Langsung ke konten utama

Postingan

Genangan Penuh Kenangan

Aku mulai memahami dan mulai menikmati eloknya menunggu dan indahnya terabaikan. Namun tetap saja rindu hadir secara tiba-tiba, tanpa menyengaja, bahkan sebelum aku sempat berencana untuk merindumu. Aku sedang diambang bimbang, aku tenggelam dilautan luka saat aku mencoba menyelamimu, kau tau jelas aku tak pandai berenang, tapi kau biarkan aku menyelam hingga tenggelam semakin dalam, mungkin maksudmu ingin aku hilang. Dalam hidup ini, seberapa kali kehilangan harus kita jalani. Apa juga harus sesering siang yang kehilangan terang, sebab malam datang. Sesungguhnya, kehilangan hanya milik mereka yang pernah memiliki. Lantas bagaimana dengan kita? Sebenarnya, kehilangan hanyalah tentang kebiasaan. Kebiasaan yang seperti bernafas, sehingga ketika sesuatu itu sudah tak ada, yang akan dirasakan adalah sesak dalam dada. Dan sialnya aku terlalu terbiasa denganmu hingga kini terlalu candu. Sejatinya, kehilangan adalah jalan pulang paling dekat dengan kenangan. Kenangan yang sering disura...

Neraka dan luka bersamamu

Malam ini terlalu dingin untuk diselimuti sunyi. Rasanya banyak resah tapi lebih banyak rindu, dan banyak juga yang tak kumengerti. Aku masih gamang, kupandangi malam yang semakin pekat, namun tetap resah ini tak jua hilang, malah rindu terus berlalu lalang. Aku ketakutan, aku takut pada malam yang merenggut indahnya senja, ia terlalu pekat. Aku takut detak jam dinding disunyinya malam, ia terlalu mencekam. Aku takut angin malam yang berhembus mengitariku, ia terlalu sentimental. Dan yang paling kutakutkan adalah, kamu menghilang diujung penantian, itu terlalu menyakitkan, dan tak sanggup kubayangkan. Taukah kamu??  Kudengar, siapa yang paling banyak cintanya, justru ia pula yang terluka paling banyak. Lucu yaaa. Lantas, diantara kita siapa yang cintanya paling banyak?? Jelas aku. Karena dari milikmu, aku hanya dapat separuh. Sudahlah, dari awal kutahui itu -brengsek! Bukan bodoh, tapi inilah cinta pada nalarnya. Saat tau segalanya akan berakhir menyakitkan, aku tak sangg...

apakah kita begitu mustahil?

Aku mengerti, aku hanya bisa melakukan langkah-langkah kecil untuk memperjuangkanmu. Aku hanyalah usapan halus diubun-ubun kepalamu, diantara megahnya pelukan kekasihmu. Dan segala kecupmu yang mendarat diwajahku tidak berarti apapun, selain kebetulan dan dukungan suasana. Ada dunia dalam dirimu yang sangat ingin kusinggahi. Tapi aku sadar diri, kubiarkan mataku hanya mengintip setengah dalam dirimu, dan aku hanya memahami sebisaku, karena yang kutakutkan hanya satu, -aku mencintaimu terlalu dalam. Namun kau tak mau dengar penjelasanku, kau genggam erat tanganku mengajakku masuk kedalam duniamu, sedangkan aku terlalu tak berdaya untuk berkata tidak. Kemudian kau peluk aku erat sekali, seakan tak ingin kehilangan, seperti tidak ingin aku pulang. Semua terus berlanjut, bahkan aku tak mengerti maksud ajakanmu yang menyebabkan pertemuan kita jadi begitu rutin. Aku tidak mengerti mengapa saat itu aku merasa benar-benar dicintai, sekaligus merasa bersalah karena kamu sudah ada yang memil...

"ketidaktahuan"

Tentang ketidaktahuan kita yang lebih dari sekedar tidak tau yang membahagiakan ini, sisi lain hatiku merasakan sesak yang mendalam saat realita mulai datang dan menohok hatiku. Bukan soal ketidakpastian tapi lebih dari itu aku malu kepada kenyataan karena ia mengetahui aku sedang pura-pura tidak tau tentang hal yang jadi permasalahan, aku sedang berusaha untuk tidak peduli tentang milik siapa sebenarnya dia, yang kutau saat bersamaku -dia milikku. Hujan makin deras dan malam makin larut, menyamarkan isakanku yang tertahan dan malah makin menyesakkan ini, gelap malam menyembunyikan bulir asin yang mengalir lewat pipi ini, dan mataku makin sayu digenanginya. Amat menyedihkan, ini seperti aku yang terlalu memaksakan. Padahal aku tau, tentang keberlangsungan kita, segalanya hanya soal seberapa mampu aku bertahan, -bertahan diantara kalian -dia dan kekasihnya. Aku merasa terjebak didalam keadaan yang mengambang, dan aku menyimpan perasaan yang tidak dia rasakan. Aku tidak bisa menyes...

"kepiluan"

Aku butuh lautan untuk menghujankan seluruh tangisku, segalanya begitu tragis untuk ku konsumsi sendiri. Semilir angin meniup dedaunan kemudian ia terbang melalui semburat jingga di senja sore ini. Senja yang pilu_. Aku harus apa lagi jika sudah tau bahwa sebagai bukan yang pertama aku harus siap untuk tidak di prioritaskan. Bahkan saat rindu ini menekan hati, aku harus tau diri untuk tidak menghubungimu, dan membiarkan waktu dengan leluasa mengawasi kalian sampai aku sesak menunggumu tiap detiknya ditemani pikiran, -pasti kamu sedang bahagia dalam peluknya. Mengapa menyukaimu semenyesakkan ini, dan aku benci karena tidak ada yang bisa kusalahkan perihal ini, pun hati malah semakin tersayat kala aku terbelenggu diantara sepi. Masih sadarkah kau akan keberadaanku, aku sedang mengamatimu, dan aku mengerti, aku tak boleh mengganggu waktu kalian. Aku menunggu, bersama keresahan bercampur peluh yang makin menyesakkan. Apa kamu cemas?? Aku sedang cemas, aku sedang rindu, bahk...

"kesalahan"

Dihampir pagi ini hujan masih merintik, dari atap yang berlubang air menitik. Mendung dimataku bisa jadi hujan dihatiku. Perasaan selalu menyusahkan, memang! Hatiku terlibat terlalu banyak saat ini, pikiran, akal, dan kenyataan namun tak seiring dengannya. Rasanya ada sesak yang tak dapat kujelaskan tapi semoga kamu mengerti perihal nyeri hatiku ini, nyeri yang indah, nyeri yang kutau pasti kudapati, nyeri yang akan kamu abaikan. Bagaimana rasanya begitu tidak adil, makin kesini aku makin ingin kamu seutuhnya, sedangkan kenyataannya aku tak tau berapa bagian dari hatimu yang memang milikku. Rasanya masih samar-samar, ini begitu abu-abu dan terlalu aneh bagiku. Aku tak tau kita ini apa, tak ada komitmen tapi ada perasaan yang salah. Aku begitu bodoh sedangkan kamu begitu brengsek dan kita terlibat makin jauh, keterlibatan yang kita tak tau bagaimana akhirnya. Pikiranku selalu buruk jika membahas soal ini, upayaku untuk tidak peduli pada status kita tidak pernah berhasil, karena...

"kerahasiaan"

Selamat pagi sayang, semoga harimu menyenangkan, aku tidak suka ada jarak diantara kita hingga aku harus membatasi segalanya antara kamu dan aku, karena ini begitu menyakitkan. Entah aku yang merasa atau kamu pun begitu, bahwa hubungan kita hanya sekedar cinta-cinta saja tanpa ikatan karena kamu tak akan pernah bisa berpaling darinya. Setiap malam saat mimpi buruk mengganggu tidurku, aku amat ketakutan, tapi memikirkanmu dan kita setelahnya makin membuatku lebih takut lagi, aku takut saat aku bangun nanti tak ada lagi kamu, jadi aku mencoba untuk tidak terlalu terbiasa dengan ini. Banyak ketakutan yang tak pernah kupahami sedangkan kamu tak pernah mau tau itu. Rasanya begitu membingungkan dan amat mengesalkan, menjadi yang disembunyikan dan dinomorduakan. Dan aku cukup tau diri bahwa sebagai yang kedua aku tak bisa menuntut segalanya. Hanya saja kini hatiku makin rumit, karena memelukmu ditengah persembunyian tak lagi menyenangkan. Karena bertingkah didepan siapapun, seakan kita...