Langsung ke konten utama

Neraka dan luka bersamamu

Malam ini terlalu dingin untuk diselimuti sunyi. Rasanya banyak resah tapi lebih banyak rindu, dan banyak juga yang tak kumengerti.
Aku masih gamang, kupandangi malam yang semakin pekat, namun tetap resah ini tak jua hilang, malah rindu terus berlalu lalang.
Aku ketakutan, aku takut pada malam yang merenggut indahnya senja, ia terlalu pekat. Aku takut detak jam dinding disunyinya malam, ia terlalu mencekam. Aku takut angin malam yang berhembus mengitariku, ia terlalu sentimental.
Dan yang paling kutakutkan adalah, kamu menghilang diujung penantian, itu terlalu menyakitkan, dan tak sanggup kubayangkan.

Taukah kamu??  Kudengar, siapa yang paling banyak cintanya, justru ia pula yang terluka paling banyak. Lucu yaaa.
Lantas, diantara kita siapa yang cintanya paling banyak?? Jelas aku. Karena dari milikmu, aku hanya dapat separuh.
Sudahlah, dari awal kutahui itu -brengsek!
Bukan bodoh, tapi inilah cinta pada nalarnya.
Saat tau segalanya akan berakhir menyakitkan, aku tak sanggup berhenti saat semua ini masih terasa indah, karena aku masih percaya, ada pengharapan untuk kita, yang selalu aku andai-andaikan, dan alangkah indahnya jika kamu ikut serta menyemogakannya pula, -setidaknya aku tak berjuang sendirian lewat rapalan doa.
Maka aku hanya menikmati, saat kamu bertingkah seakan aku satu-satunya meskipun nyatanya aku selalu jadi salah satunya.

Salahkah aku??
Salahkah aku yang terlalu mudah menganggap ini cinta, salahkah jika aku terlalu mudah cinta pada matamu, hidungmu, pipimu, rangkulmu, pelukmu, pada tawamu, candamu yang segar dan pada kebersamaan kita.
Saat aku menatap matamu, aku berusaha keras menemukan cinta disana. Saat aku berharap jadi satu-satunya dalam tatapanmu, tapi aku gagal, -malah kutemukan pula cinta untuk yang lainnya. Tidak pernah seutuhnya untukku, walau sedetik saja.

Lalu aku harus apa?
Aku begitu menomorsatukan kamu, meskipun kamu selalu menempatkanku diposisi kedua. Aku begitu menyukaimu, meskipun berkali-kali aku tau, kamu tak akan meninggalkan dia, demi bersatu denganku.
Tidak ada surga untukku juga untukmu. Lalu? Mengapa aku masih ingin bersamamu? Karena bagiku, aku tak lagi butuh surga. Neraka dan luka bersamamu, sudah cukup bagiku. Asal aku bisa memelukmu, -itu cukup.



Teruntuk Dewaku. 
Dariku yang terlalu semu. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...