Langsung ke konten utama

Postingan

Untuk Wanita Hujan

Hujan sore tadi menemaninya pulang, tak ada kamu, tak ada pula dia "kekasihnya". Aku tau dia sengaja pulang disaat hujan belum sepenuhnya reda, aku tau dia suka berjalan dibawah langit yang basah. Aku sama sepertinya, sama-sama suka hujan, suka aroma debu yang mengubar saat hujan turun dengan deras secara tiba-tiba. Tidak dingin menurutnya, yah aku tau karena hatinya lebih dingin dari tubuhnya yang basah itu. Sambil berjalan ia menengadahkan tangannya, untuk menampung air yang jatuh dari semesta, ia suka memandangi air yang mengalir melalui celah-celah jarinya, sama halnya seperti ia suka memandangimu "ketidakmungkinan yang masih ia semogakan". Hatinya sedang sakit, bukan lidahnya yang bicara, tapi tatap matanya menyiratkan itu. Banyak hal yang harus ia lalui walaupun itu sulit "sesungguhnya ia butuh semangat darimu". Aku tau, sulit baginya untuk meniadakan kamu,  walau dari celah tersempit di bagian hatinya. Itu yang lebih sulit, karena kamu tersemb...

JEDA

Aku fikir aku punya kamu, nyatanya kamu masih seperti angin. Apa yang aku harapkan, selain sekedar sapaan selamat malam darimu. Beberapa hari ini aku merasa amat lelah, menjalani hari sambil menunggu kamu yang baunya hampir kulupa. Cepat-cepat kudekapi kamu dalam semu yang barusan diterpa angin, aku tak ingin kamu terbang lagi, atau bahkan mengepakkan sayap terlalu tinggi hingga kau tak dapat lagi kuraih. Hari ini aku merasa begitu tolol, menatapi layar ponsel yang bahkan layarnya sama sekali tak berkedip, menunggu beberapa pesan singkat yang biasanya menjadi penyemangat darimu, menununggu ditepi jalan berharap temu atau hanya untuk sekedar melihatmu lewat. Namun nyatanya kamu begitu semu, tak tersentuh bagai kabut. Aku mulai membenci perasaanku saat ini, perasaan yang dipenuhi pikiran-pikiran kusut, aku takut kamu hilang, kamu pergi, kamu berpaling, atau kamu melakukan entah apa yang membuat hati ini seperti terhimpit batu. Sesak, yah seperti itu. Sesak ini tak akan kamu meng...

Rabu pagi

Rabu, pagi. mentari pagi menembus embun yang mangambang di udara, hangat pun menjalar menggantikan dingin yang menikam, tapi kenyataan tak dapat dipungkiri, hangat itu tidak menyeruak seperti biasanya, malah rasanya seperti gundah terpaut asa. aku tak mengerti, dan untuk kesekian kalinya tak mengerti, tentang hidup, hidup yang terkadang begitu lucu, aneh, membahagiakan, juga menyakitkan. aku tak mengerti mengapa harus ada yang diatas dan harus ada yang dibawah, mengapa harus ada yang tertawa sedangkan yang lain terluka, dan begitu lainnya entah berapa banyak perbandingan yang bertolak belakang itu ada. sebenarnya, aku harus jadi yang seperti apa. dari kemarin aku menguras habis air mataku, entah heran mengapa aku menyia-nyiakan air asin tak berdosa itu. aku yang berdosa, lalu apa salah nya?? apakah kalian tau makna apa yang ada dibalik "waktu". aku sedang mencoba untuk mengerti hal yang berhubungan dengannya, waktu dari masa lalu, waktu sekarang, dan waktu yang akan ...

dilarang baper haha

please read !!!! please heard !!!! and please to understand !!!! gua capek dan gua pengen ngungkapin semuanya cuman gua ga tau gimana caranya. dari dulu yang bikin gua nyaman cuman nyampein sesuatu lewat tulisan, jadi gua nulis ini. tulisan ini bukan dijukan untuk individu ataupun kelompok tertentu, dan bukan untuk nyindir seseorang ataupun sebagainya, jadi yg baca please jangan baper merasa ini tulisan buat dia atau apalah!! gua cuma lagi kepenuhan beban dihati dan otak yang memorinya gak cukup buat nampung segala beban bin masalah yang ada. you know that and i know that, gua udah hampir 20tahun buat dibilang cukup dewasa supaya gak terlalu berlebihan untuk nanggepin segala persoalan hidup. tapi please ya ngerti kalo nyatanya gua gak sedewasa itu, okelah egois,keras kepala dan segala macem sifat ajaib yg gak bagus itu masih gua punya dan kadang meluap2 berlebihan. terus gimana cara ngatasinnya?? gua juga gak ngerti gimana. dan buat orang2 disekitar yang ngerasa gua ini ...

Biar senja kembali jingga

Bukan soal hati tapi soal perasaan Warnanya hampir hilang. Tak lagi merah, jingga, kuning, hijau, atau biru. Yang terlihat hanya abu-abu dan hitam. hitamnya makin lama malah makin pekat, menenggelamkan mega yang jingga dilangit senja. Berjalan, ya jalani saja, bukankah dari dulu sudah berjalan. Hanya bedanya sekarang, kamu berjalan maju atau berjalan mundur. Maju sajalah, mundur pun hanya masalalu yang kau lihat, didepan sana pasti lebih indah. Aku tau kita lelah berjalan, aku pun sama ingin halnya untuk cepat sampai, tapi bukankah proses itu indah, sulit memang, tapi mari kita lalui bersama, pasti menyenangkan. Kalau lelah berjalan, ayo berlari yang kencang, supaya cepat sampai. Tapi apa kau tak ingin melihat apa yang akan kita lalui, karena jika berlari pasti tak seindah kenyataan pandangannya. Yang ada hanya lelah yang dua kali lipat, kaki makin lemah, pandangan terhalang oleh kecepatan. Heyy pensil, ayo kita singkirkan awan hitam itu bersama. Biarkan senja kembali berwar...

Kita dan Jarak

Mengapa kita harus menciptakan jarak kalau tau kebersamaan itu indah??  Aku sedih berjalan sendirian melalui berbagai terpaan yang sebelumnya kubagi denganmu. Tak ingin memberatkan langkahmu,  hanya saja aku rindu kamu,  teman berbagi yang paling menyenangkan. Yang paling menyakitkan kini adalah kebersamaan kita yang berjarak. Aneh rasanya memandangmu sebagai sosok yang lain,  bukan lagi seseorang yang terdekat melainkan partner yang saling memerlukan. Aku rasa seharusnya kita tidak seperti ini. Bukankah dulu tawa renyah menjadi sahabat kita,  mengelilingi hari yang indah dan mengukirkan cerita. Melakukan hal gila bahkan lapar dan lelah tak lagi kita hiraukan,  berbagi cerita hingga larut atau malah tak kenal waktu. Ada aku ada kamu. Ada kamu ada aku. Dan kita dulu adalah kebersamaan yang menyenangkan. Tapi mengapa sekarang kita di atmosfer yang berbeda,  bertegur sapa pun terdengar menggelikan. Apalagi bercerita hingga beralinea-alinea, ...

aku tak apa-apa

Aku bilang "aku tak apa-apa " apa kamu percaya??  Lagi pula siapa yang peduli kamu percaya atau tidak,  yang kutau kamu sedang berpura-pura. Tuhan menghujaniku dengan begitu banyak alasan untuk menjadi sebabku menangis,  namun kini untuk menangis saja rasanya aku sudah lelah. Kurasa lebih baik kututupi dengan tawa, walaupun tak terdengar renyah. Sebaja apa hatiku,  kamu tak akan pernah tau,  karena aku tau kamu bertanya hanya sekedar ingin tau bukan karena benar-benar peduli. Aku saja yang terlalu perasa,  lagi-lagi ini salah perasaanku. Iya aku yang salah,  dari dulu pun maaalahnya selalu begitu, dengan siapapun dan apapun yang terjadi segalanya tetap salahku. Terkadang orang menilai tanpa pernah tau hal yang sesungguhnya,  berbicara seolah menguatkan dan memudahkan segalanya,  semymua itu karena kalian tak tau apa-apa,  kalian bahkan tak pernah tau kalau segalanya tak semudah itu. Bukan aku yang berlebihan menyampaikannya, ...