Langsung ke konten utama

Menjelang Pernikahanmu


Menghitung hari, akan tiba pada saatnya dimana kau akan menangis bahagia.
Bersanding dengan pria pilihanmu, untuk menjalani hari baru yang akan berbeda ceritanya.
Hmmmm, ucapan selamat kurasa terlalu kaku untuk terlontar, hingga mungkin tulisan ini bisa mewakilinya.

Kepada, Widya Aning Tyas.
Sebelumnya terimakasih karena bersedia menjadi saudara perempuan bagiku meski kita terlahir dari Ibu yang berbeda, juga terimakasih karena membiarkan Ibu dan Bapak membagi kasih dan cintanya padaku.

Mungkin terdengar menjijikan jika hal ini kulontarkan langsung, hanya saja meski seringkali pertengkaran dan perselisihan ada diantara kita, tetap saja aku menyayangimu, juga bisa saja hal itu yang kelak nantinya akan kita rindukan.

Aku tidak bisa menasihati agar kau menjadi istri yang baik ataupun berbakti, karena aku sendiri tidak begitu tahu mengenai hal itu, yang jelas berbahagialah, aku ingin kau berbagahia apapun yang terjadi.
Yang ku dengar dari banyak orang, dalam pernikahan tak akan selalu berjalan lancar,kadang ada mudahnya kadang juga ada sulitnya. Meskipun aku selalu menyemogakan hal baik mengelilingimu, hanya saja jika nanti kau sedang kesulitan, datanglah padaku barangkali aku dapat memudahkan. Atau jika nanti kau akan melalui malam yang penuh air mata, pulang saja padaku, jangan kerumah Ibu dan membuatnya khawatir, ceritakan padaku dan aku akan menemanimu melalui malam itu. Atau jika kau merasa lelah dengan harimu, sesekali keluarlah denganku dan kita bisa bersenang-senang sedikit sembari mengenang masa-masa dulu.

Menjelang hari pernikahanmu, sejujurnya aku sedikit khawatir juga sedikit merasa kehilangan, ada ketakutan jika kelak pernikahanmu membuat kita tak lagi sedekat saat ini.
Namun, kupercayakan padamu, bahwa hidupmu dan pilihanmu adalah yang terbaik bagimu. Namun jangan lupakan beberapa hal seperti, walalupun nanti kau sudah jadi seorang istri, kau tetaplah seorang anak bagi Ibu dan Bapak, tetaplah seorang mbakyu bagi seorang adik, mengabdilah pada suami namun tetap sayangi kami. Karena aku, mas, ibu, dan bapak selalu menyayangimu.


Ditulis dengan kasih didepan meja kerja,



Cinde Melati


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...