Sudah waktunya langit biru menjadi merah.
Dalam perjalanan pulang, terlintas dalam benak mengenai
pergi.
Entah, pergi kini jadi terdengar memilukan.
Meninggalkan tangis juga jejak kesendirian.
Sorak-sorai tak lagi ramai sungguhan.
Tawa kini hanyalah gema yang dipentaskan dengan penuh
metafora.
Denyut waktu mengusung sepi ditemani derai air mata.
Berkecamuk hati karena peluh telah luruh.
Kutapaki pualam memandangi senja kesumba.
Berwindu penantian penuh auman bermuara pada kelamnya
nestapa.
Temaram sudah senyum tak lagi dapat merekah.
Dalam kesemuan diri ini bersepi.
Komentar
Posting Komentar