Langsung ke konten utama

bungkam

Hari ini hujan namun hanya sejenak.
Aku termangu sambil mendekap lututku yang sengaja ditekuk, dingin rasanya namun tetap tak kubalut tubuh ini dengan selimut merah mudaku.
Biar saja kupikir, aku hanya berharap ada seseorang yang memelukku saat ini.
Ternyata benar adanya bahwa Tuhan maha surprise, dan sungguh hidup ini penuh dengan kejutan.
Hari ini aku bertemu ayahku, dia tampak terlihat lebih tua untuk seusianya, dan dari tatapan matanya aku tau dia merindukanku.
Sama dengan ku yang juga rindu, hanya saja kami memang tak tau bagaimana cara mengungkapkannya, dan aku amat kecewa tak mendapat pelukan darinya.
Rasanya baru kemarin, saat terakhir kali kami terlihat seperti ayah dan anak sesungguhnya.
Sudah bertahun-tahun berlalu, dan rasanya masih semenyesakkan ini.
Mungkin hidupku terlalu melankolis kedengarannya, tapi terserah lah takdir memang tak berpihak pada waktu yang tepat.
Aku tak tau harus bersyukur atau merutuki segala yang terjadi. Hanya saja mengapa tak dibiarkan apa yang membuat bahagia hanya datang sendiri tidak bersamaan dengan kesusahan ini.
Terimakasih Tuhan atas segala nikmat dan hal baik yang kau berikan, hanya saja mengapa tak dibiarkan aku menikmatinya baru kau ingatkan dan tambahkan kejutan lainnya, kejutan yang datang tak tepat waktu ini.
Apakah aku masih harus bersyukur atas sesak, isak, yang menyakitkan ini.
Mengapa jadi begitu menyulitkan bahkan langitpun menangis sesenggukan dengan hujan yang tiba-tiba deras dan sebentar-sebentar hilang.
Aku hanya ingin segalanya akan baik-baik saja untukku, jika tidak barangkali kau berikan aku penjaga yang dapat menguatkan hatiku, misalnya pelindung dalam ketidakmampuanku, karena sendiriku sangat menyiksaku.
Ramaiku sangat kosong, hiruk pikuk yang mereka ciptakan hanya berlalu lalang, aku butuh dewa yang mengerti tanpa aku harus berucap pedih, aku butuh peluk tanpa harus aku yang merengkuh, aku butuh pahlawan super yang meminjamkan kekuatannya agar aku dapat bertahan hidup, setidaknya sampai Engkau membuat segalanya baik-baik saja.
Awan hitam masih bergulung-gulung dalam pekatnya malam, dan hatiku masih sesak tak karuan, bibirku bungkam dengan sendirinya, sambil berharap malam akan segera hilang, dan pagi menyambut bersama pelukannya, dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...