilih untuk diam.
disaat segalanya akan meluap-luap aku tidak tau harus apa, karena nyatanya kamu bukan obatnya.
Tuan, aku hanya ingin bilang maaf padamu dimalam yang hangat ini, maaf jika aku terlalu membutuhkanmu.
hanya saja aku pikir kamu satu-satunya, tapi kurasa tidak bagimu, aku saja yang terlalu berharap banyak.
harusnya aku tau, aku terlalu bodoh untuk berkali-kali bilang supaya tidak berharap banyak, tapi nyatanya aku selalu berharap padamu.
aku hanya tak tau harus kemana saat aku tersesat bahkan aku tak ingat jalan pulang, aku hanya tak tau harus pada siapa aku minta ditemani hanya ketika malam datang dan sunyi mulai menguasai, aku hanya tak tau harus berbuat apa disaat ketakutan mulai menyerangku.
aku sedang tidak baik,  aku sendiri tidak mengerti apa yang terjadi,  aku hanya merasa takut pada malam yang sunyi, bukan aku tak ingin tidur, bahkan tiap kali mata ini terpejam beberapa hal yang menyakitkan menertawaiku dalam gelap mataku, aku mendengar tangis dan tawa yang tak kutahui dari mana asalnya, yang kutahu aku hanya butuh ditemani, aku tak tau siapa selain kamu.
tapi responmu tidak begitu menyenangkan padahal kupikir kamu yang paling mengerti aku, aku bahkan tidak ingin menyakitmu dan berusaha hanya menghubungimu bukannya orang lain.
maaf jika bagimu aku terlalu merepotkan, maaf jika panggilan telponku mengganggu kesenanganmu, bahkan jika bom pesanku juga parasit bagimu aku menyesalinya, hanya saja maaf jika ketakutanku adalah lelucon yang menyebalkan bagimu.
sekali lagi maaf karena aku terlalu membutuhkanmu.
alangkah senangnya jika aku bisa tidur tepat waktu tanpa harus menunggu mata ini lelah dengan sendirinya, alangkah bahagianya jika aku dapat lari kepelukan ibuku tanpa harus ketakutan dikamar yang gelap menanti jawaban diujung telpon, alangkah indahnya jika aku dapat berkeluh kesah pada ayahku tanpa harus merepotkanmu dengan ceritaku.
aku ingin alangkah-alangkah itu jadi nyata, tapi apa dayaku yang kupikir hanya punya kamu tanpa mereka semua, nyatanya kamu sama malah akan menghilang juga, nyatanya kamu malah kebingungan dengan ketakutanku ini.
aku lelah, aku hanya ingin malam ini dan malam selanjutnya tidak terasa begitu sepi, tidak begitu gelap, tidak begitu sunyi, sehingga aku tidak hanya ditemani dengan kepingan kenangan saja.
aku ingin segalanya berlalu, menghilang dan terlupakan tidak mengambang di awang-awang dan jadi kisah yang menakutkan.
biar pada kenyataannya saja yang sulit tapi jangan jadikan ingatan ini juga sulit, aku tidak ingin jadi aku kalau aku bisa minta.
biarkan ingatan ini menghilang dikepekatan hingga aku terlelap ditemani bunga tidur yang indah.


Selamat malam tuan
maaf jika aku terlalu membutuhkanmu
aku berjanji itu tidak akan lagi
seperti inginmu yang akan kupenuhi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...