Langsung ke konten utama

Kita Partikel Yang Sama

Bersama hujan,  kau datang membawa awan gelap yang menenggelamkan matahari~

Aku lupa bahagia,  iya sepertinya aku benar-benar lupa.
Beberapa waktu ini aku hilang imajinasi,  bahkan aku mengabaikan hidupku hanya karena perasaanku. Aku terlalu sibuk untuk menghilangkan sakit yang bersarang dihati beberapa waktu lalu, tapi setidaknya aku sudah lebih baik.
Meracik kata,  menghubungkan satu persatu kata menjadi untaian kalimat yang indah,  hal itu adalah ramuan penyembuh lukaku.  Membuat perasaan lebih ringan~
Kemarin,  aku menangis dibawah hujan,  sekali lagi agar tidak ada seorang pun yang tau.  Aku sendiri tak tau jelas mengapa membasahi diri dengan sukarela dan bercengkrama dengan air yang mengalir dan meresap ketubuhku, rasanya menenangkan,  dan meneduhkan.

Aku menatap langit,  dan aku tak melihat matahari,  ada awan gelap yang menyembunyikan cahayanya.
Aku sedang takut,  setelah ditinggalkan saat sedang cinta-cintanya,  aku merasa lelah,  merasa segalanya sudah tak lagi berarti,  hingga aku bertemu kamu,  yang datang dengan membawa sejuta kehangatan.
Aku rasa terlalu cepat jika menganggap kamu adalah cinta,  aku rasa juga tidak seperti itu.
"aku tidak cinta kamu tapi aku suka bersamamu".
Kamu terlalu hangat,  kamu terlalu menyenangkan,  dan kamu membuatku merasa dibutuhkan,  kamu membuatku nyaman.
Hanya saja aku takut, aku takut terlalu nyaman,  aku takut kenyamanan itu membuatku lupa siapa kita, aku takut pada kenyataan dengan ketidakmungkinan kita, aku takut terlalu terbawa dengan perasaanku.

Apalagi saat kamu menemaniku dibawah hujan sambil tertawa dengan renyah hingga kita terjebak hujan yang rasanya hangat bagiku.
Aku bahkan tak peduli ketika hujan makin deras kala itu,  yang ku tau aku senang saat kau menepi dan tak membiarkanku jadi kuyup,  dan aku senang kita berbincang sambil menatap hujan yang tak kunjung reda,  yang jelas aku suka bersamamu~
Kini,  apa kamu tau bahwa aku sedang membatasi hal itu,  membuat pagar pada hatiku agar tak melebihi batasannya,  menyadarkan diri pada kenyataan bahwa kita adalah ketidakmungkinan yang nyata!
Aku tau itu dan kutau kau pun tau~

Kamu sangat dekat,  tapi aku tau kamu terlalu jauh untuk kurengkuh.
Aku dan kamu adalah partikel yang sama,  hingga kita akan tolak menolak dan tidak akan seperti kutub utara dan selatan yang selalu tarik menarik.
Sekali lagi aku tau dan aku menyadari kalau kita adalah ketidakmungkinan yang nyata!



Untuk seseorang yang tak mungkin kurengkuh~

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...