Langsung ke konten utama

menginginkanmu begitu menyesakkan

Aku yakin kelak tiap dari kita akan bahagia, meski jalannya kearah yang berbeda. Aku tak tau kemana, dan kamu pasti kembali padanya.
Aku bukan jalang yang tak tau diri, aku tak tau kalau menginginkanmu semenyesakkan ini, aku kalah mutlak-lagi.
Aku bingung harus apa, aku terjebak oleh pikiranku sendiri, kini bukan hanya bahagiaku yang jadi prioritasku, tapi bahagiamu, juga kekasihmu.
Ini begitu menyiksaku, rasanya aku ingin bilang "kembalilah pada kekasihmu" tapi aku juga mencintaimu.
Aku takut kembali ke dunia nyata, yg mana kamu memang miliknya, dan aku hadir diantara kalian entah bermaksud apa, yang kutau aku ingin kamu.
Tapi hati nuraniku terluka, aku tau kekasihmu begitu mencintaimu, dan aku tau kalian saling cinta, aku tau dia lebih memahamimu dari pada aku, dia lebih mengenalmu jauh dari ini, dia lebih pantas dariku dalam seegala hal. Sedangkan aku apa?  Aku hanya wanita tak tau diri yang tiba-tiba nyaman oleh perlakuanmu kemudian sayang hingga ingin memilikimu, lalu mengambil separuh hatimu yang seutuhnya miliknya.
Apakah aku setega itu untuk tidak peduli dan tetap egois berada ditengah-tengah kalian.
Aku harus apa, kamu harus bilang. Aku tak bisa memikirkan ini sendiri, malam ini terlalu gelap untuk kulalui tanpamu.
Apa masih boleh ini dilanjutkan? Tak salahkah jika kita teruskan? Meski aku tau akan ada yang terluka nantinya, dan kuramal, aku lah yang akan terluka paling banyak.
Aku tak bisa, ini terlalu sulit. Aku dan nuraniku terlalu berlawanan, aku terlalu butuh kamu, aku tak ingin kamu pergi walau hanya selangkah, aku tak siap kehilangan segala hal tentangmu, pelukmu, dekapmu, genggamanmu, juga tatapanmu.
Aku suka kamu, setiap proses tentang kita, bagaimana awal dan apa yang terjadi, juga banyak cerita yang kita lakukan secara singkat, segalanya teramat berharga bagiku.
Mengapa kamu hadir untuk tak bisa kumiliki seutuhnya, hingga aku hanya dapat berandai-andai dan menyemogakan kita.
Lalu kini aku harus kemana, pergi atau tetap dipersembunyian dan bahagia dalam rahasia.
Aku tak tau arah dan ini sungguhan.
Aku bahkan terlalu berbahaya untukmu, dan perasaan yang kita punya terlalu berbahaya untuk hubunganmu dan kekasihmu.
Haruskah aku mengalah walaupun kenyataannya memang aku yang salah??
Namun bagaimana dengan bahagiaku sedangkan sekarang kamu adalah definisi dari bahagiaku!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...