Langsung ke konten utama

aku apa?

Pagi ini aku berusaha untuk memahat mimpi, entah terlalu tinggi atau terlalu menyeramkan hingga rasanya begitu tidak nyaman.
Aku masih disini, diketidakpastian yang kupikir sudah berakhir, namun ternyata tak ingin kamu akhiri.
Hatiku memaksaku menulis.
Tapi setelah aku pegang penaku aku hilang akal. Aku malah meluap-luap dengan segala sesak yang sudah melewati batas tampungnya.

Aku sungguh tak mengerti, rasanya semua ini tidak pernah memihak kepadaku, bahkan kamu juga begitu.
Entah ini sudah tulisan yang keberapa, dan kamu masih saja jadi pohon dari buah-buah aksaraku, namun meskipun sedetik aku tak pernah ada di sudut ruuang dari hatimu.

Bahkan ketika kau bersamaku, aku merasa ragamu kosong, karena jiwamu yang sesungguhnya sedang mengejar bayang-bayangnya.
Kasihan sekali jadi aku, mendambakan bumi yang hanya selalu mengelilingi matahari, karena tidak mungkin sampai kapanpun untuk bumi mengitari bulan.

Ada aku disini, tak bisakah kau lihat meski sejenak.
Aku tau, bagimu aku tidak pernah sebaik dia, hingga sepertinya sulit bagimu memperlakukanku dengan baik.
Aku tau, bagimu aku tak pernah semempesona dia, hingga sepertinya sulit bagimu untuk tidak mengabaikanku.
Aku lebih tau, jika aku tidak sekuat dia, sepantas dia, hingga sepertinya mengharapkanmu mengakui keberadaanku sangat jauh dari nyata.

Lalu aku harus apa, kini aku hanya bertahan dalam pengharapan, menanti kamu berbalik arah dan memutar haluan.

Tapi sampai kapan aku disini, sayang.
Jika bahkan kenanganku akan ilang semua.
Aku akan tetap mengingatmu.

Kupikir ini semua terlalu tidak adil bagiku, karena mengapa selalu aku yang lebih besar cintanya, tak bisakah kau balas itu.
Aku ingin dicintai dengan gila, tanpa akal sehat, olehmu bukan yang lainnya.
Aku memulai ini berharap tak harus ada lagi kisah lain yang akan ku mulai kembali, hati ini sudah lelah tapi sepertinya tidak dengan hatimu.

Tiap-tiap dari kita jelas memiliki masalalu, aku atau kamu memang bukan yang pertama bagi keduanya. Namun tak bisakah kamu berdamai dengan masalalumu dengan tak melibatkannya diantara kita, entah dengan siapapun itu, cinta pertamamu atau kekasih terakhirmu sebelum aku.

Aku juga punya masalalu, selalu ada kisah yang tidak perlu diketahui orang jika melibatkan masalalu, hanya saja aku sudah mengubur itu, bagiku masalalu ya biar saja berlalu, tak harus dilupakan atau sesekali boleh dikenang, hanya saja tak ingin kulakukan karena hatiku tau, ada kamu yang lebih berhak untuk kupikirkan.
Aku ingin kamu mengerti, aku hanya ingin jadi aku -yang satu-satunya bagimu, dicintai dengan cara berbeda olehmu, tidak kau bandingkan dengan masalalumu, karena aku ingin memulai cerita kita, tentang aku dan kamu, tanpa melibatkan masalalu kita.
Aku hanya ingin menjalani ini senormal mungkin, tapi sepertinya kamu masih terus saja mencari lainnya, padahal bagiku -aku ingin kamu akhirnya.
Rasanya aku begitu menjijikkan, mengharapkanmu yang bahkan meragukanku. Percayaku tak sama dengan percayamu, dan harapan kita belum sejalan atau takkan pernah sejalan.
Lantas aku harus bagaimana, harus kusalahkan siapa jika perasaan terhadapmu ini terlalu berlebihan hingga membuatmu tak nyaman.
Aku lelah, entah rasanya seperti banyak sekali yang ingin kuutarakan namun tak terucapkan.
Dadaku sesak, mengapa mencintaimu jadi hal yang sulit kuatasi, sehebat itukah kamu hingga aku jadi tak terkendali.
Bagaimana bisa, berulang-ulang kamu jadi sebab nanar dimataku, sebab dari tumpahnya air yang luruh dari kelopak mata, dengan sesenggukan, sesak terisak tanpa suara, namun tak pernah kamu ketahui.
Mungkin yang kamu tau aku selalu berlebihan, mencintaimu dengan tak tau diri, merasa iri dengan masalalumu, atau terlalu memaksamu untuk mencintaiku.
Salahku atau salahmu hingga kita tak saling memahami, karena penjelasan diantara kita pun tak ada artinya lagi.
Aku harus apa lagi, jika rasanya tak mampu berdiri lagi, bagaimana jika barangkali aku mati, masihkah kau anggap aku ini tak tau diri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...