Langsung ke konten utama

luka

Duka bernama asa yang terasa sia bermakna luka.
Tak tau kamu, takkan mengerti kalian. Seonggok benci, segumpal luka, setumpuk sepi.
Jutaan hari aku di dekap sunyi, tercekik ramai yang membuat iri, tertawa yang bukan bahagia, seperti hanya pelepas dahaga.
Siapa yang datang siapa yang pergi, berlalu lalang binatang jalang. Aku tetap disini, takut kenangan terhapus langkah.
Aku ingin melunasi hidup, jeritku!! Pada ketidakadilan yang dunia ciptakan untukku.
Tak terdengar, aku menangis lirih semalaman, berhari-hari, dalam detik disetiap tahun yang terlewati. Rupanya waktu tak menyembuhkan luka ini.
Saat segalanya terasa sulit, siapa yang harus kumaki, kucaci, kuteriaki.
Kupikir segalanya sudah membaik, aku sudah sedewasa ini, lama sebelum waktunya aku dipaksa untuk itu. Nyatanya dewasa tak membuatku berhenti merasa sepi. Ramai tetap saja asing, hangat tetap saja pilu, tawa juga sama sendu.
Luka tetap saja luka, sembuhpun tetap membekas, patah hatimu lebih baik dari patah hatiku, bukan soal kekasih, lebih dari itu ini tentang mimpi yang direnggut pergi. Tak seperti kekasih yang akan terganti, harapanku hilang bertahun-tahun silam, semangatku, separuh dari jiwaku terpecah belah dimuara yang berbeda.
Jadi apa aku kini, onggokan luka yang memendam lara, sebab jadi salah karena ada.
Hampir aku rapuh dimakan waktu, mengatasinya kupeluk dan kusayangi diri sendiri.
Kubasuh dengan hujan luka ini dalam jutaan hari, perihnya tak pernah mereda, semakin merintih semakin menyakitkan, semakin berlari aku semakin kesepian, yang jelas aku merindukan, dekap hangat yang menenangkan.

Sekali saja, aku ingin waktu berputar. Biarkan aku menghentikannya dimasa itu, aku hanya ingin bilang lunasi hidupku hari ini, sebab nanti banyak sepi yang kulalui karena kalian pergi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...