Aku perempuan.
Aku selalu suka hujan yang jatuh berkali-kali.
Siang tadi angin begitu kencang, langit pun begitu gelap, dedaunan beterbangan sesukanya, jerit tawa anak kecil berlarian terdengar seiring deru angin menyuruh mereka pulang, titik air jatuh dari langit sedikit demi sedikit, perlahan udara agak pengap karena debu jalanan kian menguap, belum sepenuhnya basah hingga hujan turun dengan derasnya. Terlintas dibenakku, kemana semut kecil ketika banjir baginya hingga rumahnya terisi penuh oleh air, lalu sedang menyinari siapa mentari yang sombong mendongak tinggi, kemudian apa yang dilakukan orang-orang lainnya dihari yang hujan ini.
Aku perempuan, aku sedang mengira-ngira apa yang dilakukan penghuni bumi lainnya di hari hujan ini.
Sejenak aku memejamkan mata, mencari kedamaian yang hilang, hingga suara tetes hujan terdengar makin jelas, hujan begitu menenangkan menurutku.
Aku perempuan, aku sedang sendiri duduk dikasur kamarku memandangi hujan lewat jendela, tak banyak yang terlihat, tapi tetes air dari langit yang bernama hujan ini selalu saja menarik perhatianku.
Aku perempuan, aku sedang marah, akhir-akhir ini aku memang menjadi agak pemarah, aku marah pada semesta, kupikir semesta tak pernah berpihak padaku, aku marah semesta mengabaikanku, aku marah semesta tak memilihku, aku marah semesta meninggalkanku, aku begitu marah hingga segala yang terjadi akhir-akhir ini selalu tak berjalan dengan baik.
Aku perempuan, aku perempuan yang suka hujan namun marah pada semesta, aku merutuki diriku, aku diam, aku pendam, aku kesal, aku menangis, aku bertanya apa yang kulakukan dikehidupan lalu hingga semesta menghukumku.
Aku perempuan, satu per satu yang kumiliki direnggut dariku, setiap apa yang kumau tak pernah terwujud dengan mudah, setiap usahaku hanyalah bagian kecil yang tak pernah terbayar, setiap penantianku selalu dihampiri oleh asa, setiap bahagiaku berpindah tempat kepada yang lainnya.
Aku perempuan, apa yang salah dengan diriku.
Aku perempuan, masih dengan memandangi hujan aku terpaku, menarik diri dari segala hiruk pikuk yang menyesakkan.
Aku perempuan, aku suka hujan dan berharap hujan ini takkan pernah reda, gelap saja hari biar semua orang pun tau rasanya gelap hidupku, sendu saja hari, pun bagiku selalu begitu, meski cerah semesta takkan memperhatikanku.
Aku perempuan, aku sendiri.
Aku perempuan.
Aku selalu suka hujan yang jatuh berkali-kali.
Siang tadi angin begitu kencang, langit pun begitu gelap, dedaunan beterbangan sesukanya, jerit tawa anak kecil berlarian terdengar seiring deru angin menyuruh mereka pulang, titik air jatuh dari langit sedikit demi sedikit, perlahan udara agak pengap karena debu jalanan kian menguap, belum sepenuhnya basah hingga hujan turun dengan derasnya. Terlintas dibenakku, kemana semut kecil ketika banjir baginya hingga rumahnya terisi penuh oleh air, lalu sedang menyinari siapa mentari yang sombong mendongak tinggi, kemudian apa yang dilakukan orang-orang lainnya dihari yang hujan ini.
Aku perempuan, aku sedang mengira-ngira apa yang dilakukan penghuni bumi lainnya di hari hujan ini.
Sejenak aku memejamkan mata, mencari kedamaian yang hilang, hingga suara tetes hujan terdengar makin jelas, hujan begitu menenangkan menurutku.
Aku perempuan, aku sedang sendiri duduk dikasur kamarku memandangi hujan lewat jendela, tak banyak yang terlihat, tapi tetes air dari langit yang bernama hujan ini selalu saja menarik perhatianku.
Aku perempuan, aku sedang marah, akhir-akhir ini aku memang menjadi agak pemarah, aku marah pada semesta, kupikir semesta tak pernah berpihak padaku, aku marah semesta mengabaikanku, aku marah semesta tak memilihku, aku marah semesta meninggalkanku, aku begitu marah hingga segala yang terjadi akhir-akhir ini selalu tak berjalan dengan baik.
Aku perempuan, aku perempuan yang suka hujan namun marah pada semesta, aku merutuki diriku, aku diam, aku pendam, aku kesal, aku menangis, aku bertanya apa yang kulakukan dikehidupan lalu hingga semesta menghukumku.
Aku perempuan, satu per satu yang kumiliki direnggut dariku, setiap apa yang kumau tak pernah terwujud dengan mudah, setiap usahaku hanyalah bagian kecil yang tak pernah terbayar, setiap penantianku selalu dihampiri oleh asa, setiap bahagiaku berpindah tempat kepada yang lainnya.
Aku perempuan, apa yang salah dengan diriku.
Aku perempuan, masih dengan memandangi hujan aku terpaku, menarik diri dari segala hiruk pikuk yang menyesakkan.
Aku perempuan, aku suka hujan dan berharap hujan ini takkan pernah reda, gelap saja hari biar semua orang pun tau rasanya gelap hidupku, sendu saja hari, pun bagiku selalu begitu, meski cerah semesta takkan memperhatikanku.
Aku perempuan, aku sendiri.
Aku perempuan.
Komentar
Posting Komentar