Langsung ke konten utama

Hari ke-365


Namanya Muhammad Arief Ferriyadi

Ini hari ke tiga ratus enam puluh lima saya bersama dia, ganjil memang tapi dia selalu menggenapi saya.
Setahun bersamanya bagaimana rasanya?
Bahagia, jelas bahagia.
Tulisan ini saya buat karena entah bagaimana, saya tidak tau lagi caranya untuk mengungkapkan kebahagiaan ini.
Mengapa bahagia?
Dia baik, jelas sangat baik. Saya diperlakukan dengan begitu baik, juga dia melimpahi saya dengan banyak kasih dan cinta.
Entah Tuhan memang luar biasa, menghadiahi Mas Arief kepada saya.
Sungguh Tuhan amat murah hatinya.
Bagaimana tidak?
Disaat semua orang pergi dari saya, Tuhan membawanya untuk menghampiri saya.
Menemani saya mengarungi hari –hari yang tidak mudah ini.
Dan kepada Mas Arief, walaupun tidak merubah segalanya menjadi lebih indah tapi dengan adanya dia saya menjadi mampu dan lebih kuat setiap harinya.
Dia yang membuat saya bertahan dari hantaman dunia yang kejam.
Dia mendampingi saya, dia menguatkan saya dan memberi keyakinan bahwa bersamanya segalanya akan baik-baik saja.
Dan saya berterimakasih karena dia mampu bertahan dengan saya sampai dititik ini.
Terimakasih telah berusaha memahami saya disegala kondisi, menelan ego saya yang terlalu tinggi, meredam amarah saya yang berapi-api, dan tetap mendampingi meskipun suasana hati saya tidak pernah pasti.
Terimakasih juga karena selalu bersedia mendengarkan saya yang banyak bicara ini, lalu tiba-tiba suka marah sendiri.
Terimakasih Mas, saya menjadi luar biasa karena adanya Mas.
Sebab Mas kini, saya menghadap kiblat lebih lama, bermaksud membujuk Tuhan agar kau tidak kemana-mana, dan tetap bersama saya hingga waktu tak lagi saya punya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...