Langsung ke konten utama

Postingan

Suara Aksi

Kepada penghuni Ibu Pertiwi Lihatlah Negeri ini Tidakkah membuat kalian bergidik ngeri Saudara-saudari saling membenci Bersatu tak ada lagi Yang ada hanya caci serta saling memaki Amarah menutupi hati nurani Tak ada yang paling benar disini Mengkritisi maksud ingin membenahi Bukan diapresiasi malah dilukai Dimana kini letaknya demokrasi? Jika pemimpin hanya ingin menang sendiri Kami beraksi memperjuangkan Ibu Pertiwi Jadi jangan tuduh kami di tunggangi

Senja Pasti Datang Lagi

Bukankah kita mirip seperti senja. Senja yang Indah meski sesaat. Senja yang hilang ditelan malam. Senja yang pergi kemudian esok datang lagi. Senja yang berbeda dari yang kemarin. Barangkali kita memang seperti itu. Kisah indah ini bisa jadi hanya sesaat kita miliki. Kemudian hilang seolah tak pernah terjadi. Kita terbangun dipagi hari untuk memulai hari. Mengukir kisah untuk hari ini. Kisah yang berbeda atau kita yang tak lagi sama. Senja selalu datang lagi. Dunia pun tak pernah berhenti. Kita saja yang berhenti disini.

keliru

aku pikir aku keliru. antara kita ku kira mimpi itu akan jadi nyata. setiap langkah yang ku yakini akan sejajar, setiap waktu yang ku percaya akan saling mengisi, nyatanya tak pernah bisa kita miliki. egoku masih terlalu tinggi, sedang kamu punya duniamu sendiri. dunia yang terlalu sesak untuk kutinggali. atau memang sejak semula tempat itu tak seharusnya ku isi. kita terlalu berbeda, sedang aku terlalu memaksakan. aku dan segala isi kepalaku terlalu rumit bagimu, sedang kamu menganggapku begitu mudah. apakah setiap rasa cinta yang kutuang membuatku tak lagi bernilai. hingga setetes dua tetes air mata bukan lagi jadi hal yang kau pedulikan. aku ada memang hanya untuk ditiadakan. bukan kamu yang pertama, perihal sakit aku sudah juaranya. jadi jika memang akan berakhir, biar aku yang melangkah terakhir.

Hari ke-365

Namanya Muhammad Arief Ferriyadi Ini hari ke tiga ratus enam puluh lima saya bersama dia, ganjil memang tapi dia selalu menggenapi saya. Setahun bersamanya bagaimana rasanya? Bahagia, jelas bahagia. Tulisan ini saya buat karena entah bagaimana, saya tidak tau lagi caranya untuk mengungkapkan kebahagiaan ini. Mengapa bahagia? Dia baik, jelas sangat baik. Saya diperlakukan dengan begitu baik, juga dia melimpahi saya dengan banyak kasih dan cinta. Entah Tuhan memang luar biasa, menghadiahi Mas Arief kepada saya. Sungguh Tuhan amat murah hatinya. Bagaimana tidak? Disaat semua orang pergi dari saya, Tuhan membawanya untuk menghampiri saya. Menemani saya mengarungi hari –hari yang tidak mudah ini. Dan kepada Mas Arief, walaupun tidak merubah segalanya menjadi lebih indah tapi dengan adanya dia saya menjadi mampu dan lebih kuat setiap harinya. Dia yang membuat saya bertahan dari hantaman dunia yang kejam. Dia mendampingi saya, dia menguatkan saya dan memberi ke...

Tanya diri.

Hai. Ada yang bisa membantuku menjawab pertanyaan tentang “bagaimana caranya memaknai hidup?” Sering kali kita berpikir bahwa apa yang kita jalani adalah hal yang paling tepat dan paling benar, tanpa pernah kita sadari hal-hal itu menjadi kebiasaan dan rutinitas dalam hidup kita. Lantas apakah memang seperti itu harusnya kita menjalani hidup ini? Memasuki fase dewasa dalam hidup, terkadang aku sendiri masih belum tahu tingkat kedewasaan yang kumiliki, seringkali kedewasaan hanya kita ukur melalui umur seseorang. Namun apakah orang yang lebih tua benar-benar sudah dewasa? Hati, pikiran, juga apa yang dijalani manusia terkadang jadi suatu keharusan namun tidak benar-benar kita inginkan. Seperti pada diriku yang mengubur banyak angan dan harapan demi sebuah realitas yang harus dijalani setiap harinya. Melalui hari dengan tumpukan keluhan, menghabiskan waktu dengan keikhlasan yang dipaksakan, menguatkan diri pada saat luka yang dialami tak mampu lagi teruraikan. Dalam ke...

berpulang

Kini bukan padaku mata teduhmu menatap Bukan juga padaku tangan hangatmu menggenggam Bukan pula padaku erat pelukmu kau berikan Sayang, antara banyak ruang yang kau lewati Mengapa harus hatiku yang kau sakiti Secercah harapan yang menggungah hati Kini menusuk tajam bagai belati Katamu aku segalanya dalam semesta yang kau hidupi Namun lagi, semua hanyalah bak cerita fiksi Dan kau malah makin pandai berdiksi Dengan dalih membela diri sendiri Sekarang aku tertawa saja Gugup menangis pun tak akan Menyaksikan lakonmu yang makin memuakkan Sampai kau berpulang pada Tuhan

Untuk Perempuanku

Terima kasih sudah menyajikan cinta yang begitu nyaman. Terima kasih sudah manangkapku yang terjatuh. Membangunkanku lagi. Kemudian menjatuhkan hati. Dan mendaratkannya di bantalan kasih seindah dunia fiksi. Terima kasih sudah menyelamatkan rasa yang hampir tenggelam, dengan hadir dalam hidupku walau penuh lebam. Terima kasih sudah menyeka luka, sehingga senyum itu muncul lagi terlihat di wajah. Terima kasih sudah menjadi penawar harap yang dulu mulai memudar. Terima kasih karena membiarkan aku belajar, meski aku tak pernah merasa cukup. Aku selalu merasa kurang akan tempat untuk membuktikan diri, bahwa aku pria sejati. Dan kamu hadir, memberikan kesempatan itu. Aku tak pernah puas berusaha segenap jiwa membahagiakan kamu perajut asaku. Aku bisa selalu lapar untuk kamu ajari bagaimana mencinta dengan setulus hati. Sebuah impian bisa terbangun di suatu pagi dengan wajahmu di sampingku, setelah berebut selimut di malam penuh kabut. Kelak aku hanya ingin terjaga karena sinar ma...