Sebelum kamu pergi, bahkan sebelum kamu benar-benar pergi
aku sudah merasakan kehilangan. Tanpa kejelasan, tanpa pertengkaran yang nyata,
kamu hilang begitu saja, tanpa berita ataupun sepucuk pesan, hingga rasanya aku
tersiksa serta mati rasa.
Aku tidak tau mengapa kamu seperti ini, meninggalkanku tanpa
kepastian disaat aku sedang sangat mencintaimu. Aku tak mengerti ada apa
denganmu, apa yang kamu inginkan dari memperlakukanku seperti ini, memang
salahku yang menganggapmu begitu berarti sedangkan kamu tidak peduli sama
sekali.
Aku hanya mati-matian ingin memperjuangkan hubungan ini,
tapi aku terlalu lelah saat ini mengayuh segalanya sendiri, egomu terlalu berat
sedangkan perasaanmu tak sebanyak itu untukku. Maafkan kebodohanku yang terus
bertahan meski kau lukai berkali-kali, pria sepertimu tak akan pernah paham
arti sakit hati yang sesungguhnya, kamu tidak akan pernah mengerti bahwa aku
menjadi yang paling terluka disini dengan segala hal yang kau piker sederhana
yang melibatkan perasaan.
Ada banyak hal yang tak bisa aku tinggalkan begitu saja
meski seringkali amat menyakitkan, kamu yang paling utama. Kamu telah menjadi
bagian diriku tanpa kamu sadari, dan begitu munafik jika kukatakan aku akan
baik-baik saja tanpa dirimu, kamu adalah hal membuatku jatuh hati
berulang-ulang.
Tapi sepertinya amat mudah bagimu mencampakkan wanita
seperti aku, wanita bodoh yang setia mencintaimu, wanita yang tak menghitung
seberapa banyak darahnya mengalir hanya untuk mempertahankan kamu, wanita yang
tak mengharapkan banyak darimu selain pelukan hangat.
Memang aku tolol karena tak bisa membedakan apakah dimatamu
ada cinta untukku, namun berbulan-bulan bersamamu sungguh membuatku berpikir
semuanya benar-benar cinta, meskipun banyak luka yang kupendam sendiri hanya
karena aku berusaha menghindari pertengkaran untuk kita.
Aku tak yakin dapat melewati semua ini, aku hanya bisa
menangis sejadi-jadinya, dan merasakan sesak yang luar biasa. Kupikir ini tak
adil untukku, untuk diriku yang memberikan seluruh hati ini untukmu, tapi kamu
malah memperlakukanku bagaikan orang asing, bukan jadi yang paling berarti. Kamu
menjalani tanpa cinta, kamu menghilang tanpa rindu, segalanya kau lalui tanpa
kekhawatiran. Dan kini hatiku patah, amat patah hingga aku merasa menjadi sosok
paling patah hati sedunia.
Ponselku terus-terusan bordering, tapi saat kuperiksa semua
pesan yang ada, tetap saja taka da yang kuharapkan, taka da pesanmu disana. Sudah
berhari-hari sejak terakhir kali kau hanya membaca pesanku dan rasanya hidupku
sangat kosong. Bukannya hatiku mengeras, bukan pula tak ingin menghubungimu
lebih dulu, hanya saja aku menahan hal itu dengan susah payah, aku lelah kamu
melukaiku berkali-kali, dan kupikir segalanya pasti sia-sia, lagi-lagi hanya
aku yang berjuang sendiri untuk mempertahankannya tanpa campur tangan darimu. Dan
segalanya sudah cukup jadi bukti bahwa kamu tak ingin tau lagi kabar dan
keadaanku.
Aku rindu kamu, sangat dan teramat rindu dengan selalu ingin
tau kabarmu, tapi aku berusaha melawan perasaan itu dan menjalani hidup
senormal mungkin. Bukankah berpura-pura seakan semua tak terjadi apa-apa adalah
hal yang paling sulit untuk dilewati. Aku hanya sedang berdiri di depan pintu
hati, berharap pintu itu kau ketuk lagi untuk kau kunjungi. Meskipun sekarang
kita seperti ini, menjadi dua orang yang berjauhan, yang seakan tak saling
kenal meski terikat hubungan, aku akan menunggu hingga kau berpikir bahwa aku
adalah tempat pulang yang tepat.
Indah bngt tulisannya. Gw suka
BalasHapus