Hari ini hujan namun hanya sejenak.
Aku termangu sambil mendekap lututku yang sengaja ditekuk, dingin rasanya namun tetap tak kubalut tubuh ini dengan selimut merah mudaku.
Biar saja kupikir, aku hanya berharap ada seseorang yang memelukku saat ini.
Ternyata benar adanya bahwa Tuhan maha surprise, dan sungguh hidup ini penuh dengan kejutan.
Hari ini aku bertemu ayahku, dia tampak terlihat lebih tua untuk seusianya, dan dari tatapan matanya aku tau dia merindukanku.
Sama dengan ku yang juga rindu, hanya saja kami memang tak tau bagaimana cara mengungkapkannya, dan aku amat kecewa tak mendapat pelukan darinya.
Rasanya baru kemarin, saat terakhir kali kami terlihat seperti ayah dan anak sesungguhnya.
Sudah bertahun-tahun berlalu, dan rasanya masih semenyesakkan ini.
Mungkin hidupku terlalu melankolis kedengarannya, tapi terserah lah takdir memang tak berpihak pada waktu yang tepat.
Aku tak tau harus bersyukur atau merutuki segala yang terjadi. Hanya saja mengapa tak dibiarkan apa yang membuat bahagia hanya datang sendiri tidak bersamaan dengan kesusahan ini.
Terimakasih Tuhan atas segala nikmat dan hal baik yang kau berikan, hanya saja mengapa tak dibiarkan aku menikmatinya baru kau ingatkan dan tambahkan kejutan lainnya, kejutan yang datang tak tepat waktu ini.
Apakah aku masih harus bersyukur atas sesak, isak, yang menyakitkan ini.
Mengapa jadi begitu menyulitkan bahkan langitpun menangis sesenggukan dengan hujan yang tiba-tiba deras dan sebentar-sebentar hilang.
Aku hanya ingin segalanya akan baik-baik saja untukku, jika tidak barangkali kau berikan aku penjaga yang dapat menguatkan hatiku, misalnya pelindung dalam ketidakmampuanku, karena sendiriku sangat menyiksaku.
Ramaiku sangat kosong, hiruk pikuk yang mereka ciptakan hanya berlalu lalang, aku butuh dewa yang mengerti tanpa aku harus berucap pedih, aku butuh peluk tanpa harus aku yang merengkuh, aku butuh pahlawan super yang meminjamkan kekuatannya agar aku dapat bertahan hidup, setidaknya sampai Engkau membuat segalanya baik-baik saja.
Awan hitam masih bergulung-gulung dalam pekatnya malam, dan hatiku masih sesak tak karuan, bibirku bungkam dengan sendirinya, sambil berharap malam akan segera hilang, dan pagi menyambut bersama pelukannya, dia.
Aku termangu sambil mendekap lututku yang sengaja ditekuk, dingin rasanya namun tetap tak kubalut tubuh ini dengan selimut merah mudaku.
Biar saja kupikir, aku hanya berharap ada seseorang yang memelukku saat ini.
Ternyata benar adanya bahwa Tuhan maha surprise, dan sungguh hidup ini penuh dengan kejutan.
Hari ini aku bertemu ayahku, dia tampak terlihat lebih tua untuk seusianya, dan dari tatapan matanya aku tau dia merindukanku.
Sama dengan ku yang juga rindu, hanya saja kami memang tak tau bagaimana cara mengungkapkannya, dan aku amat kecewa tak mendapat pelukan darinya.
Rasanya baru kemarin, saat terakhir kali kami terlihat seperti ayah dan anak sesungguhnya.
Sudah bertahun-tahun berlalu, dan rasanya masih semenyesakkan ini.
Mungkin hidupku terlalu melankolis kedengarannya, tapi terserah lah takdir memang tak berpihak pada waktu yang tepat.
Aku tak tau harus bersyukur atau merutuki segala yang terjadi. Hanya saja mengapa tak dibiarkan apa yang membuat bahagia hanya datang sendiri tidak bersamaan dengan kesusahan ini.
Terimakasih Tuhan atas segala nikmat dan hal baik yang kau berikan, hanya saja mengapa tak dibiarkan aku menikmatinya baru kau ingatkan dan tambahkan kejutan lainnya, kejutan yang datang tak tepat waktu ini.
Apakah aku masih harus bersyukur atas sesak, isak, yang menyakitkan ini.
Mengapa jadi begitu menyulitkan bahkan langitpun menangis sesenggukan dengan hujan yang tiba-tiba deras dan sebentar-sebentar hilang.
Aku hanya ingin segalanya akan baik-baik saja untukku, jika tidak barangkali kau berikan aku penjaga yang dapat menguatkan hatiku, misalnya pelindung dalam ketidakmampuanku, karena sendiriku sangat menyiksaku.
Ramaiku sangat kosong, hiruk pikuk yang mereka ciptakan hanya berlalu lalang, aku butuh dewa yang mengerti tanpa aku harus berucap pedih, aku butuh peluk tanpa harus aku yang merengkuh, aku butuh pahlawan super yang meminjamkan kekuatannya agar aku dapat bertahan hidup, setidaknya sampai Engkau membuat segalanya baik-baik saja.
Awan hitam masih bergulung-gulung dalam pekatnya malam, dan hatiku masih sesak tak karuan, bibirku bungkam dengan sendirinya, sambil berharap malam akan segera hilang, dan pagi menyambut bersama pelukannya, dia.
Komentar
Posting Komentar