Langsung ke konten utama

Mengamini Keserakahan.


Aku mencintaimu.
Hanya saja aku tak tau bagaimana cara untuk menggambarkannya.
Biarkan aku menulis beberapa alinea untuk membuat semesta memercayainya.

Senang mengenalmu.
Senang karena yang kau sapa adalah aku. Senang karena aku ada disitu pada sabtu malam itu. Takdir memang tak seterduga itu.
Aku menyukaimu, bahkan sebelum tatap kita saling bertemu.
Terimakasih telah jadi menyenangkan untukku, walau aku bukanlah wanita yang kau kenal cukup lama.
Terimakasih karena kau tak banyak berpikir untuk menjadikanku duniamu.

Dalam waktu yang singkat, setelah patah hati yang cukup berat. Mengenalmu adalah seperti obat paling mujarab yang Tuhan berikan. Aku sungguh berterimakasih pada-Nya telah membiarkanmu menemukanku.
Mulanya, kukira kesendirianku akan memakan waktu yang lebih lama dari ini, apalagi setelah ini patah hati ketiga yang kualami.
Berawal dari sabtu malam itu, hingga kini notifikasi pesanmu adalah yang utama kunanti.
Sudah, jangan buat aku tertawa lagi. Aku takut perasaan ini menjadi liar karena terlalu bahagianya.
Karenamu, aku tak lagi menulis sajak patah juga puisi sendu yang memilukan.
Aku bersyukur, segala tentangmu mampu menyederhanakan segalanya, termasuk luka serta perasaan tak percaya lagi akan cinta.
Bahagiaku tak lagi serumit dulu, karena kamu selalu memberiku cinta yang tak pernah ada habisnya.
Aku mencintaimu, dan biarkan aku menjadi serakah karenanya.

Biarkan aku yang memilikimu.
Biarkan ibu jariku dan anak-anaknya yang menggenggam tanganmu.
Biarkan hanya kepalaku yang bisa terbenam didadamu.
Dan biarkan keningku yang berhak akan kecup bibirmu.
Bantu aku mengamini keserakahan itu, bantu aku bernego kepada-Nya agar Dia tau kalau takdir-Nya yang tak terduga telah menjadikan kita saling tergila-gila.
Aku mencintaimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...