Langsung ke konten utama

"kerahasiaan"

Selamat pagi sayang, semoga harimu menyenangkan, aku tidak suka ada jarak diantara kita hingga aku harus membatasi segalanya antara kamu dan aku, karena ini begitu menyakitkan.
Entah aku yang merasa atau kamu pun begitu, bahwa hubungan kita hanya sekedar cinta-cinta saja tanpa ikatan karena kamu tak akan pernah bisa berpaling darinya.
Setiap malam saat mimpi buruk mengganggu tidurku, aku amat ketakutan, tapi memikirkanmu dan kita setelahnya makin membuatku lebih takut lagi, aku takut saat aku bangun nanti tak ada lagi kamu, jadi aku mencoba untuk tidak terlalu terbiasa dengan ini.
Banyak ketakutan yang tak pernah kupahami sedangkan kamu tak pernah mau tau itu.
Rasanya begitu membingungkan dan amat mengesalkan, menjadi yang disembunyikan dan dinomorduakan.
Dan aku cukup tau diri bahwa sebagai yang kedua aku tak bisa menuntut segalanya.
Hanya saja kini hatiku makin rumit, karena memelukmu ditengah persembunyian tak lagi menyenangkan. Karena bertingkah didepan siapapun, seakan kita tak punya hubungan apapun mulai memuakkan. Karena tetap menganggap kita tak ada apa-apa makin membuatku kelelahan.
Tidak bisakah kita berhenti dan mengaku pada dunia kalau kita lebih dari sekedar teman biasa.
Aku bisa apa jika kamu mulai menceritakan tentang dia dengan bersemangat sedangkan hatiku mulai patah perlahan.
Kamu memang selalu mengejutkan, termasuk saat kamu berusaha menenangkanku dengan pelukan namun aku malah makin terbelenggu dalam rasa bersalah.
Kamu membuat segalanya semakin sulit, mengapa membawaku kedalam hangat yang seharusnya tak boleh kurasakan, padahal aku tau adegan setelah ini adalah aku yang makin terluka namun aku tetap bertahan sambil berharap -andai perkenalan kita tidak datang terlambat.
Kini, kita menjelma sebagai sepasang tanda tanya yang kemudian bingung mencari jawaban. Kita berjalan tak tentu arah, namun aku nikmati setiap ketidakpastian yang kamu tawarkan, aku tidak bisa menolak segala kebodohan dan ketololan yang kita perbuat karena betapa aku menemukan kenyamanan dalam kebersamaan kita.
Dalam ketidakpastian, aku maknai setiap pertemuan kita dan kusimpan rapi ditempat teraman -dihatiku.
Kemudian, kamu menjadi cukup penting dalam hidupku dan kamu mulai berperan dalam kondisi hatiku.
Dan kita tetap membiarkan ini menjadi rahasia, karena dunia menerima keberadaan kita pun kenyataannya menolak hubungan kita.
Dan aku hanya ingin memelukmu sekuat yang aku bisa sebelum jarak dan waktu makin menjauhkan kita, dan merangkulmu sehangat yang aku bisa sebelum kamu kembali kepeluknya.
Kemudian aku hanya bisa mencoba mengerti, meskipun berat menunggu waktu agar segalanya mendapatkan akhir yang bahagia.
Karena terlalu banyak penonton dalam hidupmu, begitu pula hidupku, hingga kita harus tertap membangun persembunyian agar kita bahagia dalam kerahasiaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...