Langsung ke konten utama

"ketidakberdayaan"

hujan menghampiriku saat sendiri, hujan yang menyedihkan menemaniku yang sedang tidak baik-baik saja.
entah mengapa rasanya begitu resah, suasana hujan makin membuat keadaan jadi melankolis.
aku benci situasi yang seperti ini, terlalu dingin untuk kurasakan sendiri.
aku tidak mengerti apa sebab yang pasti dari resah ini, yang jelas aku ingin terus menulis tanpa titik.
hanya saja tak akan jadi kalimat yang indah jika tanpa tanda baca.
tapi aku tidak suka tanda titik, aku tak suka kamu berkata titik, titik bagiku adalah sebuah akhir, hanya ada cerita yang berbeda setelah titik, dan aku tak mau kita berakhir tanpa memulainya.
aku tau kita adalah kesalahan, atau lebih tepatnya aku yang salah bukan kamu.
hanya saja aku terlanjur jatuh, aku terlanjur ingin kamu, yang jelas aku candu kamu.
aku hampir hilang akal sehat jika memikirkan tentangmu, banyak hal yang kutakuti yang tak akan pernah kamu pahami.
katamu tak ada yang bisa disalahkan jika itu perihal perasaan, tapi bagaimana jika orang lain tak mengerti, kamu belum tau diposisiku, lebih dari luka tapi kenyataan bahwa memang segalanya salahku amat menampar hatiku.
aku tau ini terdengar agak berlebihan tapi sekali lagi aku tak pernah menang jika harus melawan perasaan, aku butuh kamu lebih dari kesanggupanmu, aku ingin kamu lebih dari yang kudapati saat ini, sudah kubilang aku ingin egois sekali saja, tapi aku bisa apa karena segalanya lagi-lagi terserah kamu.
aku rindu kamu padahal pertemuan belum lama berlalu, rindu ini mengendap tak berbalas seperti ampas kopi yg tak pernah di tengguk dan aromamu tertinggal bersama bau asap rokok yang menempel dibajuku.
aku tidak akan pernah memaksakan ketidakmungkinan ini, aku hanya sedang menunggu Tuhan selesai mengurusi orang lain baru kemudian mengurusi kita, seperti yang kau katakan.
saat ini biarkan kita menepi, berdiskusi dengan perasaan masing-masing.
aku tidak tau bagaimana percakapanmu dengan hatimu, yang kutau aku terlalu tak berdaya.
aku mulai berambisi dengan segala ilusi yang kuciptakan sendiri.
aku tau seharusnya ini tak boleh berlanjut, tapi aku tidak siap jika harus melewati titik ini -tanpamu.
masih musim hujan, aku khawatir basah sendiri, dan aku takut terjebak rindu.
aku suka hujan yang hadir disela-sela kisah kita, aku suka gemerciknya yang membuat kita membeku, aku suka dinginnya yang membuat kita menggigil, aku suka suasananya yang membuat kita makin dekat, makin tak berjarak.
dan aku suka saat hujan menjebakku ditempat yang sama denganmu namun aku benci menantimu sendiri saat hujan, sedangkan yang kunanti sedang bersama miliknya.


selamat malam hujan
terimakasih hadir menemaniku bersama ketidakberdayaan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...