Pagi ini aku berusaha untuk memahat mimpi, entah terlalu tinggi atau terlalu menyeramkan hingga rasanya begitu tidak nyaman.
Aku masih disini, diketidakpastian yang kupikir sudah berakhir, namun ternyata tak ingin kamu akhiri.
Hatiku memaksaku menulis.
Tapi setelah aku pegang penaku aku hilang akal. Aku malah meluap-luap dengan segala sesak yang sudah melewati batas tampungnya.
Aku sungguh tak mengerti, rasanya semua ini tidak pernah memihak kepadaku, bahkan kamu juga begitu.
Entah ini sudah tulisan yang keberapa, dan kamu masih saja jadi pohon dari buah-buah aksaraku, namun meskipun sedetik aku tak pernah ada di sudut ruuang dari hatimu.
Bahkan ketika kau bersamaku, aku merasa ragamu kosong, karena jiwamu yang sesungguhnya sedang mengejar bayang-bayangnya.
Kasihan sekali jadi aku, mendambakan bumi yang hanya selalu mengelilingi matahari, karena tidak mungkin sampai kapanpun untuk bumi mengitari bulan.
Ada aku disini, tak bisakah kau lihat meski sejenak.
Aku tau, bagimu aku tidak pernah sebaik dia, hingga sepertinya sulit bagimu memperlakukanku dengan baik.
Aku tau, bagimu aku tak pernah semempesona dia, hingga sepertinya sulit bagimu untuk tidak mengabaikanku.
Aku lebih tau, jika aku tidak sekuat dia, sepantas dia, hingga sepertinya mengharapkanmu mengakui keberadaanku sangat jauh dari nyata.
Lalu aku harus apa, kini aku hanya bertahan dalam pengharapan, menanti kamu berbalik arah dan memutar haluan.
Tapi sampai kapan aku disini, sayang.
Jika bahkan kenanganku akan ilang semua.
Aku akan tetap mengingatmu.
Kupikir ini semua terlalu tidak adil bagiku, karena mengapa selalu aku yang lebih besar cintanya, tak bisakah kau balas itu.
Aku ingin dicintai dengan gila, tanpa akal sehat, olehmu bukan yang lainnya.
Aku memulai ini berharap tak harus ada lagi kisah lain yang akan ku mulai kembali, hati ini sudah lelah tapi sepertinya tidak dengan hatimu.
Tiap-tiap dari kita jelas memiliki masalalu, aku atau kamu memang bukan yang pertama bagi keduanya. Namun tak bisakah kamu berdamai dengan masalalumu dengan tak melibatkannya diantara kita, entah dengan siapapun itu, cinta pertamamu atau kekasih terakhirmu sebelum aku.
Aku juga punya masalalu, selalu ada kisah yang tidak perlu diketahui orang jika melibatkan masalalu, hanya saja aku sudah mengubur itu, bagiku masalalu ya biar saja berlalu, tak harus dilupakan atau sesekali boleh dikenang, hanya saja tak ingin kulakukan karena hatiku tau, ada kamu yang lebih berhak untuk kupikirkan.
Aku ingin kamu mengerti, aku hanya ingin jadi aku -yang satu-satunya bagimu, dicintai dengan cara berbeda olehmu, tidak kau bandingkan dengan masalalumu, karena aku ingin memulai cerita kita, tentang aku dan kamu, tanpa melibatkan masalalu kita.
Aku hanya ingin menjalani ini senormal mungkin, tapi sepertinya kamu masih terus saja mencari lainnya, padahal bagiku -aku ingin kamu akhirnya.
Rasanya aku begitu menjijikkan, mengharapkanmu yang bahkan meragukanku. Percayaku tak sama dengan percayamu, dan harapan kita belum sejalan atau takkan pernah sejalan.
Lantas aku harus bagaimana, harus kusalahkan siapa jika perasaan terhadapmu ini terlalu berlebihan hingga membuatmu tak nyaman.
Aku lelah, entah rasanya seperti banyak sekali yang ingin kuutarakan namun tak terucapkan.
Dadaku sesak, mengapa mencintaimu jadi hal yang sulit kuatasi, sehebat itukah kamu hingga aku jadi tak terkendali.
Bagaimana bisa, berulang-ulang kamu jadi sebab nanar dimataku, sebab dari tumpahnya air yang luruh dari kelopak mata, dengan sesenggukan, sesak terisak tanpa suara, namun tak pernah kamu ketahui.
Mungkin yang kamu tau aku selalu berlebihan, mencintaimu dengan tak tau diri, merasa iri dengan masalalumu, atau terlalu memaksamu untuk mencintaiku.
Salahku atau salahmu hingga kita tak saling memahami, karena penjelasan diantara kita pun tak ada artinya lagi.
Aku harus apa lagi, jika rasanya tak mampu berdiri lagi, bagaimana jika barangkali aku mati, masihkah kau anggap aku ini tak tau diri.
Aku masih disini, diketidakpastian yang kupikir sudah berakhir, namun ternyata tak ingin kamu akhiri.
Hatiku memaksaku menulis.
Tapi setelah aku pegang penaku aku hilang akal. Aku malah meluap-luap dengan segala sesak yang sudah melewati batas tampungnya.
Aku sungguh tak mengerti, rasanya semua ini tidak pernah memihak kepadaku, bahkan kamu juga begitu.
Entah ini sudah tulisan yang keberapa, dan kamu masih saja jadi pohon dari buah-buah aksaraku, namun meskipun sedetik aku tak pernah ada di sudut ruuang dari hatimu.
Bahkan ketika kau bersamaku, aku merasa ragamu kosong, karena jiwamu yang sesungguhnya sedang mengejar bayang-bayangnya.
Kasihan sekali jadi aku, mendambakan bumi yang hanya selalu mengelilingi matahari, karena tidak mungkin sampai kapanpun untuk bumi mengitari bulan.
Ada aku disini, tak bisakah kau lihat meski sejenak.
Aku tau, bagimu aku tidak pernah sebaik dia, hingga sepertinya sulit bagimu memperlakukanku dengan baik.
Aku tau, bagimu aku tak pernah semempesona dia, hingga sepertinya sulit bagimu untuk tidak mengabaikanku.
Aku lebih tau, jika aku tidak sekuat dia, sepantas dia, hingga sepertinya mengharapkanmu mengakui keberadaanku sangat jauh dari nyata.
Lalu aku harus apa, kini aku hanya bertahan dalam pengharapan, menanti kamu berbalik arah dan memutar haluan.
Tapi sampai kapan aku disini, sayang.
Jika bahkan kenanganku akan ilang semua.
Aku akan tetap mengingatmu.
Kupikir ini semua terlalu tidak adil bagiku, karena mengapa selalu aku yang lebih besar cintanya, tak bisakah kau balas itu.
Aku ingin dicintai dengan gila, tanpa akal sehat, olehmu bukan yang lainnya.
Aku memulai ini berharap tak harus ada lagi kisah lain yang akan ku mulai kembali, hati ini sudah lelah tapi sepertinya tidak dengan hatimu.
Tiap-tiap dari kita jelas memiliki masalalu, aku atau kamu memang bukan yang pertama bagi keduanya. Namun tak bisakah kamu berdamai dengan masalalumu dengan tak melibatkannya diantara kita, entah dengan siapapun itu, cinta pertamamu atau kekasih terakhirmu sebelum aku.
Aku juga punya masalalu, selalu ada kisah yang tidak perlu diketahui orang jika melibatkan masalalu, hanya saja aku sudah mengubur itu, bagiku masalalu ya biar saja berlalu, tak harus dilupakan atau sesekali boleh dikenang, hanya saja tak ingin kulakukan karena hatiku tau, ada kamu yang lebih berhak untuk kupikirkan.
Aku ingin kamu mengerti, aku hanya ingin jadi aku -yang satu-satunya bagimu, dicintai dengan cara berbeda olehmu, tidak kau bandingkan dengan masalalumu, karena aku ingin memulai cerita kita, tentang aku dan kamu, tanpa melibatkan masalalu kita.
Aku hanya ingin menjalani ini senormal mungkin, tapi sepertinya kamu masih terus saja mencari lainnya, padahal bagiku -aku ingin kamu akhirnya.
Rasanya aku begitu menjijikkan, mengharapkanmu yang bahkan meragukanku. Percayaku tak sama dengan percayamu, dan harapan kita belum sejalan atau takkan pernah sejalan.
Lantas aku harus bagaimana, harus kusalahkan siapa jika perasaan terhadapmu ini terlalu berlebihan hingga membuatmu tak nyaman.
Aku lelah, entah rasanya seperti banyak sekali yang ingin kuutarakan namun tak terucapkan.
Dadaku sesak, mengapa mencintaimu jadi hal yang sulit kuatasi, sehebat itukah kamu hingga aku jadi tak terkendali.
Bagaimana bisa, berulang-ulang kamu jadi sebab nanar dimataku, sebab dari tumpahnya air yang luruh dari kelopak mata, dengan sesenggukan, sesak terisak tanpa suara, namun tak pernah kamu ketahui.
Mungkin yang kamu tau aku selalu berlebihan, mencintaimu dengan tak tau diri, merasa iri dengan masalalumu, atau terlalu memaksamu untuk mencintaiku.
Salahku atau salahmu hingga kita tak saling memahami, karena penjelasan diantara kita pun tak ada artinya lagi.
Aku harus apa lagi, jika rasanya tak mampu berdiri lagi, bagaimana jika barangkali aku mati, masihkah kau anggap aku ini tak tau diri.
Komentar
Posting Komentar