harummu tertinggal dan kini kujadi satukan dengan kalimat yang terpenggal penggal.
aku masih disini, duduk diam dan berperang melawan ego, masih menunggu siapa yang akan jadi pemenangnya.
hati nuraniku berbisik, katanya tak adil jika aku hanya melihatmu dari sebelah sisi, perlahan egoku tersentuh ketika menyadari memang semua itu benar.
kalau kamu jahat, kamu pun pernah baik.
kalau kamu menyakiti, kamu pun pernah mencintai.
aku mulai berpikir bahwa ini bukan soal kamu yang salah dan aku yang benar ataupun sebaliknya.
tapi ini soal kedewasaan, usia hati kita masih terlalu muda untuk saling paham dan bisa mengerti.
bahkan kita masih terlalu egois untuk berani mengkritisi diri sendiri, tak berani menilai diri sendiri namun pandai mengomentari orang lain.
tapi aku gundah..
aku hanya takut menghadapi apa yang akan terjadi nanti, banyak andai-andai yang kutakutkan.
apalagi hidup kita terlalu banyak yang mempedulikan.
aku hanya takut tak bisa mengabaikan bisik-bisik yang tak enak di dengar.
terkadang aku hanya ingin meminta untuk jangan pernah menilai terlalu dalam, bahkan ada yang membenci padahal belum saling kenal.
apa salahku jika aku tetap cinta meski disakiti berulang-ulang, kurasa itu salah hatiku.
apa salahku jika aku tetap rindu meski akan terus diabaikan, kurasa itu juga salah hatiku.
aku hanya tidak siap jika semua orang menghardikku sebagai wanita bodoh yang selalu bersedia kamu sakiti berulang-ulang, yang mereka salahkan bukan hatiku tapi aku!!
bagiku ini sedikit tidak adil, karena mereka belum pernah diposisiku, bahkan jika mereka pernah diposisi ini sudah kubilang, kita cenderung egois untuk berani mengakui kesalahan, yang mereka lihat hanya salah orang lain.
hati mereka yang benar dan aku salah.
lalu aku harus apa, hatiku makin lama makin sesak.
kesibukan yang jadi pelarian pun melarikan diri, teman bicara pun malah terbawa dengan perasaannya sedangkan aku tak ingin memulai lagi, rutinitas makin lama pun malah terasa begitu membosankan, dan yang paling sial aku terjebak rindu.
aku masih disini, duduk diam dan berperang melawan ego, masih menunggu siapa yang akan jadi pemenangnya.
hati nuraniku berbisik, katanya tak adil jika aku hanya melihatmu dari sebelah sisi, perlahan egoku tersentuh ketika menyadari memang semua itu benar.
kalau kamu jahat, kamu pun pernah baik.
kalau kamu menyakiti, kamu pun pernah mencintai.
aku mulai berpikir bahwa ini bukan soal kamu yang salah dan aku yang benar ataupun sebaliknya.
tapi ini soal kedewasaan, usia hati kita masih terlalu muda untuk saling paham dan bisa mengerti.
bahkan kita masih terlalu egois untuk berani mengkritisi diri sendiri, tak berani menilai diri sendiri namun pandai mengomentari orang lain.
tapi aku gundah..
aku hanya takut menghadapi apa yang akan terjadi nanti, banyak andai-andai yang kutakutkan.
apalagi hidup kita terlalu banyak yang mempedulikan.
aku hanya takut tak bisa mengabaikan bisik-bisik yang tak enak di dengar.
terkadang aku hanya ingin meminta untuk jangan pernah menilai terlalu dalam, bahkan ada yang membenci padahal belum saling kenal.
apa salahku jika aku tetap cinta meski disakiti berulang-ulang, kurasa itu salah hatiku.
apa salahku jika aku tetap rindu meski akan terus diabaikan, kurasa itu juga salah hatiku.
aku hanya tidak siap jika semua orang menghardikku sebagai wanita bodoh yang selalu bersedia kamu sakiti berulang-ulang, yang mereka salahkan bukan hatiku tapi aku!!
bagiku ini sedikit tidak adil, karena mereka belum pernah diposisiku, bahkan jika mereka pernah diposisi ini sudah kubilang, kita cenderung egois untuk berani mengakui kesalahan, yang mereka lihat hanya salah orang lain.
hati mereka yang benar dan aku salah.
lalu aku harus apa, hatiku makin lama makin sesak.
kesibukan yang jadi pelarian pun melarikan diri, teman bicara pun malah terbawa dengan perasaannya sedangkan aku tak ingin memulai lagi, rutinitas makin lama pun malah terasa begitu membosankan, dan yang paling sial aku terjebak rindu.
Selamat malam wahai MALAM
Komentar
Posting Komentar