Pertanyaannya adalah menyakiti atau mempermainkan??
Pilih saja satu, toh aku yang mempersilahkan, tak perlu merasa bersalah, aku sudah tau kau tak punya perasaan.
Kenapa harus kecewa?? dari awal kita hanya sebatas teman, aku saja yang berekspetasi terlalu tinggi kalau taruhan itu serius.
Jalani saja nyamanmu, jangan hiraukan pintaku untuk -jangan pergi. Aku akan tetap disini, tidak pergi dan tidak pula kemana-mana, aku hanya akan memperhatikanmu yang semakin lama semakin memudar.
Dari awal menyukaimu adalah suatu kejutan untukku, ini terjadi begitu saja tanpa direncanakan, dan aku tak mengerti hal itu.
Aku sedang mencoba berdamai dengan hatiku, untuk sadar pada kenyataan ini dan tidak terpaku pada ego yang tak seharusnya.
Hatiku tak bisa terima bahwa kemungkinan kehilangan teman berdialog yang menyenangkan sepertimu adalah patah hati yang amat besar.
Hatiku pun tak bisa terima bahwa kemungkinan kehilangan pendengar yang baik sepertimu adalah luka parah.
Tapi aku lebih kuat dari hatiku, bahkan tanpa ada yang mengobati, aku sudah mahir menyembuhkan.
Jadi jangan khawatir, jangan juga bingung, jangan pula merasa bersalah, ini urusanku dengan hatiku, jadi tak melibatkanmu, meskipun kamu ikut andil dalam sebabnya.
Harusnya pertemanan kita tak boleh terlalu intim, bahkan aku ragu menyebutmu teman karena kupikir segalanya lebih dari itu, dan jelas ini adalah salah pikiranku.
Hujan malam ini makin deras, ia pandai sekali membuat suasana makin kalut, sedangkan hatiku memang berkabut.
Aku hanya tak tau lagi harus berbuat apa, terkadang ini terasa sulit. Hatiku memberontak, perasaanku menolak, dan candu ini tak mau berhenti.
Mereka tau rindu itu apa, aku pun begitu.
Mereka tak siap kehilangan, tak siap pula rindu, begitupun juga aku.
Perasaan memang menuntut segala pengertian dan aku mengerti kalau segalanya tak bisa dipaksakan.
Perasaan memang harus memahami, dan aku paham kalau kita adalah ketidakmungkinan yang nyata, meski selalu aku semogakan.
Pilih saja satu, toh aku yang mempersilahkan, tak perlu merasa bersalah, aku sudah tau kau tak punya perasaan.
Kenapa harus kecewa?? dari awal kita hanya sebatas teman, aku saja yang berekspetasi terlalu tinggi kalau taruhan itu serius.
Jalani saja nyamanmu, jangan hiraukan pintaku untuk -jangan pergi. Aku akan tetap disini, tidak pergi dan tidak pula kemana-mana, aku hanya akan memperhatikanmu yang semakin lama semakin memudar.
Dari awal menyukaimu adalah suatu kejutan untukku, ini terjadi begitu saja tanpa direncanakan, dan aku tak mengerti hal itu.
Aku sedang mencoba berdamai dengan hatiku, untuk sadar pada kenyataan ini dan tidak terpaku pada ego yang tak seharusnya.
Hatiku tak bisa terima bahwa kemungkinan kehilangan teman berdialog yang menyenangkan sepertimu adalah patah hati yang amat besar.
Hatiku pun tak bisa terima bahwa kemungkinan kehilangan pendengar yang baik sepertimu adalah luka parah.
Tapi aku lebih kuat dari hatiku, bahkan tanpa ada yang mengobati, aku sudah mahir menyembuhkan.
Jadi jangan khawatir, jangan juga bingung, jangan pula merasa bersalah, ini urusanku dengan hatiku, jadi tak melibatkanmu, meskipun kamu ikut andil dalam sebabnya.
Harusnya pertemanan kita tak boleh terlalu intim, bahkan aku ragu menyebutmu teman karena kupikir segalanya lebih dari itu, dan jelas ini adalah salah pikiranku.
Hujan malam ini makin deras, ia pandai sekali membuat suasana makin kalut, sedangkan hatiku memang berkabut.
Aku hanya tak tau lagi harus berbuat apa, terkadang ini terasa sulit. Hatiku memberontak, perasaanku menolak, dan candu ini tak mau berhenti.
Mereka tau rindu itu apa, aku pun begitu.
Mereka tak siap kehilangan, tak siap pula rindu, begitupun juga aku.
Perasaan memang menuntut segala pengertian dan aku mengerti kalau segalanya tak bisa dipaksakan.
Perasaan memang harus memahami, dan aku paham kalau kita adalah ketidakmungkinan yang nyata, meski selalu aku semogakan.
Aku rindu dan ini berat
Aku rindu tapi aku siapa
Aku rindu apa berhak
Aku rindu kmu
Aku rindu itu saja
Komentar
Posting Komentar