Langsung ke konten utama

Berdamailah.

Kepada, setiap raga yang tak benar-benar menyatu dengan jiwa.
Dimanapun kamu berada, percayalah bahwa kamu tidak sendirian.

Mungkin kamu sedang membaca ini sembari menahan tangis karena merasa dunia tak pernah berpihak kepadamu.
Mungkin kamu sedang berada di bus, dalam perjalanan penuh pelarian berharap perpisahan orang tuamu tidak benar-benar terjadi.
Mungkin kamu sedang marah, karena sahabat dan kekasihmu mengkhianatimu.
Bisa jadi kamu sedang tidak baik-baik saja karena terjebak dalam perputaran waktu yang hanya itu-itu saja.
Mungkin kamu sedang frustasi karena deadline pekerjaan atau juga karena tumpukan tugas yang tak kunjung selesai.
Mungkin juga kamu sedang gundah karena hanya tau caranya menyukai tanpa tau cara menyampaikannya.
Mungkin kamu sedang memaki diri sendiri karena menjadi pengecut yang hanya berani mencintai diam-diam.
Atau mungkin kamu sedang sembunyi dari hiruk pikuk kehidupan yang membosankan.
Atau juga mungkin kamu yang hatinya sedang terluka karena ditinggalkan saat sedang cinta-cintanya.
Atau mungkin, kamu yang sedang lelah karena lamaran pekerjaanmu belum ada yang terjawab.

Kamu, aku, dan kita semua dengan segala permasalahan yang ada, tak bisakah kita berdamai?
Menjalani hidup tanpa terlalu banyak mengeluh, melalui hari tanpa saling membenci dan menyalahkan, menghabiskan waktu tanpa harus berlarut-larut dalam penyesalan, menerima apa yang sudah jadi jalannya tanpa membandingkan dengan hidup orang lain, dan melakukan segalanya dengan perasaan yang lebih baik dari ini.

Kamu, aku, kita tidak sendiri.
Jutaan atau bisa jadi milyaran manusia yang serupa dengan kita ada disana.
yang serupa sedihnya, yang serupa marahnya, yang serupa gundah juga serupa merasa ingin mati saja. Bisa jadi malah lebih dari kita, ada yang seperti menghirup udara untuk bernafas saja enggan.

Jadi mengapa kita harus merasa menjadi manusia paling menderita sejagad raya.
Ayolahhhhh bersemangat, kita harus bisa, bukan hanya kamu tapi aku juga.
Terjebak dalam penyesalan juga problematika yang diketahui takkan pernah selesai bukankah sangat menyebalkan. Aku tau rasanya, sungguh memuakkan!
Maka mulai dari ini mari kita abaikan sedikit demi sedikit hal buruk yang memisahkan jiwa dari raga kita.
Kita hadapi, kita lalui, habisi yang menggerogoti, lawan yang menghakimi, serta bunuh mati perasaan dengki.
Mari berdamai dengan hati juga diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...